Tak ada niatan untuk kembali ke hidup lamanya, dan menemui kembali orang tuanya yang tidak pernah menganggap dirinya.
Membayangkannya saja kadang membuat dadanya berdenyut sakit, perlakuan Gali dan Rea benar-benar membuatnya Down.
Susah payah ia menahan rasa itu agar tidak lemah jika berhadapan dengan mereka. Dan melajukan rencananya
Luka yang semula menghilang karena berjalannya waktu, kembali terbuka saat melihat senyuman kedua orangtuanya.
Dulu ia sangat berharap jika Gali dan Rea akan tersenyum karena tingkahnya ataupun karena pengaruh rasa bangga yang ia miliki.
Senyuman itu akhirnya ia dapatkan walaupun bukan karena Inara Queenzi, melainkan tubuh orang lain namun dengan raga yang sama.
Berharap jika dulu Gali dan Rea selalu memperlakukan dirinya adil seperti Sherina mungkin semuanya tidak akan seperti ini.
Ia terkekeh miris,' jangan berharap Ra, harapan lo yang boleh terjadi adalah hancurnya mereka.'
"Sebentar, ini siapa Nat?"suara lembut seseorang mengalihkan atensinya,
Wanita itu, adalah ibunya. Ibu kandungnya, ibu yang sudah melahirkan dirinya, ibu yang sudah menyusuinya, ibu yang sudah merawat nya, tapi juga sosok ibu yang membuat ia hancur sedalam-dalamnya, benar-benar soswit, namun lebih ke menjijikan.
Nata menatap Inara, mengusap lembut rambut gadis itu,"Dia Inara. Anak angkat kami."Nata sengaja menekankan kata Inara.
Gali dan Rea saling pandang, lalu tersenyum kikuk.
"O-oh Hay, saya Rea, kamu bisa panggil saya Tante."Rea berucap, lalu menyodorkan tangan,
Inara diam, mengamati tangan Rea yang menjuntai. "Ara."tanpa membalas ia berucap.
Mereka semua terdiam. Nama yang sama dan panggilan yang sama namun berbeda badannya.
Melihat suasana yang sedikit kurang baik, Devano berdehem kencang, membuat suasana sedikit lebih bersuara.
"Bagaimana kabar kamu, Gali? Sudah lama kita tidak berjumpa, setelah Inara meninggal."suara Adipati mampu membuat sorot mata tertuju ke arah pria itu.
Gali tersenyum tipis,"Baik. Bagaimana dengan dirimu Adi?"balasnya.
Adipati tersenyum sarkas,"Tentu saja kami baik. Terutama setelah kedatangan Inara, gadis itu benar-benar membuat keluarga kami semakin berwarna, dan saya sangat menyayangi nya, tidak mungkin saya akan menyiksa anak saya."sindiran lembut pria itu membuat semua orang tergelak.
Uhuk!
Gali dan Rea berbatuk, meminum air yang ada di meja,
Inara tersenyum, senyum yang sangat tipis bahkan hanya dirinya yang tahu, "Maaf, saya permisi ke toilet sebentar."Inara berpamitan, Berlenggang pergi dari sana.
*****
Memandang pantulan tubuhnya di cermin dengan tangan yang diarahkan ke wastafel, membiarkan air mengalir dingin di tangannya.
Gadis itu mengusap wajahnya, mendinginkan wajahnya yang terasa sedikit panas.
Helaan nafas panjangnya membuat ia berdecak, tersenyum, lalu terkekeh seperti orang yang sudah tidak memiliki akal.
Memilih diam, dan kembali membasuh wajahnya, seakan tidak melihat kedatangan seseorang yang mulai berjalan mendekat ke arahnya.
"Inara?"
Gadis itu mendongak, menoleh, dan menatap ke arah Sherina dengan alis terangkat,
"Ya, saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't blame me (SELESAI)
Fantasía(BELUM DI REVISI!!) #BANYAK KEKURANGAN DIHARAP MAKLUM, INSYAALLAH JIKA SUDAH TAMAT AKAN DIREVISI, TERIMAKASIH. #Campur. Ceritanya gak sedih kok. #FIKSI BELAKA. #plis jangan komen! selain kasih Krisan, penyemangat dan Next. ini kisah gadis bernama I...
