Inara menggeliatkan badannya, terasa sangat sempit, jadi ia tidak leluasa, Inara membuka matanya secara perlahan, ia menoleh ke kiri, terdapat Geri yang memeluk lehernya, menoleh ke kanan melihat Gara yang memeluk pinggang rampingnya,
Inara berdecak pelan, bisa-bisanya mereka tidur dengan dirinya yang notabenenya bukan Inara asli.
Ia bergerak gelisah, bel apartemen terus berbunyi membuat ia terbangun dari tidurnya, ia melepas lilitan tangan Gara dan Geri, berdiri malas, dan membuka pintu pelan,
"Hay sayang,"Devano tersenyum cerah, ketika pintu terbuka lebar menampilkan wajah Inara yang agak, sedikit pucat.
Inara tersentak kaget, menatap tak percaya pada Devano, ia melirik ke belakang dimana jam dinding besar berada di sana. Jam sebelas malam.
"Ck!Lo ngapain ke rumah malam-malam gini!"ia tak tahu bagaimana jalan pikiran Devano, bukan sekali dua kali pria itu menjenguk nya malam-malam seperti ini, bahkan di tubuh aslinya dulu Devano akan setiap malam akan selalu mendatangi nya tiap jam sebelas malam, kadang ia juga sedikit ngeri.
Devano cemberut,"Gue gak boleh masuk Ra?"
"Engg--"
"ARA!!!
DEG!
*****
Satu keluarga tengah berkumpul di ruang tamu yang cukup besar, mengidentifikasi seseorang pria yang mereka tahu bernama Devano.
"Ngapain kamu ke apartemen anak saya malam-malam!!"Anderson menatap tajam Devano membuat nyali pria itu menciut seketika ditambah tatapan Gara dan Geri membuat ia menunduk takut.
Beda halnya dengan Inara yang terlihat santai, ia sih B aja.
"Saya rindu dengan Ara om."jawab Devano jujur, ia memang merindukan Inara, jika siang ia sibuk, dan kalau jam seperti ini ia bisa kabur dari rumah tanpa sepengetahuan Papi dan Mami nya, jangan di contoh!.
Anderson melirik ke arah Inara yang terlihat santai, ia menarik nafas lalu mengeluarkan nya secara perlahan,
"Kenapa tidak siang kamu menemui putri saya? bukannya tidak sopan jika menemui anak gadis orang di jam segini?"
"Saya banyak kerjaan om kalau siang, malam doang saya free."
Anderson menyerngit bingung,"Kamu miskin?"
Inara menahan tawanya, sejak kapan keluarga Adipati dikenal dengan kemiskinan nya,
"Dia anak dari tuan Adipati Taruna."
Anderson tersentak kaget, jadi ini anak semata wayang dari perusahaan sepeda terkenal yang sudah mendunia. Ia dengan cepat merubah raut wajahnya menjadi biasa saja.
"Sibuk apa kamu, kalau tidak kerja?"
Devano berpikir keras, tapi memang otaknya tengah beku jika dalam keadaan seperti ini,
Inara yang sejak tadi memperhatikan Devano hanya menghembuskan nafas beratnya,"Dia nge-bantu papa nya dalam perusahaan."tentu saja bohong, Devano sibuk ber-manja ria pada sang mami yang kadang membuat papi nya sendiri cemburu, biasa cuy anak semata wayang kesayangan.
Devano tersenyum lega,"Iya om."
Anderson mengangguk, "lalu setelah menemui putri saya, kamu mau apalagi?"
"Pulang sih om, tapi saya mau numpang makan dulu, mami saya lagi liburan sama papi."Devano tadi sempat merengek untuk mami nya tidak pergi, tapi tetap saja yang mami kesayangan pergi, meninggalkan dirinya,
"Kemana? Anderson sedikit kepo,
"Cina om."
"Kapan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't blame me (SELESAI)
Fantasi(BELUM DI REVISI!!) #BANYAK KEKURANGAN DIHARAP MAKLUM, INSYAALLAH JIKA SUDAH TAMAT AKAN DIREVISI, TERIMAKASIH. #Campur. Ceritanya gak sedih kok. #FIKSI BELAKA. #plis jangan komen! selain kasih Krisan, penyemangat dan Next. ini kisah gadis bernama I...