Di ruang tamu, Ara dan Anang, orang tua dari cowok tunggal kelahiran 24 Juli bernama Alka Anaran itu bercengkrama dengan kedua orang tua Agea. Agea memilih untuk salim dulu ke tamunya. Proses itu dilakukan selama satu menit, usai itu Agea pamit dan berujung menuju kamar.
Agea berhenti tatkala menemukan seseorang familiar dengan tingkah laku diam-diam mengambil sesuatu di meja makan. "Bang." panggil Agea menyapa Abangnya, Age sedang terciduk mengambil beberapa potong fried chicken. Sepertinya itu dari orang tua Alka.
Age terperanjat kaget. Ia baru meletakkan dua potong paha ayam ke piring, memilih menoleh pada gadis didepannya. Ia abaikan, sementara tangan Agea mengambil sepotong paha ayam di piring Abangnya.
"Kebiasaan." Tangannya memukul tangan Agea, membuat gadis itu tak sengaja menjatuhkan ayamnya. Belum lima detik, Agea mengambil ayam itu lagi.
"Apaan sih bang? Btw ngapain tuh orang tua lo bang? Ada koper juga." Masih dalam keadaan melahap ayam, seraya tangannya menunjuk ke arah ruang tamu.
Age menjitak kepala Agea, "itu orang tua lo juga njr." Hanya kekehan yang bisa dibalas Agea.
"Iya, ngapain? Kita ditinggal lagi ya?" Agea mencoba mengambil satu potong paha ayam lagi, paha ayam sebelumnya sudah lahap ia makan. Melihat itu, Age memukul tangannya.
"Kebiasaan. Ambil tuh di kotak." Agea merintis kesakitan, walau tak terlalu. Dirinya mengambil piring, mengambil satu buah dada, paha, dan sayap ayam.
"Perut tuh?" Age menganga sedikit, sedangkan tangannya nakal mengambil ayam Agea.
Sekarang giliran Agea yang memukul tangan Abangnya. "Ga sopan," ucapnya, ia pun meninggalkan Abang semata wayangnya. Tak lupa mencibir pada Age.
Belum sempat Agea membuka pintu kamar, ia telah dipanggil oleh Mia. Dengan langkah terburu, sambil meletakkan piringnya ke meja makan, Agea maupun Age bergegas ke ruang tamu.
Di sana Mia menyeret koper kecil, tetapi Fadli kebagian koper besar. Senyum Mia mengarah ke kedua anaknya. "Bisnis lagi nih ke luar kota." Ya, sudah tertebak oleh keduanya.
"Yang akur," pesan Fadli. Pria paruh baya itu mengeluarkan beberapa uang bergambar Pak Soekarno dan Moh.Hatta, menyerahkannya ke Age. Bagian bawah bajunya Agea tarik, ada bisikan kecil ia utarakan ke Abangnya. "Bagi yang rata." Age tak memperdulikan, memilih menyimpan uang itu ke saku belakangnya.
Empat orang dewasa itu meletakkan koper ke mobil masing-masing. Dibantu oleh Age. Setelah melihat rumah dihadapannya, Alka tak juga kunjung datang, sekedar membantu atau memberi salam ke orang tuanya. Awas saja kalau ia pulang, Agea akan memarahinya.
Kedua mobil berangkat, menyisakan Age dan Agea dihalaman rumah. Age hendak pergi, Agea segera menarik baju Abangnya. "Mana jatah gue!" Age merogoh sakunya. Mengambil satu lembar uang seratus ribu. "Cukup kan?"
"Abang!" Agea merujuk.
"Masih kecil ga usah banyak-banyak." Age menower kening Agea, membuatnya mundur sedikit.
Tin tin
Bunyi klakson motor terdengar, Alka memarkirkan motornya dihalaman rumah Agea. "Baru datang lu? Kelayapan?" Agea mencoba menceramahi tetangganya.
Alka tak membalas, memilih bertanya pada Age, "bonyok gua dah pergi bang?"
"Barusan."
Agea menghentakkan kakinya kesal. Bisa-bisanya dua cowok dihadapannya tak memperdulikan keadaannya.
"Oke dah." Alka melajukan motornya. Meninggalkan kediaman.
Age masuk ke dalam rumah, disusul oleh Agea dibelakang. Ia kunci rumah, berjalan ke ruang makan, mengambil chickennya yang menganggur beberapa menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agendra ✔
Teen FictionIni kisah Agea dan Andra. Pasangan? Jelas bukan. Lalu, apa yang terjadi di antara mereka hingga judul cerita adalah gabungan dari nama mereka? Penasaran? Click, happy reading~