Haizal tertidur setelah mendapat suntikan berisi cairan obat penenang dari dokter Drian. Saat mobil yang dikendarai Tama memasuki area mansion, pemuda itu sempat menghubungi dokter Drian untuk menangani Haizal yang kembali drop. Haizal sempat kembali terkena serangan panik saat di perjalanan, untungnya mereka sudah berada dekat dengan mansion Zifander.
Yona menatap sendu putranya yang memejamkan mata dan nampak terlelap. Di usapnya rambut Haizal yang basah akibat keringat, wajah pucat itu membuat Yona tak mampu menahan air matanya. Baru saja anaknya itu akan pulih.
"Kenapa harus putraku yang mengalami semua ini"lirih Yona, tangan satunya ia gunakan untuk menggenggam tangan Haizal.
Sega masuk dengan tergesa-gesa ke kamar Haizal, tangannya mengepal kuat melihat istrinya menangisi sang anak yang tertidur akibat pengaruh obat penenang.
"Mas"lirih Yona saat mendapati suami nya berdiri di dekat ranjang Haizal. Air matanya tak berhenti keluar, hatinya berdenyut sakit melihat putranya seperti itu, tak bisakah putra bungsunya bernafas dengan tenang? Kenapa selalu saja ada kejadian buruk yang menimpa putranya.
"Sutttt, kamu tenang ya. Everything will be ok. Aku akan selidiki orang yang berada di balik kejadian ini"Bisik Sega sambil memeluk Yona. Ditatapnya nanar wajah pucat pasi milik Haizal, rona di wajah putranya bahkan tak terlihat sama sekali. Ia seperti koma jika dilihat dengan teliti.
"Serran sedang mendesak pelaku nya bersama Glen. Aku yakin dia akan segera mengaku, setelah ini akan aku pastikan aku akan menghabisinya dengan tanganku sendiri"ucap Sega. Yona hanya mengangguk pelan.
"Aku takut mas, aku takut kondisi Haizal makin memburuk. Aku... hiks.. anak ku.."Yona benar benar terisak dalam pelukan Sega. Sega semakin mengeratkan pelukannya mencoba menenangkan Yona.
"Jangan bicara seperti itu, aku yakin anak kita pasti kuat. Haizal anak yang tangguh"ucap Sega.
"Mommy, Daddy..."ketiga putra kembar Zifander berdiri di ambang pintu menyaksikan Yona yang menangis dalam dekapan Sega menangisi Haizal.
Juna tidak jadi ikut kelas seni saat mendengar kabar dari Jemian, sedangkan Jemian yang awalnya berada di kelas Jevian yang masih mengerjakan tugas mendapat kabar dari Sean. Mereka bertiga pun dengan perasaan khawatir langsung bergegas pulang untuk menemui adik kembar mereka.
Ketiganya mendekat ke ranjang Haizal yang masih terlelap. Jemian memandang sendu adik kembarnya, ia menyesal telah membiarkannya menunggu di parkiran. Seandainya sana dirinya tidak meninggalkan Haizal ke kelas Jevian, mungkin ia bisa melarang Haizal untuk percaya dengan orang yang mengaku suruhan Daddy mereka.
"Kalian darimana saja? Kenapa bisa Haizal ikut orang tidak dikenal?"ucap Yona yang masih sesenggukan.
"Mommy... Maafin Jemian seharusnya Jemian ajak Izal ke kelasnya bang Jevi tapi Jemian malah menyuruh Haizal untuk pergi lebih dulu ke parkiran"cicit Jemian remaja itu menunduk meratapi kesalahannya.
"Mommy kecewa sama kalian, seharusnya di sekolah kalian yang bertanggung jawab menjaga adik kalian. Dan sekarang kalian lihat, Haizal bahkan belum sembuh dan sekarang dia drop lagi"
"Maafkan kami Mommy"lirih Juna.
"Sayang tenang, kamu gak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka"Sega berucap menengahi.
"Tau begini aku gak perlu ngizinin Haizal untuk sekolah umum, setelah ini Haizal kita Homeschooling kan saja. Aku gak mau hal ini terjadi lagi mas.
Kenapa semua orang mengincar Haizal? Kenapa harus anak ku? Apa salah Haizal? Sejak kecil bahkan anak ini gak pernah merasa kan hidup tenang.. hiks.. apa salah anak ku hiks.. hiks.. bahkan mereka merusak mental anak ku hiks.."bahu Yona bergetar, tangis nya pecah setelah meluapkan kata kata yang ada dibenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡 [ Terbit ]
FanfictionPART MASIH LENGKAP 𝙳𝚒𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒, 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚋𝚞. 𝚂𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒, 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚞...