Motor ninja itu masuk ke perkarangan rumah Agea. Padahal sang pemilik rumah sudah memberi kode untuk menurunkannya didepan pagar, tapi dengan alibi takut Agea basah kuyup lagi –padahal memang sudah basah kuyup–, Imam memilih menurunkannya tepat didepan rumah. Sebagai bentuk pertanggungjawabannya.
Gadis itu berterimakasih pada kakak kelas itu. Dengan baik hati, Agea mempersilahkan Imam untuk mampir. Tetapi ditolak oleh Imam, ia harus buru-buru ke rumah karena hujan menghambat segalanya. Juga ada perasaan tak enak baginya mampir di rumah cewek.
"Lain kali aja. Pulang dulu ya dek."
Sesaat pipi Agea tersipu saat dipanggil adek. Beruntung hujan membasahi pipinya, jadi semburat merah apel itu tak akan terlihat.
"Hati-hati bang. Makasi ya." Agea tersenyum hangat.
"Yap," balasnya singkat.
Imam menutup kaca helmnya. Motor itu kemudian meninggalkan perkarangan rumah. Menyisakan rintik-rintik hujan yang makin lebat. Kekhawatiran Agea memuncak ketika melihat motor itu hilang dari pandangan. Takut kalau Imam jatuh sakit akhirnya.
Masih memakai jaket milik Imam, Agea melepaskannya ketika sudah berada di rumah. Langkah kakinya berhenti di tempat mesin cuci. Diletakkannya jaket itu, mungkin besok pagi ia akan serahkan pada pemiliknya.
Tak lama dari itu Agea masuk ke kamar, mengambil beberapa helai pakaian. Dirinya sudah membayangkan dinginnya air di bak. Tapi mau gimana lagi, kalau ia tak segera membersihkan badan, tak mungkin dalam keadaan basah ia merebahkan tubuhnya.
Seperti gadis lainnya, Agea hanya membutuhkan waktu lima menit untuk mandi. Terlebih air hangat yang tak ada di rumahnya. Terpaksa air dingin sedingin kutub utara itu ia guyurkan ke tubuhnya.
Agea sudah cantik memakai baju tidur hijau botol polos. Dirinya mengambil selimut, ia pun membungkuskan diri di sana. Hujan lebat belum juga reda.
Di ceknya hp, di sana ada notif dari seseorang yang mengantarnya pulang. Jemarinya membalas pesan, sedangkan kepalanya sudah terbungkus oleh selimut tebal.
Bang Imam
Lagi ngapain? Udh sampai di rumah kan?
15.35Me
Kayak yang Abang liat tadi. Aku udh
sampe di rumah kok tenang aja.
Lagi akrab sama selimut aja hehe
15.38Agea merasa sedikit bersalah kalau-kalau Imam ada rasa padanya. Terlebih Agea tak menginginkan hubungan lebih. Dirinya masih tak bisa melupakan Andra. Dia belum bisa membuka hati.
Tetapi belum ada kemungkinan Imam akan seperti itu padanya. Bisa saja ini hanya sebatas hubungan kakak-adek. Atau sebatas hubungan sebagaimana kakak kelas mengayomi adek kelas.
Memikirkan itu saja Agea menjadi malu sendiri karena terlalu geer pada waktu yang tak tepat. Memang benar tak ada salahnya mengambil antisipasi, tetapi kalau ternyata salah, Agea akan salah tingkah jadinya. Karena harapan yang terlalu tinggi.
Agea tak bermaksud menunggu balasan dari ketua MPK itu, tetapi bola matanya terus-terusan menatap layar ponselnya. Notif sosial media lain banyak muncul, tetapi untuk whatsApp belum ada kabar sama sekali.
Dengan muka tertunduk sambil memejamkan mata karena ada perasaan ngantuk menjalar pada dirinya. Agea sedikit tersentak kaget ketika hp ditangannya bergetar. Di sana tertera seseorang mengirimkan pesan padanya.
Agea tersenyum kecut ketika notif itu ternyata dari Alka. Terlebih isi pesannya membuat kerutan di dahi Agea.
Alka Anaran
Td gua balik k sklh lu ga ada
15.42Me
Ngapain?
15.42Alka Anaran
Pulang breng lah, apalagi
15.43

KAMU SEDANG MEMBACA
Agendra ✔
Fiksi RemajaIni kisah Agea dan Andra. Pasangan? Jelas bukan. Lalu, apa yang terjadi di antara mereka hingga judul cerita adalah gabungan dari nama mereka? Penasaran? Click, happy reading~