Twenty Four

1.2K 81 325
                                    

Melihat wajah Keysa yang nampak lesu dengan bibir dikerutkan. Agea sadar kalau pertandingan benar-benar berakhir. Sangat tak diharapkan Agea hari ini terjadi.

"Kita kalah ya?" Agea ikut tertunduk lesu.

Riska disebelah Keysa menoleh pada Agea. Dengan alis yang tertaut. "Kita menang, Gea," serunya bersemangat, menyanggah perkataan Agea barusan.

Agea membulatkan mulutnya. Sesaat ia menatap Keysa. Ternyata Keysa mengerjainya. Melihat itu, Keysa tergelak sementara dia akan bicara lagi. "Habis lo ga liat pertandingan sih. Seru tau. Pas akhir-akhir Boni cetak gol."

Seutas senyum mengembang dibibir Agea. Ia pikir mereka tak akan punya kesempatan untuk menang. Ternyata hanya tipuan belaka dari Keysa. Tapi tak apa, yang terpenting kelasnya lolos final. Dan, well, kelas Andra juga.

Setelah gol tercetak jelas oleh Boni. Saat itu juga permainan berakhir, di mana kelas Agea berhasil masuk ke babak final dan akan bertanding lagi esok hari.

"Udah selesai kan? Pulang yuk."

Ajakan Agea itu disambut Keysa dan Riska. Mereka keluar bersama dari stadion penonton.  Ketika hampir berada di pintu keluar, Keysa memberhentikan langkah. Dilihatnya Lintang dari arah depan. Langkah kaki Keysa juga mengayun ke arah cowok itu. Mau tak mau Agea dan Riska mengikuti langkah Keysa.

Lintang ketika didapatinya Keysa di depannya ikut memberhentikan langkah. Dua teman di samping Lintang juga ikut berhenti sekaligus bingung.

"Ntang, kelas lo menang?" tanya Keysa. Ia bertanya demikian karena tak melihat pertandingan dari kelas Lintang. Sebab setibanya Keysa di stadion adalah saat kelas terakhir bertanding. Ya, kelasnya dengan kelas sepuluh MIPA lima tadi.

"Kalah. Kelas lo menang kan, selamat ya." Lintang menjabat tangan Keysa. Tentu gadis itu menerima, berselang detik tangan itu dilepaskan. Agea dan Riska tak mengatakan apa-apa, membiarkan dua teman itu bicara. Sama halnya dengan dua teman Lintang, malah mengabaikan kondisi itu dan bercengkrama berdua.

"Btw makasih ya soal pas istirahat tadi, bisa-bisanya gue lupa," katanya. Posisinya Lintang masih berdiri dengan tangan kanannya memegang minuman es jeruk.

"Yoi, Ntang. Btw gue pergi ya." Lintang hanya mengangguk kecil menyetujui. Keysa lantas tersenyum simpul. Lalu mengajak kedua temannya untuk pergi dari kediaman. Begitu juga dengan Lintang yang sudah berjalan terlebih dahulu dengan dua teman lainnya.

"Makasih soal tadi kata Lintang? Lo ngasih apa?" Riska masih tak bisa menghilangkan rasa penasarannya. Terlebih ketika saat di kelas tadi, Keysa tak mengatakan apa-apa selain mengatakan mereka hanya berteman.

"Kalian masih kepoan ya?" Keysa tertawa pelan melihat raut wajah penasaran Riska. Sebenarnya tidak untuk Agea yang terlalu memusingkan hal itu.

"Gue malas ah. Ditanya malah ga jawab," kesal Riska. Bersamaan dengan langkahnya ia percepat sehingga mendahului Agea dan Keysa.  Tak begitu cepat, hanya saja Agea dan Keysa jadi tertinggal di belakang.

Keysa menoleh ke Agea, "ngambek dia." Tentu saja hal itu terjadi. Agea menghela napas. "Lo sih. Dia kepo banget dari tadi," ketus Agea. Padahal Keysa bisa langsung jawab pertanyaan Riska tanpa harus mengulur waktu.

Keysa lalu sedikit berlari. Mendekat pada Riska. Tangannya bergelayut di sisi bahu Riska. Tatkala itu pula Riska berhenti.

Agendra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang