Kipas angin sejak tadi hidup. Putarannya yang kencang membuat rambut Agea cepat kering. Cara manual dalam mengeringkan rambut yang sekarang Agea lakukan, karena Mamanya berulah kembali. Hairdryer miliknya dipinjam lagi. Lebih parahnya, ketika Agea menagih pada Mamanya, ternyata hairdryer itu sudah rusak.
Tak bisa mengamuk. Agea tahu yang membelikannya juga Mamanya sendiri. Berakhir Mia berjanji akan membelikan lagi besok.
Ketukan beberapa kali di pintu kamarnya terdengar. "Iya Ma, masuk aja." Agea tahu jika itu adalah Mamanya. Terlebih sore ini, Age pergi bersama teman-temannya entah ke mana. Lalu Fadli, Papanya yang masih bekerja di Kantor.
Mia masuk ke dalam kamar anak gadisnya. Tersenyum manis seperti ada maksud tertentu. "Gea, Mama mau bikin salad buah lagi," kata Mia mendekat ke arah meja rias Agea.
Kipas angin yang tercolok listrik itu ia cabut. Rambutnya sudah mengering. Agea berbalik badan menatap seseorang yang telah melahirkannya.
"Enak dong, Ma. Udah siap salad buahnya?" Agea mengadahkan tangan. "Mana Ma?"
Ekspresi Mia berubah. Kali ini senyum itu mendadak hilang dan berganti dengan helaan napas panjang.
"Nah itu. Mama mau bikin. Tapi Age sama Papa belum pulang. Gimana mau beli bahannya, kan?" Mia meletakkan dua tangannya di bahu Agea. "Kamu ya yang beli?"
Sudah Agea duga. Pasti hal ini akan terjadi. Di mana dia sebagai sasaran empuk untuk memenuhi keinginan Mamanya yang sering mendadak itu.
"Tunggu Age aja, Ma. Bentar lagi juga pulang."
Gelengan oleh Mia menandakan dia tahu Age tak akan cepat pulang. "Paling dia pulang jam tujuh. Sekarang masih jam lima. Kamu aja, ya?" Mia membujuk lagi.
Agea sudah berdiri. Langkahnya mengarah ke luar pintu kamar dengan diikuti Mia dari belakangnya.
"Gimana caranya aku ke sana? Suruh Keysa buat ke sini? Atau suruh Age aja biar cepat pulang? Tapi mereka berdua pasti punya kesibukan masing-masing."
Agea menjadi teringat dengan Keysa, hanya dia temannya yang bisa memakai motor. Tetapi itu tak mungkin, karena akan merepotkannya. Untuk Age, dia sok sibuk. Tak akan mau menuruti keinginan Mamanya.
"Loh kenapa jauh-jauh? Alka kan ada," kata Mia. Kini mereka telah berada di ruang keluarga. Agea duduk di sofa. Di depannya ada televisi yang dibiarkan hidup.
"Ma, masa' nyuruh Alka buat nemenin?" Agea menolak. Tadi saat pulang sekolah Age juga begitu pada Alka, menyuruhnya untuk mengantarkan Agea pulang. Sekarang Agea akan merepotkannya lagi, bagaimana bisa?
"Susah ya kalau Mama minta tolong." Terlihat kekecewaan dari Mia.
Agea cepat mengiyakan daripada uang jajanannya yang akan dipertaruhkan nantinya. "Iya, iya. Ini aku ke sana. Buahnya sama aja, kan?" Mia cepat mengangguk dan berlalu menuju dapur.
Dengan cepat Agea mengirimkan pesan pada Alka. Agea juga merasa beruntung sesudah mandi tadi dia tak memakai baju tidur, melainkan baju santai.
Me
Ka, boleh temenin belanja
buah? Itu pun kalau
lo mau. Maaf ngerepotin
17.12Alka Anaran
Gaslah. Kebetulan juga
lagi ngeluarin motor
17.14
KAMU SEDANG MEMBACA
Agendra ✔
Teen FictionIni kisah Agea dan Andra. Pasangan? Jelas bukan. Lalu, apa yang terjadi di antara mereka hingga judul cerita adalah gabungan dari nama mereka? Penasaran? Click, happy reading~