Seventeen

1.3K 135 267
                                    

Pernahkah kalian merasa bosan di sekolah? Jika pertanyaan itu muncul pada Agea, ia akan menjawab, tidak pernah bosan. Bertemu dengan teman-teman, menghadapi tugas, dan ke kantin bareng adalah masa-masa menyenangkan selama di sekolah SMA. Kuliah? Jangan ditanya, itu lebih berat lagi. Nikmatilah masa sekolah, kita tak akan tau kapan waktunya kan berakhir.

Lonceng sudah berbunyi sejak satu menit yang lalu. Agea dan Riska masih berada di kelas menunggu Keysa mencari topinya. Sedangkan dasinya sudah ia pakai sejak dari rumah.

Keysa masih menyibak tasnya. Mencari kemungkinan topinya bersembunyi. Tapi tetap saja setelah berulang kali mencari, hingga ditegur Pak Toni yang mondar-mandir, topi berwarna abu-abu dengan lambang Tut Wuri Handayani itu belum ditemukan.

Riska menepuk meja dengan kanannya, ada tersirat ide dipikirannya. "Gue baru inget. Kakak kelas ada yang nyewa topi sama dasi gitu." Kini seolah tak percaya, Keysa berdecak.

"Ck. Mang ada?" Keysa tak tertarik dengan topik yang disampaikan Riska.

Tetapi berbeda dengan Agea, menyetujui ide Riska. "Coba aja dulu Key. Daripada lo berdiri di samping anak band." Sudah menjadi peraturan, bagi siswa atau siswi yang tak mengenakan atribut lengkap. Berdiri bersama anak band. Ikut bernyanyi lagu Indonesia Raya.

Memikirkan itu saja Keysa mengangguk lesu menanggapi ide Riska. "Kelas berapa?"

"Sebelas MIPA satu."

"Tau dari mana btw?" Keysa masih cukup penasaran. Terlebih dia tak tau kalau ada bisnis semacam itu.

"Cari aja ignya sewadasitopi andeskor 22 tapi private ya. Gue pernah difollow sama tu akun soalnya."

Kini rasa ingin tau Keysa terbayarkan ketika langsung mencari akun itu. Di bionya tertera jasa sewa dasi dan topi hari senin. Sblsm1. Mungkin hanya sebagian orang yang mengerti dengan kode tersebut, sebagian orang itu termasuk Riska.

Mereka bertiga sejajar berjalan ke kelas kakak kelas itu. Walau telat, mereka masih tak mempercepat langkah saat dilihatnya dari arah lapangan belum juga pada berbaris.

Riska mengucap salam mewakili. Ketika baru masuk, nametag bernama Cici langsung mendatangi Riska. "Kakak dah tau nih adek ngapain. Sini sini." Cici mempersilahkan Riska masuk. Ketika Riska mengajak Keysa, dia menggeleng. Menyuruh Riska saja yang masuk.

Setelah melakukan bisnis di sana. Riska menyerahkan topi itu ke Keysa. Didalam topi itu bertuliskan cc1. Sungguh, selalu ada kode.

"Berapa?" tanya Keysa. Kini mereka bertiga melangkah agak cepat ke lapangan. Karena Kepala Sekolah sudah berkacak pinggang. Seraya memonitor ketua masing-masing kelas untuk menyiapkan barisan.

"Lima ribu doang. Murmer kan ya?" Keysa menoleh kepada dua temannya yang kini sibuk melangkah cepat tanpa kelihatan sedang berlari.

Agea mengangguk. "Iya. Murmer," katanya. Kini mereka sudah sampai dibarisan. Karena telat, mereka bertiga kebagian baris di belakang.

"Gue ganti ya," ucap Keysa seraya merogoh isi sakunya.

Riska segera menghentikan tangan Keysa. "Gak usah, apaan sih. Simpen aja," kata Riska penuh kebaikan. Dia yang punya ide, dia juga yang membayar. Sungguh mulia dia.

Keysa cukup ragu, hingga Riska berdecak kesal karena Keysa terus-terusan ingin bilang akan membayar. Keysa terdiam dibuatnya. "Iya dah. Makasi Ris." Keysa menyunggingkan senyumnya. Jarang ia perlihatkan senyum tulus itu.

Lain dengan Keysa dan Riska sibuk perihal topi tadi. Agea malah sibuk membayangkan dirinya memakai jas putih perawat UKS itu. Kini tatapannya menuju Putri. Dia nampak mengenakan jas putih bernametag warna gold bertuliskan Putri Karina.

Agendra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang