30.🍒🇮🇩♥️

23.1K 3.6K 236
                                    

Devano menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang, menghadap Inara yang tengah menunduk entah memikirkan apa, menatap gadis itu kadang membuatnya selalu berfikir banyak, apa bisa ia memiliki Inara?gadis yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil, sosok yang selalu ada untuk dirinya, dikala suka dan duka. Perempuan yang sangat mengerti kemauannya, jujur, jika gadis itu dengan laki-laki lain, ia merasa tidak terima, tidak. Ia tidak sakit hati! ia tidak ingin Inara memiliki laki-laki lain selain dirinya. Ia tidak cemburu jika Inara bersama pria lain, ia hanya tidak ikhlas jika Inara lebih bahagia dengan pria lain dibandingkan dirinya. Devano menggeleng, ia yakin ini hanya perasaan yang sayang pada Inara, takut gadis itu kecewa dengan pria lain. ya dirinya hanya tidak ingin Inara disakiti pria lain, itu saja.

"Giliran gue Ra,"

Ucapan Devano membuat gadis itu mendongak menatap santai pada pria yang tengah bersandar itu.

"Silahkan."

"Gimana pendapat Lo, tentang persahabatan antara lawan jenis?"

Dahi Inara mengerut,"Gimana?gimana?"

Devano berdecak,"Gimana pendapat Lo tentang cowok dan cewek yang sahabatan?"

Inara berpikir sejenak,"Ya gak ada pendapat apa-apa selama di antara mereka gak punya perasaan lebih."

Devano memijit pelipisnya, "Iya Ra. Kalo di salah satu mereka punya perasaan lebih, gimana?menurut Lo?"

Inara menggaruk tekuk nya, pembicaraan mereka benar-benar tidak berfaedah menurutnya, dan tidak penting.

"Gak paham, Van. Otak gue ngelag, lagian Lo bicara-in siapa?temen Lo?"

Devano meneguk salivanya susah payah, apa yang ia tanyakan pada Inara barusan?

"Maksud gue. Gini, Lo Ra. Kisah cinta orang-orang berbeda kan?gue cuma mau tau gimana perasaan dari pihak ceweknya?"

"Lo nanyain kalo kejadian itu terjadi di diri gue?"

Lontaran pertanyaan Inara, membuat ia mengangguk ragu. Entahlah, ia hanya ingin tahu, bagaimana pendapat Inara.

"Gak tau. Gue gak punya pengalaman tentang itu. Karena gue cuma punya sahabat Lo, dan Ana. Ya kali Ana suka gue?"Inara terkekeh geli, membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Berbeda dengan Devano yang terdiam, rasanya ada dentuman hebat di hatinya, tapi ia tidak bisa menjelaskan. Hanya ada rasa sesak yang ia tidak tahu karena apa.

Inara yang tersadar, segera memegang tangan pria itu, membuat Devano terkejut, lalu menatap  Inara dalam diam. Sedangkan Inara hanya tersenyum tipis,"Jangan mau kayak mereka Van, yang berakhir berpisah karena meminta keadilan perasaan. Gak salah kalau misal orang itu suka sama sahabatnya sendiri. Tapi menurut gue gak ada bedanya antara sahabat dan pacaran. Status mereka sama Van. Dan pacaran, bisa bikin mereka terpisah. Cuma beda sedikit aja, yaitu nafsu. Dan ruginya?banyak! mereka bakal saling benci, karena salah paham, atau bosan aja."

Ucapan panjang lebar Inara membuat pria itu tertegun. Devano menutup matanya rapat, membiarkan gejolak aneh di dalam sana bergetar hebat. Rasa kagumannya pada Inara bertambah ketika ucapan gadis itu yang nampak lebih dewasa. Itulah keistimewaan Inara, gadis itu bisa merubah sifatnya dalam beberapa menit. Membuat ia selalu merasa nyaman.

Plak!

Devano memegang pipinya yang ditampar Inara, ia menatap gadis itu dengan bola mata yang membulat, baru tadi ia memuji kalau gadis itu bersikap dewasa. Sedangkan Inara hanya diam, tanpa raut rasa bersalah.

Apa salahnya?apa yang membuat gadis itu menamparnya?apa wajahnya jelek?

"Kenapa,Ra!?"Devano bertanya dengan nada sedikit ngegas,

Don't blame me (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang