Butuh beberapa waktu untuk dirinya, meminta agar Devano mau mengantarkan dirinya sekolah. Sebenarnya bisa saja ia menggunakan kendaraan pribadi, tapi ia ingin bersama Devano mempertanyakan mengapa pria itu tampak murung dan acak-acakan.Namun nihil, usahanya beberapa menit yang lalu tidak berdampak apa-apa pada pria itu, bahkan Devano tidak mengucapkan sepatah katapun setelah penolakan tadi.
Ia hanya bingung apa alasan Devano bersikap seperti itu pada dirinya, seingatnya hubungan dirinya dan Devano baik-baik saja tidak ada masalah di antara mereka. Seingatnya.
Inara menghela nafasnya kasar, menatap kepergian Devano yang semakin menjauh. Punggung pria itu menjadi pengelihatan terakhir sebelum sepenuhnya hilang di antara belokan.
Belum habis pikir dengan Devano, seseorang yang baru saja datang membuat ia harus mengalihkan tatapannya.
Ia tersenyum tipis, menutupi gejolak aneh di hatinya.
Pria itu keluar dari dalam mobilnya, berjalan mendekat ke arah Inara,"Mau saya antar?"
Gadis itu hanya mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil Astelo.
Astelo melirik Inara melalui ekor matanya, wajah murung Inara membuat tanda tanya besar, tapi ia tidak mau bertanya, merasa kalau apa yang ia tanyakan menambah beban pikiran dari sang gadis.
Selama perjalanan gadis itu lebih banyak diam, sesekali mengangguk lalu menggeleng karena pertanyaannya Astelo.
Pikiran gadis itu masih tertuju pada Devano yang terlihat cuek ke dirinya, tidak pernah pria itu seperti itu, baru kali ini.
Inara menatal ke samping, mengamati jalanan kota yang lumayan padat dengan kendaraan bermotor maupun mobil.
Tatapannya tertuju pada pria yang tengah menggoncang seorang gadis, pria itu sesekali tertawa membuat rasa nyeri di hatinya kembali muncul.
Pelukan gadis itu pada pria yang menggoncang membuat ia menghela nafas panjang.
Ia mengalihkan tatapannya pada penjuru arah saat pria itu tidak sengaja menatap ke arahnya, walaupun tertutup kaca mobil, entah mengapa kalau ia merasa kalau pria itu bisa melihatnya.
Matanya melihat ke bawah, menatap tangannya yang bertaut dan saling meremas.
Astelo yang menyadari kegugupan gadis yang berada di sampingnya itu, menoleh.
Menggenggam erat tangan gadis itu, Inara tersentak kaget, menatap Astelo dengan alis terangkat.
Astelo menenangkan Inara dengan senyum tipisnya.
*****
Astelo memberhentikan mobilnya, di depan gerbang sekolah Inara.
Inara keluar dari mobil itu, melambaikan tangannya pada Astelo yang kembali melajukan mobilnya.
Ia memasuki area sekolah sesekali tersenyum tipis pada teman sekolahnya yang menyapa, ia menundukkan kepalanya, tidak memperdulikan sosok gadis yang sejak tadi memanggilnya.
"Ara!"
"Ra!"
"Ck!"
Decakan kesal keluar dari mulut gadis itu saat orang yang dipanggilnya tidak berhenti.
Ia memegang bahu Inara membuat gadis itu berhenti dan memutar seratus dua puluh derajat badannya. Menghadap malas pada gadis yang sejak tadi memanggilnya.
Alis gadis itu terangkat, mempertanyakan apa yang ingin gadis itu katakan.
"Lo kenapa Ra?muka Lo kayak kusut gitu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/278939847-288-k278710.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't blame me (SELESAI)
Fantasy(BELUM DI REVISI!!) #BANYAK KEKURANGAN DIHARAP MAKLUM, INSYAALLAH JIKA SUDAH TAMAT AKAN DIREVISI, TERIMAKASIH. #Campur. Ceritanya gak sedih kok. #FIKSI BELAKA. #plis jangan komen! selain kasih Krisan, penyemangat dan Next. ini kisah gadis bernama I...