Inara bergerak gelisah, hembusan hangat di lehernya, membuat ia merasa tidak nyaman, Inara membuka matanya, mendapatkan Devano yang tersenyum lebar, dan kembali meniup lehernya.
"Bangun Ra, sekolah."
"Males,"suara serak Inara membuat Devano terkekeh,
"Bangun terus balik ke kamar Lo, mandi, baju udah gue siapin, ntar gue antar sekolahnya."Devano menarik lembut tangan Inara agar gadis itu terduduk.
"Males Vano, pusing."Inara melepaskan tangannya dari pegangan Devano, membuat ia kembali tertidur.
Devano memutar bola mata malas,"Cepetan Ra, nanti telat gimana?"
Inara berdecak malas, ia duduk bersandar pada sandaran ranjang, muka bantal Inara benar-benar menggemaskan di mata Devano,"Ya udah, gue mandi dulu, Lo cepetan balik ke kamar Lo."
Devano memasuki kamar mandinya, dan langsung mandi, Inara berjalan linglung menuju kamarnya, ia benar-benar masih mengantuk,
Setelah sampai di kamarnya, ia sudah melihat pakaian sekolahnya yang berada di atas ranjang.
Inara segera mandi dan memakai pakaiannya, setelah selesai ia turun ke bawah, yang dimana sudah ada Devano menunggunya untuk sarapan.
"Dari mana Lo dapat baju gue Van?"Devano duduk di hadapan Devano yang terhalang meja besar,
"Gue beli."
"Kok ukuran nya pas?"
"Gue kira-kira."
Inara hanya mengangguk, setelah selesai ia mengelap mulutnya menggunakan tisu,
"Sekolah kita berlawanan arah kan?nanti kalau Lo telat gimana?"
Devano menatap sekilas Inara, lalu berjalan menuju parkiran yang diikuti oleh Inara,"Gue udah biasa telat Ra, jadi udah biasa aja bagi gue. Lagian jarang-jarang kan gue mau anterin Lo "
Inara mengangguk mengerti, Devano memang bukan siswa rajin tapi otak pria itu lumayan, ia sedikit tidak mempunyai akhlak jika di sekolah membuat mami dan papi Devano sedikit kewalahan.
Mereka berdua sudah berada di motor bebek milik Devano,motor kesayangan pria itu selalu saja ia bawa jika ke sekolah,
"Nantwi pulajsbhs sebbdhsah jdjdhh angdhhs ke hsjsnnah!!!"Devano berteriak keras berharap Inara mendengar ucapannya,
Inara dengar, tapi tidak jelas,"APASIH LO, GAK DENGER NIH!!"
Devano berdecak kesal,"NANTI AJWA KALAU UDHSHS SAMPE DI SEKOLAH!"
Inara mengangguk, sedikit kedengaran.
Setelah sampai di gerbang sekolah, Inara turun melepaskan helem nya, namun sayang seperti nya kunci di bawah ngacit membuat ia pusing sendiri,
Devano berdecak kesal, sejak dulu gadis ini selalu susah jika melepas kaitan Helm. "Susah banget sih Ra! sini gue bantuin."
Inara mendekat ke arah Devano, ia membiarkan Devano melepaskan helem nya,"Nih, mudah banget cuy!"
Saat akan berbalik untuk masuk gerbang ia malah mendapati Aksa Dkk menatapnya aneh,
"EH SETAN! SALIM DULU, GAK ADA AHKLAK BANGET LO!"teriakan Devano membuatnya malu.
Inara kembali berbalik menatap nyalang Devano yang sudah berdiri santai, usianya dengan Devano memang berjarak satu tahun, sekarang Devano sudah kelas dua belas dan ia masih kelas sebelas.
Setelah menyalami Devano, ia segera mencium pipi pria itu, membuat Devano terkejut,
Devano menggeleng, mengelap bekas ciuman Inara,"Gak mau gue di cium, jijay!"Devano meng-gas motornya, meninggalkan Inara yang masih bengong,
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't blame me (SELESAI)
Fantasy(BELUM DI REVISI!!) #BANYAK KEKURANGAN DIHARAP MAKLUM, INSYAALLAH JIKA SUDAH TAMAT AKAN DIREVISI, TERIMAKASIH. #Campur. Ceritanya gak sedih kok. #FIKSI BELAKA. #plis jangan komen! selain kasih Krisan, penyemangat dan Next. ini kisah gadis bernama I...
