Pertandingan babak kedua terlalu sengit. Di mana skor lima-tiga membuat kelas Dino mati-matian ingin mencetak skor. Mereka kalah dua nilai. Sedangkan pihak lawan tak merelakan kesempatan sedikit pun untuk mereka mencetak skor. Berkali-kali Dino berhasil menangkap bola.
Nasib baik ada pada kelas Agea. Setelah Aldi menendangkan bola, gol tercetak jelas. Sorakan menggembara menggema di seisi stadion. Akhirnya kelas mereka bisa mengejar ketertinggalan.
Belum puas satu gol tadi, Adit menerima umpan bola dari Boni. Kakinya gesit menuju ke dekat gerbang lawan. Tentu saja beberapa pemain kelas lawan menghadang. Segera Adit menendang bola itu menuju Rian. Tetapi saat itu Rian tak berhasil. Malahan Andra yang mendapatkan bola itu.
Enggan untuk kalah, Aldi berlari kencang. Saat bola Andra oper ke Alka, cowok itu nampak menerima. Ia menendang kuat bola ke gawang. Kehebatan Dino di uji, kedua tangannya lagi dan lagi berhasil menangkap bola.
Dino melempar bola ke Boni. Beberapa kali bola itu di oper hingga sampai pada Adit yang sudah berdiri tepat di depan lawan gawang. Bola diterima Adit. Menendangnya bak singa kelaparan, terlalu kuat dan satu skor bertambah untuk kelas sepuluh MIPA tiga. Skor imbang lima-lima. Sedangkan waktu hampir habis.
Riuh, tepuk tangan mengisi ruangan. Sekarang tinggal bagaimana cara mengulur waktu agar kelas mereka menang. Dengan satu skor lagi, kelas mereka bisa merebut kejuaraan. Dan jika imbang, harus melakukan satu pertandingan lagi.
Wasit mengumumkan waktu mereka tersisa lima menit. Yang bisa Dino lakukan adalah bagaimana memblock bola dari gawangnya.
Ternyata usaha pemain kelas Agea tak membuahkan hasil. Padahal mereka sudah mengejar skor. Tetapi saat menit-menit terakhir Andra kembali mencetak skor berkat umpan dari Alka.
Penonton dari kelas Agea mengaduh. Nampak wajah sedih di sana. Riska yang tadinya duduk berbeda dengan Agea dan Keysa mulai melangkahkan kakinya menuju mereka. Lalu bersandar pada bahu Agea.
"Kita kalah everybody," keluh Riska. Matanya memandang pemain futsal kelasnya yang sedang membentuk bulatan membicarakan sesuatu.
Ketiganya—Agea, Keysa, dan Riska—mulai keluar dari stadion ketika yang lainnya menyesak mereka untuk segera menyingkir. Agea berkali-kali bahunya ditabrak oleh kelas lain. Ia masih mematung di tempat duduknya walau Keysa sudah menyeretnya keluar.
Agea melirik kelas Andra. Di sana mereka mengobrol bahagia. Mereka akan tanding lagi bersama kelas yang menang sebagai penentuan juara 1,2 dan 3. Di sana nampak Putri menyodorkan Aqua pada Andra. Langsung disambut Andra, meneguknya lalu memberikan kembali pada Putri. Senyum sumringah Putri berikan.
Tak ingin melihat pemandangan itu lama-lama, Agea nurut pada Keysa untuk menuju keluar stadion.
Dino sedikit berlari ketika dilihatnya tak ada lagi teman-teman sekelasnya di stadion. Ia menuju luar ruangan. Kakinya berhenti tepat di depan Agea. Disusul oleh Aldi dan Boni.
Lantas Agea berhenti, diikuti oleh Keysa dan malah menabrak punggung Agea karena ia berada di belakang gadis itu. Ia sedikit mengaduh. Lalu ia paham situasi. Memberi waktu dan ruang untuk Agea dan Dino.
Keysa menyeret Riska begitu pula dengan Aldi dan Boni untuk sedikit menjauh. "Kenapa sih?" tanya Boni kebingungan. Ia ditarik paksa oleh Keysa.
"Lo ga liat apa dua sejoli mau ngobrol?" kata Keysa. Dagunya terangkat menunjuk Agea dan Dino yang seperti membicarakan sesuatu. Boni mengusap rambutnya. Mengibaskannya tanpa menjawab Keysa.
Sementara itu, Agea terlihat terpaku pada manik mata Dino. "Maaf Gea, gua kalah," ungkap Dino penuh penyesalan. Raut mukanya terlihat sedu.
"Ga usah sedih gitu. Lo ga cocok soalnya," kekeh Agea. Lalu satu tangan kanannya mengacak rambut Dino. Walau ia harus sedikit berjinjit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Agendra ✔
Novela JuvenilIni kisah Agea dan Andra. Pasangan? Jelas bukan. Lalu, apa yang terjadi di antara mereka hingga judul cerita adalah gabungan dari nama mereka? Penasaran? Click, happy reading~