Thirty Six

1.1K 68 445
                                    

Hari-hari menyisakan kenangan. Hingga tak sadar akhir semester datang. Tugas akhir dari mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah berkunjung ke Rumah Puisi. Hari Sabtu besok adalah jadwal pergi kelas Agea bersama kelas sebelas MIPA yang lain.

Sebelum hari ini datang, beberapa bulan yang lalu adalah kabar gembira bagi Agea. Di mana Andra dan tiga perwakilan kelas IIS yang berlomba dalam FL2SN mendapatkan juara dua. Walaupun belum menjadi yang pertama, tapi itu sudah jauh lebih baik.

Tengah melamun Agea hingga seorang guru masuk ke kelas.

Dia berjalan menuju Buk Wiwi dan meminta izin untuk berbicara. Setelah disetujui, Buk Diah menatap seisi penjuru kelas.

"Untuk besok pas pagi pakai seragam batik ya, karena kita formal mau ke Rumah Puisi. Sehabis itu boleh bebas," kata Buk Diah. Guru Bahasa Indonesia itu lantas pergi dari kelas setelah memberi informasi.

Istirahat sudah diumumkan satu menit yang lalu. Mau tak mau, Buk Wiwi menutup pelajarannya. Bersamaan dengan teman-teman yang lain berhamburan keluar kelas.

Agea melihat bangku di sampingnya. Kosong. Dari kemarin Putri tak masuk. Ada acara pesta pernikahan kakak kandungnya yang diadakan di Surabaya. Hingga hari besok, akankah Putri ikut pergi? Rasanya tidak.

Me
Put, lo kpn balik? Ke
Rumah Puisinya bsok loh
10.01

Sama sekali tak ada tanggapan. Pesta yang diadakan tiga hari berturut-turut itu pasti membuat Putri sibuk. Tetapi spekulasi seperti itu terbantahkan saat Putri membalas kemudian.

Putri Karina
Nggak bisa diundur ap?
Gue balik Minggu cuk
10.02

Me
Plg skrg aja lo
10.02

Putri Karina
Besok baru pestanya woi
Gue titip salam aja
10.02

Berakhir Agea mengirim stiker acak yang memperlihatkan dia mengiyakan. Kehilangan teman sebangku benar-benar tak menyenangkan. Rasanya hampa.

Terlebih esok hari pergi jalan-jalan wisata sekolah. Mana bisa tanpa seorang teman dekat? Meskipun ada Keysa dan Riska. Tetapi adanya perbedaan kelas di antara mereka itu sama saja. Mereka justru tetap berpisah.

***

Sambutan pagi sudah berbeda dari waktu dulu-dulu. Di mana ketika itu, Agea pasti diantarkan Age ke sekolah. Namun, sudah beberapa bulan ini Abangnya tak menetap lagi di rumah. Melainkan kos dekat Universitas-nya.

Age berhasil. Melalui ujian SBMPTN-nya yang lalu, dia lulus pilihan kedua, Teknik Informatika di ITB. Tak pernah disangka Agea jika tekad Abangnya yang kuat, rajin mengikuti les, dan selalu belajar dapat membuahkan hasil.

Satu tahun lagi giliran Agea yang kuliah. Entah seberuntung Abangnya atau tidak.

Agea menyandang tas berisikan baju bebas yang akan dipakai nanti setelah ke Rumah Puisi. Di dalamnya juga berisi tas selempang kecil. Cukup mengisi dompet, hp, dan lipbalm.

"Pa, pagi. Kita berangkat sekarang ya, Pa." Agea tersenyum menyapa Fadli di meja makan.

Keberangkatan itu menyisakan dingin di sekujur tubuh. Jaket tebal meringkus badannya.

Sekitar tujuh Bus terparkir bersusun di depan gerbang. Langkah pelan itu kemudian menuju area sekolah. Sudah ada beberapa siswa-siswi berkumpul di lapangan. Agea lantas masuk ke barisan kelasnya.

Agendra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang