•20•

23.1K 2.4K 188
                                    

Yona dengan tergesa-gesa masuk keruang rawat Haizal setelah mendapat telpon dari Jefan kalau putra bungsunya itu terkena serangan panik. Tak lupa bersama dokter Drian yang menangani kesehatan mental Haizal yang berjalan beriringan dengannya.

Pintu dibuka secara kasar menampilkan Yona dan Dokter Drian, mereka langsung menghampiri Haizal yang masih ketakutan di dekapan Jefan.

"Sayang ini Mommy nak, Haizal tenang ya"Yona mengambil alih Haizal dari pelukan Jefan sedangkan Dokter drian menyuntikan obat penenang dosis rendah di botol infus Haizal.

"Mommy.... Hiks.. Ta..kut"lirih Haizal yang semakin erat memeluk Yona. Berangsur-angsur dirinya mulai tenang akibat efek dari obat penenang yang bekerja di dalam tubuhnya.

Usapan lembut pada surai Haizal tak henti hentinya di lakukan oleh Yona agar putranya itu membaik.

"Iya, Mommy disini kok, jangan takut ya. Mommy janji gak akan kemana mana lagi"ucap Yona.

Setelahnya Haizal pun kembali tertidur di dampingi oleh Yona yang tetap berada di samping Haizal.

"Ini termasuk bagian dari gejala PTSD yang akan sering di alami Haizal, serangan panik dan berpikiran negatif tentang hal hal asing atau hal hal yang berhubungan dengan masa lalunya. Haizal akan lebih sensitif dengan apa yang ia lihat atau perlakuan yang dia dapatkan.

Jadi saya harap untuk menjaga suasana sekitar dan jangan tinggalkan ia sendirian"setelah menjelaskan kondisi Haizal, dokter Drian pun pamit undur diri.

Jefan beralih menghampiri tiga pemuda seumurannya yang masih berdiri tak jauh dari brankar.

"Gue udah bilang kalau masuk ruangan itu yang tenang jangan rusuh, adek gue bukan sakit biasa. Dia sakit mental lo pada gak ngerti banget sih!"sergah Jefan namun berusaha mengontrol suaranya agar tidak terlalu besar dan didengar oleh Haizal.

"K-kita gak ada gangguin kok, kita cuma mastiin dia adek lo atau bukan. Eh tiba tiba dia bangun dan langsung kayak begitu"ucap Eza.

"Iya bener tuh, lagian kita mana tau kalau dia beneran adek lo"sambung pemuda di samping kanan Eza, Mahesa.

"Dia adek lo? Bukannya adek lo cuma tiga?"celetuk Yohan, pemuda berwajah datar di sebelah kiri Eza.

"Dia adek bungsu gue, kembar ke empat nya kembar Zifander"ucap Jefan, ke tiga pemuda itu tampak kaget ralat- hanya Eza dan Mahesa yang tampak kaget, Yohan hanya diam menatap Haizal yang tidur di pelukan Yona.

"Sorry ya Jef, kita beneran gak tau dan gak ada sengaja bikin adek lo kena Panic attack"ucap Mahesa memelas.

"Iya, mau gimana lagi udah kejadian"ujar Jefan lalu duduk di sofa ruangan itu diiringi ke tiga temannya.

"Ini idenya Eza ngajakin ngerusuh, kirain kan yang sakit salah satu dari si kembar 3"ujar Mahesa di angguki Yohan. Eza mencebik kesal.

"Lo sih gak bilang, gue kan jadi kepo kesel juga sama lo"ucap Eza mengutarakan protes nya.

.

.

.

Ke tiga putra kembar Zifander kini sudah berada di ruang rawat Haizal bersama Sean yang ikut menjenguk. Haizal juga sudah bangun karena efek obat penenang di tubuhnya sudah habis.

Sementara sahabat Jefan juga masih berada disana ikut menjaga Haizal sambil mendekatkan diri. Terutama Mehesa, ia merasa gemas dengan Haizal yang sejak awal di gadang gadangkan mirip dengannya oleh Eza.

"Izal gak laper? Tadi Mommy bilang Izal makannya dikit"ujar Jemian sambil memakan jajanan yang di beli Jefan tadi.

Haizal menggeleng pelan sambil tersenyum manis, "Aku kenyang" sahutnya.

𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡  [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang