25.❤️🇮🇩🥀

26.9K 4.3K 261
                                    

Gak nyangka udah sampai di part ini aja❤️.

Anderson menatap tumpukan berkas di atas mejanya dengan tatapan kosong, ia tengah mengingat bagaimana respon sang putri.

Sebenarnya yang ia katakan tadi tidak ada dalam dalam rencana. Ia hanya ingin mengatakan kalau ia sedikit kecewa dengan Inara, tapi tanggapan Inara mengenai hal tadi benar-benar membuatnya terkejut.

Berharap Inara akan merasa bersalah, ia malah mendapati jawaban lugas dari Inara.

Anderson memijit pangkal hidung nya, perkataan Inara sekarang benar-benar berdampak pada pikiran, dan hati nya.

Inara bahkan tidak pernah lagi tersenyum ke arahnya. Ia bukan orang bodoh, bahkan ia tahu kalau di mata Inara terdapat kebencian luar biasa pada dirinya,

Ia menghela nafas panjang, memikirkan Inara membuatnya selalu sakit, padahal bukan Inara yang bersikap tegas, tapi dirinya yang terlalu memaksa, seharusnya Inara yang merasa tersakiti, bukan dirinya.

Anderson menatap kosong pada jalanan yang semakin padat, karena jam makan siang kantor.

Setelah Inara pergi tadi, ia segera ke kantor karena banyak berkas yang harus ia tanda tangani, ia sengaja perginya siang, karena ingin menyempatkan waktu untuk Inara yang bertambah umur.

Anderson tersenyum tipis, sekarang putri nya sudah dewasa, ia tidak banyak berharap pada Inara, ia hanya ingin gadis itu kembali seperti dulu, yang selalu meminta perlakuan lembut dari dirinya.

Ia ingin Inara tidak seperti ini, ia tahu ini semua karena dirinya, tapi, apa salah jika ia ingin sang putri kembali, walau hanya beberapa detik. Untuk gadis itu memeluknya lalu mengatakan,

'hay Daddy, Inara udah maafin Daddy'

'inara pengen di peluk Daddy.'tanpa sadar satu tetes air mata Anderson menetes, tapi dengan cepat ia mengusap nya kasar. Jika dulu ia yang tidak mau memeluk Inara, maka kali ini ia yang ingin, walau Inara tidak meminta.

*****

Hembusan semilir angin membuat beberapa helai rambut seorang gadis berterbangan,

Ia menyelipkan anak rambutnya, lalu kembali fokus kedepan menatap keindahan kota yang hanya nampak bangunan - bangunan besar.

Gadis itu-Inara. Setelah pergi dari acara ulang tahunnya, ia memilih ke tempat sunyi namun tenang, tempat ini sebenarnya ia tidak tahu, tapi ingatan Nara yang membawanya kesini.

Pembatasan besi di sana menjadi tumpuan ia untuk berpegangan, ia tidak tahu kalau di kota seperti ini masih ada tempat yang masih sedikit asri,

Ia sudah berdiri di sana sekitar satu jam an, belum ada niat untuk kembali ia masih nyaman di sini.

Suara decitan rem tidak mengalihkan tatapan sayu Inara,

Ia bisa mendengar suara derap kaki yang mendekatinya, tapi ia tidak peduli, terlalu malas menoleh ke belakang lagipula siapa yang tau tempat ini kecuali orang-orang yang mungkin tidak sengaja lalu.

Inara masih menatap lurus ke depan, tapi saat mencium aroma yang sedikit familiar, ia menoleh dengan mata yang terbuka lebar,

Di sana berdiri Algio yang menatap juga ke depan, Inara kembali menatap ke depan, mencoba mengurangi raut terkejut di wajahnya.

Keheningan terjadi, sebelum Algio berbicara membuat Inara menatap ke bawah,

"Minum Ra,"Algio menyodorkan susu kotak rasa coklat, yang ia letakkan di sisi pembatas besi, namun masih ia pegangi,

Inara menunduk menatap susu kotak itu dengan raut yang tidak bisa di artikan, Algio yang merasa Inara tidak menyukai nya, kembali bertanya,

"Lo gak suka susu?"

Don't blame me (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang