Hari sudah berganti, Sabtu sangat dinanti. Agea sudah berada di kelas. Tetapi saat ia baru memasuki kelas, sebagian teman-temannya sudah tak di kelas. Sudah dipastikan sedang mengganti seragam Pramuka dengan baju olahraga.
Keysa dan Riska sudah berdiri di hadapan Agea dengan baju olahraga ditangan mereka masing-masingnya. Agea mencari baju olahraganya didalam tas, setelah ditemukan mereka bersama-sama menuju wc perempuan. Karena kelas mereka sudah menjadi tempat untuk para anak cowok ganti baju.
Tak butuh waktu lama, Agea sudah menyelesaikan mengganti seragam pramukanya dengan baju olahraga. Sembari menunggu Keysa dan Riska yang ternyata lambat darinya. Ketika pintu terbuka, mereka bertiga segera ke lapangan.
Pak Tono seperti biasa sudah meniup peluitnya. Menyuruh agar kita berbaris. Yap, hari ini ambil nilai praktek bola voli. Sudah dipastikan Agea gagal lagi. Dia sudah menyerah pada pelajaran penjaskes ini.
Guru olahraga itu membagi 30 siswa menjadi lima kelompok. Masing-masingnya enam orang. Agea kebagian kelompok dengan Clara, Ilham, Boni, Qia, dan juga Dino. Mata Agea memutar malas ketika Dino mengambil tempat disampingnya.
"Lo udah bisa kan Gea?" tanya Dino. Dia kali ini melakukan servis pertama. Agea belum juga menjawab. Lalu, dengan sedikit gelengan ia torehkan pertanda ia memang tak bisa bermain bola voli.
Dino sebelum tangannya menyervis ia berujar kembali, "tenang aja. Hindarin aja bolanya. Gua ada kok." Bukan perasan tenang yang ada pada Agea saat Dino mengatakan hal demikian. Walaupun ia bisa menghindari bola saat mulai bermain. Tetapi tetap saja dia akan kebagian servis juga.
Dan ya, Agea tak bisa. Dua cobaan gagal.
Helaan napas panjang terdengar. Agea tertunduk lesu di meja kantin. Pelajaran olahraga tadi sudah berakhir, tetapi dia tak bisa melupakan kejadian tadi. Di mana ia tak berguna bagi teman kelompoknya.
"Udah lah, lagian olahraga tu pelajaran ga wajib," kata Keysa. Cukup menenangkan Agea untuk saat ini.
Lalu Keysa berdiri, hari ini kebagian dia yang memesan. Ia lalu memesan tiga mangkuk siomay. Berbarengan dengan kedai sebelahnya yaitu stand minuman. Ia memesan tiga minuman gula batu ke mbak Sri.
Benar-benar tak ada percakapan setelah Keysa berhasil duduk di meja berhadapan dengan Riska. Agea asik berkutat dengan pikirinnya, seperti belum melupakan nilai olahraganya anjlok. Riska kini memainkan hpnya, meng-scroll layar hp itu entah platform apa yang ia buka.
Keysa mendengus sebal. Hanya dia yang tak menyibukkan diri dengan apapun. Dia juga lupa membawa hp. Ketinggalan di rumahnya.
"Halo, maaf bisa ambilin saus itu?" Seorang gadis tersenyum manis ke arah mereka bertiga. Keysa yang tadinya menunduk ikut menaikkan kepalanya. Terlebih botol saus itu dekatnya.
Keysa sodorkan botol saus itu ke gadis bername-tag Liara. Tetapi sebelum itu ia merasa familiar. Sebelum Liara pergi, Keysa memanggilnya. "Bentar, lo sekelas sama Lintang kan?"
Liara menatap Keysa. Matanya memaku. "Iya. MIPA empat. Kenapa ya?"
Agea yang sempat termenung ikut mendengarkan percakapan dua orang asing itu. Sedangkan penjual siomay sudah memanggil meja mereka untuk segera mengambil makanan. Karena Keysa mengobrol, Riska berinisiatif dia saja yang pergi mengambil siomay dan juga minuman.
"Boleh suruh dia ke MIPA tiga ga nanti pas istirahat?" kata Keysa. Liara mengangguk. "Iya nanti gue bilangin." Liara pun pergi bersama satu temannya ke tempat di belakang meja Keysa.
Agea melirik Keysa penasaran. "Lintang anak paskib itu?" Ternyata Agea cukup mengenal siswa yang menonjol. Ada beberapa anak kelas sepuluh perwakilan paskib, tapi Lintang terlalu menonjol di barisan. Ya, karena wajahnya yang tampan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Agendra ✔
Teen FictionIni kisah Agea dan Andra. Pasangan? Jelas bukan. Lalu, apa yang terjadi di antara mereka hingga judul cerita adalah gabungan dari nama mereka? Penasaran? Click, happy reading~