Ten

1.3K 197 248
                                    

Pagi cukup cerah. Hari kemarin adalah hari terburuk bagi Agea. Namun, setidaknya hari ini pasti akan lebih baik. Agea pergi ke sekolah Age, Abangnya. Sekarang keduanya sudah sampai di gerbang. Segera saja Abangnya itu pergi karena akan menuju sekolahnya juga.

Agea merogoh tasnya, melihat apa dia membawa buku fisika atau tidak. Setelah dilihatnya ada, resliting tasnya ia rekatkan kembali.

Langkah kakinya berjalan menuju kelas. Cukup jauh jaraknya dari gerbang. Sedangkan untuk kelas dua belas berada didepan, kelas sepuluh kebagian dibelakang. Tapi Agea merasa beruntung karena kantin dekat dengan kelasnya.

"Gea!" sorak seseorang dari belakang.

Agea berhenti. Kepalanya menoleh ke samping, karena seseorang itu sudah berada saja persis didekatnya. "Napa?" tanya Agea, meletakkan tasnya dipunggung.

"Lo udah pergi duluan aja. Tadi mau ajak bareng." Alka mengambil tas Agea, menyandang tas coklat mocca itu ke bahu kirinya. "Keliatannya berat buat lo." ucap Alka, langkah mereka berjajar menuju kelas.

"Masa gue pergi sama nyokap lu si. Mending gue sama Age," balas Agea. Kini langkahnya berhenti. Pintu kelas berlabel MIPA tiga didepannya terbuka.

"Gak lah. Orang gua pake motor."

Agea menyerngit heran. Sejak kapan Alka punya motor. "Hah masa?" ucap Agea tak percaya.

"Kalau mau ntar pulang bareng deh."

Agea menggeleng cepat. "Nggak gue mau daftar organisasi ntar. Pulang duluan aja," tolak Agea sopan.

Alka mengembalikan tas di bahu kirinya ke Agea. "Makasi, bye." Agea lebih dulu masuk ke kelas, bayangannya telah menghilang, membuat Alka mau tak mau meninggalkan kediaman.

Seperti biasa, pagi-pagi Agea disambut pemandangan menyalin pr dengan gesit. Mengabaikan Agea yang baru saja datang. Diliriknya Keysa bahkan mendiamkannya, tak menyapa seperti biasanya.

Telah duduk Agea dibangkunya. Disusul Keysa meletakkan penanya. Menoleh ke belakang, serta mengesampingkan badannya ke kanan. Di sana ia melihat Agea menyusun buku-buku serta kotak pensil di meja. "Kenapa?" tanya Agea sadar diperhatikan.

"Kenapa ga bales pesan gue tadi malam? Hm?" tanya Keysa. Jemari Agea membuka lembaran buku fiksi yang sengaja dibawanya saat Keysa bertanya demikian.

Agea tersentak sadar, bahunya ia tegakkan. Tak lupa kekehan kecil. "Maaf ketiduran." Gusinya diperlihatkan, cengengesan.

Keysa mendengus, tatapannya kembali pada dua buku. Satu untuk bahan salinan, satu bukunya.

Agea membuka sandi hpnya. Melihat aplikasi hijau dengan icon telepon. Matanya menyipit, kemudian membulat. Ditekannya kontak itu. Melihat chat masuk dari seseorang yang tak sengaja ia kirimkan pesan.

"Bukannya gue udah hapus ya? Kenapa dijawab?" gumam Agea. Di sana tertera jawaban Andra.

Andra Theana
Apa?
17.09

Agea merasa sudah menghapus pesan kemarin yang tak sengaja dia kirimkan ke Andra. Ada kemungkinan hal itu terjadi, Andra pasti sudah lebih dahulu membaca pesan itu terlebih dahulu.

Dipukulnya kepalanya pelan. "Ah gue jawab apa?" Agea menopang dagunya. Membiarkan dirinya larut dalam pikiran. Membiarkan novel yang tadi akan mau dia baca tergeletak begitu saja.

Agea mengetikkan beberapa kata. Mengirimnya pada laki-laki kelahiran 14 Desember itu.

Me
Nope
07.05

***

Bagi sebagian siswa, sangat menyenangkan ketika mengetahui kelas kosong, tak ada pelajaran, guru pergi rapat, dan lain sejenisnya. Terkecuali bagi Agea, dia sudah menyiapkan materi dan sudah diulasnya malam sebelum pelajaran. Bisa-bisanya pelajaran tak jadi. Walau hanya Agea yang berpikir begitu. Kalau saja ada yang tau, Agea tak begitu menyukai kelas kosong, sudah pasti Agea jadi bahan sorakan.

Agendra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang