03-First Day

2.9K 154 0
                                    

Areta terbangun dari tidurnya saat jam menunjukkan pukul setengah lima pagi. Sudah menjadi kebiasaannya bangun di jam itu. karena itu, tanpa alarm pun ia refleks terbangun.

Areta menatap ruangan yang menjadi kamar tidurnya selama seminggu ini. Ruangan yang cukup luas dengan perabotan lengkap didalamnya. Tempat yang sangat nyaman sebenarnya, namun tidak untuk Areta. Hanya perasaan hampa yang Areta rasakan. Tempat senyaman ini tidak ada artinya tanpa kehadiran ibunya.

Areta beranjak dari ranjangnya, berjalan ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah menjalankan ibadah sholat subuh dan bersiap-siap, ia turun ke lantai satu. Hari ini hari pertama ia sekolah. Di tempat baru, dengan orang-orang baru pula. Areta harap ia bisa beradaptasi dengan baik.

"Loh kok udah rapi aja, Neng?," tanya Bi Sumi saat Areta sampai di dapur. Ia hendak mengambil air minum.

"Iya Bi," jawab Areta seadanya. Ia masih sedikit canggung dengan orang-orang di rumah ini.

Setelah pemakaman ibunya dan insiden Areta pingsan dipemakaman, Areta sudah berada di rumah ini ketika sadar dari pingsannya. Awalnya ia menolak dengan keras ketika disuruh tinggal di rumah ini. Bahkan ia sempat kabur, kembali ke rumah lamanya. Walau tak lama sepasang suami istri yang mengaku sebagai orang tuanya itu menjemputnya. Areta jelas tak percaya jika mereka adalah orang tuanya. Hingga semua bukti bisa mereka berikan, tak ada alasan lagi bagi Areta untuk menghindar. Dengan segala bujuk rayuan dibantu Pak RT yang meyakinkan Areta, akhirnya Areta mau tinggal di rumah ini. Walau sikapnya masih saja dingin kepada anggota keluarganya.

"Neng Areta sarapan dulu ya sebelum berangkat. Ini sayurnya bentar lagi matang kok," ujar Bi Sumi membuyarkan lamunan Areta.

"Mmm, Areta langsung berangkat aja Bi. Takut macet ntar,"

"Nggak kepagian Neng kalau berangkat sekarang? Masih jam setengah enam loh,"

"Nggak papa Bi,"

"Kalau gitu Areta berangkat ya," pamit Areta. Belum sempat Areta keluar dari dapur, Sandra datang dengan piama masih melekat ditubuhnya.

"Kok udah rapi? Mau berangkat sekarang? Papa aja baru bangun loh. Tadi habis subuh tidur lagi soalnya. Udah sarapan belum?," tanya Sandra beruntun.

"Makanannya udah siap belum Bi?," tanya Sandra lagi kala Areta masih diam.

"Baru ada nasi Nya. Ini sayur sama ayamnya belum matang,"

"Duh, harusnya mama bangun lebih pagi ya biar bisa masakin kamu. Masa makan sama nasi doang. Mama masakin nasi goreng aja ya. Biar cepet," ujar Sandra heboh. Ia mengikat rambutnya asal kemudian dengan buru-buru segera menyiapkan alat dan bahan untuk membuat nasi goreng.

"Nggak perlu. Areta langsung berangkat aja," ujar Areta menghentikan pergerakan Sandra.

"Kenapa? Mama takut kamu sakit kalau nggak sarapan," ujar Sandra.

"Areta udah biasa nggak sarapan," dustanya.

Sandra mengangguk pelan dengan tatapan sendu. Ia berusaha tersenyum kemudian melangkah menuju meja makan. Mengambil beberapa lembar roti tawar dan mengoleskan selai cokelat diatasnya. "Makan roti aja ya. Seenggaknya biar perut kamu nggak kosong. Kalau nggak mau sarapan di rumah, kamu bisa makan di sekolah," ujar Sarah memberikan tupperware berisi roti yang telah ia siapkan. Senyuman masih menghiasi wajah cantiknya.

"Areta nggak suka selai cokelat," ujar Areta lagi membuat senyum Sandra perlahan memudar. Namun setelahnya ia kembali memaksakan senyum. "Ya udah, nanti kamu beli makanan yang kamu suka aja ya. Mama ambilin uang saku kamu dulu. Kamu tunggu di sini," ujar Sandra buru-buru naik ke atas.

ARETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang