Fenomena yang jarang terjadi. Walaupun hanya klise dan kebetulan semata. Agea merasa beruntung, tapi juga menyayangkan hal itu. Berkali-kali saat momen ini terjadi, posisinya selalu saja kebetulan.
Sore ini, Agea dan Keysa berkunjung ke lapangan futsal. Hanya untuk melihat temannya, Dino, Aldi, dan Boni yang tengah bertanding dengan lawan dari kelas Andra. Namun ternyata, ketika mereka berdua ke tempat kediaman, pertandingan itu telah usai.
Dan berakhir Agea diajak Andra untuk pulang bersamanya, karena kebetulan dia akan ke rumah Alka juga, tetangga Agea.
Agea sudah tak bisa menolak lagi ajakannya. Terlebih teman-temannya sudah mulai balik untuk pulang. Mulai dari Aldi yang sudah pergi dari stadion futsal untuk mencari minuman. Lalu Dino dan Boni yang tiba-tiba saja kehilangan semangat dan memilih untuk pulang duluan. Lalu tersisa Kevin dan Keysa yang memilih pulang berdua.
Agea harus menghadapi kebetulan tak disengaja ini. Lama terdiam di tempat. Andra menyadarkan lamunan Agea.
"Gea, kenapa? Mau pulang, kan?" tanya Andra. Dia sedikit menundukkan kepalanya melihat wajah Agea, karena tinggi mereka yang berbeda.
"Iya. Andra mau ke rumah Alka juga, kan. Sekalian," ucap Agea dengan sepasang matanya ikut melihat mata Andra. Tak ada kaku lagi. Dia sudah mengubah ekspresinya menjadi santai. Tak perlu bimbang dan boleh memperlihatkan pada Andra, betapa gugupnya dia saat ini.
Andra tanpa sadar sudah tersenyum ketika dilihatnya Agea menyetujui. Tanpa sadar juga, tangannya mengambil tangan Agea. Menuntunnya keluar dari stadion penonton ke parkiran.
Setengah perjalanan mereka terhenti, karena Agea agak lambat mensejajarkan langkahnya dengan Andra.
"Maaf, Gea. Tiba-tiba aja, spontan," kata Andra melihat tautan tangan mereka dan melepaskan tangannya lagi.
"Eh, iya," kata Agea menghilangkan segala kegugupan.
"Bisa kena marah gua sama Bang Imam," kata Andra. Baru kali ini Agea teringat lagi dengan rumor dia dengan Imam, kakak kelasnya itu. Sekaligus ketua MPK OSIS di sekolah mereka. Banyak yang membicarakan tentang ini. Ternyata sudah menyebar pada teman-teman seangkatannya.
"Ah, enggak bener kok gosip itu. Gue sama Bang Imam temen aja. Nggak pacaran," jelas Agea. Menolak kembali tuduhan orang-orang padanya. Termasuk Andra sendiri, yang sepertinya mengetahui rumor rancu itu.
"Eh, gitu ya. Anak-anak kelas pada bilang gitu. Nggak bener ternyata." Andra tanpa sadar untuk kesekian kalinya, menyentuh puncak kepala Agea. Menepuk-nepuknya pelan.
"Maaf ya, udah bahas dia. Bahas soal kita aja gimana?" kekeh Andra di akhir kalimatnya. Agea tak tahu itu hanya sekadar gurauan atau ada hal lain.
Tak menjawab apa-apa lagi oleh Agea. Dia sadar Andra hanya bercanda, mungkin. Sekarang, mereka berdua sudah di parkiran. Setelah melihat sekeliling tak didapati adanya Dino, Boni, Keysa, dan Kevin. Sepertinya mereka sudah dahulu meninggalkan tempat. Dan untuk Aldi, terakhir Agea melihatnya duduk di toko dalam lapangan futsal sembari minum di sana.
Andra meraih kunci motor di dalam saku celananya. Ia buka jok belakang motornya, di sana terdapat helm cadangan yang selalu ia bawa. Diserahkannya pada Agea.
"Kita ke rumah Alka dulu ngasih jaketnya," kata Andra dan mulai duduk di motornya saat berkata demikian.
Starter motor ia hidupkan setelah Agea duduk di belakangnya. Sesaat bunyi mesin sudah terdengar. Motor itu meninggalkan parkiran setelah membayar biaya parkir. Jalan raya mereka hadapi. Andra membawa motor tidak mengebut seperti Age, Abang Agea. Dia justru santai. Walau sesekali menyalip kendaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agendra ✔
Teen FictionIni kisah Agea dan Andra. Pasangan? Jelas bukan. Lalu, apa yang terjadi di antara mereka hingga judul cerita adalah gabungan dari nama mereka? Penasaran? Click, happy reading~