Inara melepas pelukannya pada tubuh sang Mami, menatap lamat wajah yang ia selalu rindu kan, "Ara mau ke kamar Mi, mau tidur."
Nata tersenyum tipis, mengecup pelan kedua pipi gadis itu."Selamat malam sayang. Tidur yang nyenyak yah."
Inara berdiri, kembali memeluk pinggang Nata, lalu mencium pipi kanan Nata,"Ara tidur Mi."
"Iya sayang."
Inara berjalan dengan pelan, menuju kamarnya yang berada di atas. Devano menatap kepergian Inara dengan pipi mengembung. Jika papi nya cemburu dengan dirinya maka ia cemburu dengan Ara yang lebih di manja oleh sang Mami.
Nata menatap kepergian anaknya dengan senduh, lalu menghela nafas pelan, berbalik menatap sang putra.
Sedangkan yang di tatap hanya tersenyum miring,"Mami lebih sayang sama Ara yah?"tuduhnya.
Nata mengangguk,"Emang."
"Ih!Mami jahat banget, gila!"
Nata hanya diam, lalu membereskan piring-piring kotor, lalu ditumpukkan menjadi satu."Temani Ara sana!"
Devano tercengang,"Mih, Vano cowok Loh masa satu kamar sama cewek."
Nata menghentikan kegiatannya, menatap sang putra dengan dahi berkerut,"He'eleh bukannya udah biasa kamu tidur sama Ara?"
Devano terdiam dengan mulut terbuka,"Mih, tubuh Ara udah bedah, gimana kalau Vano suka?"
Nata menyerngit,"Kalo kamu suka yah gak masalah, tapi kalau Ara-nya enggak kamu jangan nangis yah."
Perkataan pedas sang Mami membuat Devano memegang dadanya dramatis,"Tekejot awak!"
Ia hanya mengedikan bahu acuh, lalu kembali pada kegiatannya yang sempat tertunda. Merasa di acuhkan oleh sang Mami membuat Devano memegang dadanya seolah-olah sedang tertembak. Melihat tidak ada reaksi apa-apa Devano hanya diam."Devano mau tidur sama Inara!bay!"
Nata menatap punggung sang putra yang mulai menghilang di balik dinding,"Katanya cowok gak mau tidur sama cewek!"
*****
Devano membuka pelan pintu kamar Inara, menampakan gadis itu yang tengah duduk menatap ke depan dengan tatapan kosong.
Devano menghela nafas panjang,"Ra!"
Panggilan Devano membuat Inara terlonjak kaget,"He! ngapain Lo ke kamar gue!cewek gue Vano!"
Devano yang sudah duduk di sisi kasur menyerngit bingung,"Yang bilang Lo abal-abal Saha Eneng?"
Inara memutar bola matanya malas,"Keluar!gue mau tidur!"
Ia menggeleng kuat, membuat Inara geram.
"Keluar!kamar wewek ini!Lo Wowok!"
Devano tidak peduli, ia langsung tidur dengan memeluk erat pinggang ramping Inara membuat ia memekik terkejut."AAA!apenih! minggir! keluar!ogah gue tidur sama Lo!"
Devano yang sudah memejamkan mata di samping gadis itu, kembali membukanya menatap malas pada Inara yang masih terduduk menatapnya dengan mata membola.
"Apa sih Ra. Lo tidur di kamar gue gak masalah tuh."
Inara hanya mengerling, lalu tidur membelakangi Devano.
Devano dengan segera memperbaiki posisi tidurnya, lalu menyembunyikan wajahnya di leher Inara. Membuat gadis itu tertawa geli.
"Ahahahahahahah, Lo ngapaen! geli anjir! gue balik nih, biar gue aja yang peluk Lo hahahahh!!"
Devano menjauhkan wajahnya pada leher Inara, tubuh gadis itu masih dengan aroma yang sama sejak terakhir ia memeluknya.
Inara berbalik, menatap wajah Devano yang tengah menyamping, dengan gesit ia mencium pipi pria itu, lalu memeluk erat leher Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't blame me (SELESAI)
Fantasía(BELUM DI REVISI!!) #BANYAK KEKURANGAN DIHARAP MAKLUM, INSYAALLAH JIKA SUDAH TAMAT AKAN DIREVISI, TERIMAKASIH. #Campur. Ceritanya gak sedih kok. #FIKSI BELAKA. #plis jangan komen! selain kasih Krisan, penyemangat dan Next. ini kisah gadis bernama I...
