"Ampun pak lepasin saya!"pekik Haizal saat tiga pria meringkusnya dengan Reza menggenggam sebilah pisau yang bermata tipis nan tajam.
Nafas Haizal tercekat ketika mata pisau itu menyentuh perutnya dan perlahan menggores kulit luarnya hingga mengeluarkan darah.
"Good bye my bestie"suara Felix terngiang di kepalanya sebelum kesadarannya benar benar terenggut.
Haizal dengan segera membuka matanya dengan nafas terengah-engah seperti sehabis berlari. Keringatnya bercucuran bahkan membuat rambutnya jadi basah.
Di lapnya sisa sisa keringat yang ada di pelipisnya hingga ia mendapati jidatnya terdapat plaster penurun panas. Di sampingnya ada Yona dan Sega yang tertidur dengan posisi Yona memeluknya dan Sega yang tidur dengan bersandar di sofa. Sepertinya pasangan suami-istri itu menjaganya semalaman karena Haizal terkena demam tinggi.
Seperti biasanya jam sudah menunjukan pukul 5 pagi saat ia terbangun. Awalnya ia berniat pergi kekamar mandi untuk segera membersihkan diri. Tapi melihat Yona yang memeluknya sangat erat, Haizal akhirnya menunggu agar Yona terbangun dengan tetap di posisi nya.
Tak berapa lama, Sega lebih dulu bangun karena mulai merasa tak nyaman dengan posisi tidurnya. Ia langsung menghampiri Haizal untuk menge-chek suhu tubuh sang putra. Pergerakan Sega ternyata membuat Yona terbangun.
"Sayang kamu udah bangun nak?"tanya Yona sambil meraba jidat Haizal, setelah nya ia menghela nafas legah ketika suhu tubuh putra bungsunya sudah normal meski terasa dingin.
"Kamu kemarin sore Demam dan suhu badan kamu semalam tinggi banget, Mommy panik banget. Untung sekarang udah mendingan. Kamu ngerasa pusing nggak?"tanya Yona dan hanya di balas gelengan pelan oleh Haizal.
"Hari ini kamu libur dulu ya sekolahnya, soalnya Mommy takut demam kamu naik lagi pas di sekolah"Yona berucap sambil mengelus kepala Haizal.
Haizal tersenyum menatap Sega dan Yona. Baru kali ini dirinya di perhatikan saat sakit. Dulu saat dirinya sakit tidak ada yang memperhatikan nya, dia harus mengurus dirinya sendiri dan bertahan dengan obat obatan warung. Haizal ingin menangis saja rasanya karena merasa terharu di perhatikan oleh orang tuanya.
"Izal udah gak papa kok Mom, Haizal pengen sekolah. Kan baru kemarin Haizal masuk sekolah, masa udah bolos aja"ucap Haizal.
"Gak papa kok, gak usah di paksain. Biar Daddy datang langsung ke sekolah biat izinin kamu"ucap Sega sambil mengelus kepala Haizal bergantian dengan Yona.
"Izal udah baikan Dad, Izal tetap harus sekolah"Sega dan Yona terpaksa mengizinkan, jika di perhatikan ternyata Haizal cukup keras kepala dalam hal tertentu.
"Yaudah kamu boleh sekolah, tapi nanti kalau udah ngerasa lemas atau pusing kamu bilang ke kakak kamu ya"Haizal mengangguk patuh.
*****
"Kamu yakin mau lanjut sekolah? Muka kamu pucat loh, balik aja yuk ntar kak Jemi minta supir jemput kita deh"bujuk Jemian. Sejak sampai di kelas mereka, Haizal selalu menenggelamkan kepalanya di antara kedua lengan yang di lipat.
"Aku kuat kok, lagian ini cuma pucat aku gak sakit"elak Haizal yang kembali pada posisi awal setelah menyahuti Jemian.
"Badan kamu panas Zal ih kamu bandel banget deh. Kakak gak suka ah"omel Jemian saat meraba jidat dan leher Haizal yang terasa panas.
"Tangan kakak aja yang dingin, aku baik baik aja. Udah ah aku mau ke toilet dulu"Haizal bangkit dan keluar dari kelas.
"Ish bandel banget sih adek gue! Keseeeel, di bilang sakit juga malah ngeyel. Jadi gini ya rasanya jadi Juna Sama Jevian"gerutu Jemian sambil mengusap wajahnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡 [ Terbit ]
FanficPART MASIH LENGKAP 𝙳𝚒𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒, 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚋𝚞. 𝚂𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒, 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚞...