Jika bukan karena harus menepati janji pada Tiara, Sera tak akan mau menginjakkan kaki di kantin sekolah siang ini.
Tempat itu ramai, lebih ramai dari hari sebelumnya, karena ada beberapa guru juga. Penyebabnya tak lain adalah jejeran kotak berisi martabak yang ada di sudut kiri kantin.
"Yakin nggak mau ikut makan, Ser?" Tiara yang mendapat lirikan tajam tersenyum saja. Ia memaksa teman semejanya itu duduk di bangku panjang, diseberang meja, dekat dinding kantin. "Jangan kabur, lo udah janji mau traktir dan nemenin gue makan bakso."
Acungan telunjuk Tiara, Sera tepis dengan telapak tangan. Ia mengedarkan pandangan sejenak. "Cepat, Ti. Mereka ngelihatin gue, kayak gue ini eek kucing."
Tertawa saja, Tiara berlalu untuk memesan bakso dan jus jeruknya.
Tiara pergi, Sera menghadapkan muka ke dinding di sebelah kirinya. Gadis dengan rambut sedada itu menaruh kepala di atas lengan yang ditumpuk di meja. Menekuk wajah.
Hari ini Sera ulang tahun. Itulah sebab ada martabak gratis di kantin. Itu perbuatan Riandi, ayahnya Sera.
Karena Sera menolak hari ulang tahunya dirayakan, ayah si gadis yang merupakan pengusaha makanan itu mengantar sekitar seribu kotak martabak ke sekolah, ditaruh di kantin dan semua orang bebas mengambil dan menikmati.
Sera kesal karena ini. Ia sudah mati-matian menolak bujukan untuk merayakan ulang tahun untuk menghindari sesuatu yang membuang uang, ramai, berisik dan tidak berguna. Ayahnya malah membuatnya terjebak dalam kehebohan lain.
Sejak pagi, Sera tak berhenti menerima ucapan selamat ulang tahun dan terima kasih. Dari teman sekelas, guru, satpam sekolah, bahkan pegawai kebersihan. Bukan apa-apa, Sera hanya tak suka pada hari lahirnya juga menjadi pusat perhatian.
Harusnya, ia bisa bersembunyi di bawah meja kelas, menghindari didatangi siswa asing yang tidak dikenal tadi, Tiara malah ikut-ikutan membuat Sera susah. Gadis itu memaksa Sera ikut ke kantin untuk menemani makan, padahal harusnya Sera hanya perlu membayarkan apa pun yang Tiara makan.
"Ser, gue di sini. Lihatin. Gue lagi makan ini."
Bukan Sera tak tahu jika sejak tadi Tiara sudah kembali ke meja itu. Hanya saja, ia terlalu malas untuk mengangkat wajah. Orang-orang di kantin pasti akan menatapinya lagi. Melemparinya senyum lebar yang bagi Sera itu mengerikan.
Mereka tidak saling kenal, kenapa juga harus memberi senyum?
"Sera. Ih, lagi ultah juga, bisa-bisanya bikin orang sedih."
Mendengkus, Sera duduk tegak. Menatap malas pada gadis berambut panjang di depannya.
Tiara tertawa melihat itu. "Lagi ultah juga, Neng. Mbok, ya seneng dan berseri-seri gitu." Tiara mulai menikmati baksonya.
"Sera!"
Tetap menatap Tiara, Sera menggigit bibir gemas. Beberapa orang terlihat mendatangi dan berdiri di sebelahnya.
"Selamat ulang tahun."
Papa! Sera memejam, menahan kesal.
Demi sopan santun, Sera menoleh, menyambut uluran tangan dan ucapan tadi. Tanpa senyum, hanya mengangguk satu kali dan melirik si pengucap sekilas.
"Bokap lo baik banget, sumpah. Gue ambil dua ya." Siswi itu menunjukkan dua kotak berwarna kuning cerah yang dipegang. "Satunya buat Mama gue. Dia suka banget martabak punya bokap lo."
Mengangguk satu kali. Sera menarik tangannya, lalu menatapi gadis tadi dengan raut bertanya. Sudahkan? Apa ada lagi yang ingin disampaikan?
Tiara di seberang meja menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
First (Touch Your Heart)
Teen FictionSera Riandi. Remaja yang hobi mencatat semua uang yang papanya keluarkan untuknya. Dicatat sebagai utang, nanti setelah bekerja akan dilunasi dengan cara mencicil. Takut memberi kepercayaan pada orang lain, Sera juga merasa tak pantas menerima semu...