Kian berlalu hari demi hari. Tak pernah ada kalanya ia berhenti. Tepat pada hari ini, Sabtu, ujian di SMA 22 Bandung sudah memasuki hari akhir. Tentu semua sudah tak sabar ingin keluar dari ruangan sesegera mungkin. Ingin menyambut hari-hari bebas tanpa ujian. Selama seminggu penuh ke depan, mereka akan diliburkan.
Sosok gadis cantik dengan rambut terbiasa digerai berwarna hitam, dia Agea Manrumi. Sekarang ia telah menyandang tasnya, bahkan sebelum bel sekolah berbunyi untuk mengakhiri sesi ujian. Di depan ruangannya, terlihat wajah pengawas selalu melirik jam tangannya sedari tadi. Beliau sama saja dengan siswa. Ingin cepat menyelesaikan kegiatan.
Satu ruangan kelas tadi langsung berkumpul di pintu saat bel sudah berdentang tiga kali. Mereka ingin segera keluar, termasuk Agea. Dia ikut mengantri keluar ruangan.
Hari-hari sebelumnya dan juga hari ini, telah menjadi kebiasaan baginya untuk ke kelas Dino. Alih-alih mengajaknya keluar bersama untuk menuju ke gerbang, sebenarnya dia hanya ingin menyempatkan diri bertemu sosok cowok berinisial A itu. Tak lain, dan tak bukan Andra Theana.
Namun, dia belum punya kesempatan. Agea belum punya hal itu. Dia masih belum berani untuk mendekati Andra lebih dulu. Walaupun dirinya dan Andra sudah pernah pergi ke suatu tempat. Itu pun karena sewaktu itu, Keysa dijemput Kevin untuk menjenguk kakeknya setelah futsal berakhir. Dan mau tak mau Agea tak memiliki teman pulang lagi. Dan Andra yang saat itu mengantarkan Kevin pada Keysa, jok belakangnya kebetulan kosong. Dan hal itu sudah sangat lama berlalu. Agea sudah tak ada momen lagi bersama Andra hingga detik ini.
Seringkali ketika bertemu dengannya, Agea memilih menunduk atau mengalihkan pandangan. Dia takut Andra akan cuek dengannya. Karena jika pun menyapa, Andra terlihat biasa saja.
Melupakan kenangan singkat dirinya dan Andra, Agea sudah berada saja di depan ruangan ujian kelas Dino. Jelas terlihat ruangan kelasnya sudah dibubarkan. Tetapi, masih ada beberapa siswa di dalamnya termasuk temannya itu.
Dengan keadaan tangan kanan Agea menggenggam erat ponselnya, dia mulai membuka kedua sisi pintu. Hingga kelas Dino kelihatan secara jelas. Agea melenggang masuk ke ruangan 14 tanpa mengucapkan apa pun.
Langkah kakinya mengarah ke bangku Dino di sudut sebelah kiri. Temannya itu tak menyambut kehadirannya. Malahan sibuk menyimpan kertas soal ujian terakhir tadi ke dalam tas.
"Kok sama sih, No. Gue juga nyimpen kertas ujian, loh," kata Agea melihat kesamaan antara dirinya dan Dino.
"Kan lo niru-niru," ucap Dino yang dua tangannya tengah bekerja dalam meresliting tasnya.
"Ck, ngadi-ngadi," decak Agea.
Ketika Dino belum bergerak untuk keluar kelas, mata Agea menelusuri isi kelas. Tepat di meja sebelahnya, ada Andra yang baru saja menyandang tas. Ia hendak keluar dari ruangan. Ah, Agea rasa dia ingin menyapa.
"Gea, ayo." Tolehan Agea berikan ketika Dino mengajaknya. Tak ingin berlama-lama di posisi memperhatikan Andra, Agea lantas mengikuti Dino dari belakang.
Di ambang pintu yang dua sisinya terbuka sempurna, Agea dan Dino sempat berhenti. Mereka jelas melihat Putri masuk ke ruangan 14 ini. Bersamaan dengan dia yang langsung menyeru nama seseorang yang Agea tahu pasti, dia akan menemuinya.
"Ndra!" Putri bersorak. Seketika Andra yang tadinya berjalan ikut berhenti. Terlebih saat ini, di depannya ada Agea dan Dino yang melakukan seperti yang tengah ia lakukan—berhenti mendadak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Agendra ✔
Fiksi RemajaIni kisah Agea dan Andra. Pasangan? Jelas bukan. Lalu, apa yang terjadi di antara mereka hingga judul cerita adalah gabungan dari nama mereka? Penasaran? Click, happy reading~