"Kenapa sih Kak Aran setuju dengan perjodohan ini? Konyol tau ga!", ucap Chika.
"Kalau hal konyol ini bisa membuat kita bahagia nantinya, kenapa engga?", jawab Aran sambil meledek Chika.
"Bahagia? Dengan perjodohan ini? Udah ga waras lo kak", ucap...
Mencintai bukanlah apa-apa. Untuk dicintai adalah sesuatu. Tapi, untuk mencintai dan dicintai, itu segalanya --------------------------------------------------------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gimana menurut kalian sama gambaran Chika dan Aran versi kartun kayak gini? Rencananya aku mau buat untuk gambarinkira2outfitmereka dalam cerita ini..
*************************
AUTHOR POV
Tak terasa hari sudah menuju petang, dan matahari pun perlahan tak terlihat lagi digantikan oleh cahaya bulan yang baru malu-malu untuk muncul. Chika dan Aran selesai dengan segala kesibukannya membereskan barang yang Chika perlukan untuk di apartnya nanti.
"Akhirnya selesai juga", ucap Aran sambil merenggangkan otot-otot tangannya yang sudah sangat lelah.
"Heh, aku mana tau kalau barang bawaan kamu bakal sebanyak ini..! Ini mah pindahan namanya", balas Aran yang melihat barang bawaan Chika yang banyak itu.
"Udah ah dari tadi ngomel mulu", ujar Chika kesal.
"Habis ini kamu mandi, lalu kita keluar cari makan dulu", suruh Aran pada Chika.
"Tapi aku ga laper", jawab Chika
"Ga bisa, kalau kamu ga makan gimana bisa minum obat?", ucap Aran..
"Aku ga mau", jawab Chika
"Nanti aku beliin es krim", ucap Aran membuat mata Chika berbinar-binar
"Okey aku mau", jawab Chika dengan nada suara anak kecilnya.
"Denger es krim aja cepet kamu", ucap Aran.
"Beli dua ya?", ucap Chika sambil tersenyum lebar.
"Gak! Satu aja.. ", senyum Chika lalu hilang mendengar ucapan Aran
"Ya udah kalau gitu aku ga mau makan", ancam Chika
"Iya iya! Ntar di beliin dua es krim nya", balas Aran malas
"Yeyyy!!! Baik banget sihh.. Aku mandi dulu.. Daaaaaa", ucap Chika sambil mencubit pipi Aran lalu setengah berlari masuk ke kamar mandi.
Aran terdiam sambil memegang pipi bekas cubitan Chika. Bukan karena sakit, ia senang karena Chika bisa sedikit lepas jika di dekatnya. Tanpa sadar sebuah senyuman muncul di wajahnya.
