17 - Belanja

2.1K 125 0
                                    

Setelah makan malam tanpa Dirga, Areta memutuskan untuk menemui Papanya di kamar. Ditemani Sandra, Areta melangkah masuk ke dalam kamar orang tuanya. Dilihatnya sang Papa sedang sibuk dengan berkas dan laptopnya.

“Pa,” panggil Areta. Dirga tak menjawab. Bahkan menolehpun tidak. Sepertinya pria itu masih marah.

“Areta minta maaf,” ujar Areta setelah mendudukkan diri di sebelah Papanya. Sedangkan Sandra duduk di tepi kasur.

“Areta salah. Udah nglanggar larangan papa. Udah bohong juga. Maafin Areta ya,”

“Paa,” Areta mulai merengek kala Dirga masih diam. Kedua tangannya bergelayut manja di lengan papanya. Berharap Papanya akan luluh seperti biasa. Namun sepertinya tak berhasil. Terbukti dengan Dirga yang masih mengabaikannya. Sandra juga tidak berani ikut membujuk. Ia paham watak suaminya yang akan sulit dibujuk jika sudah marah.

“Maafin Areta yaa,” ujar Areta lagi. Matanya sudah berkaca-kaca karena sedari tadi diabaikan.

“Mending kamu istirahat dulu ya. Udah malem,” ujar Sandra. Areta menggeleng. “Areta mau di sini aja,” ujarnya.

“Pa,” panggil Areta lagi. Ia mengeluarkan segala bujuk rayuan agar Dirga memaafkannya. Namun belum juga berhasil. Hingga akhirnya ia tertidur dengan menyandarkan kepala di bahu papanya.

Sandra menghela napas panjang. Kemudian mendekati suaminya yang sejak tadi hanya diam memandang layar laptop di depannya.

“Pa. Papa nggak kasian sama Areta?,”

“Tuh sampe ketiduran gara-gara kelamaan Papa cuekin,” ujar Sandra duduk di sebelah suaminya.

Dirga menatap istrinya dalam diam. Tak lama, suara kekehan terdengar membuat Sandra mengerutkan kening bingung.

“Papa pura-pura marah?,” selidik Sandra. Ia langsung mencubit perut Dirga setelah melihat suaminya itu mengangguk.

“Jahat banget sih. Nggak liat ekspresi Areta gimana waktu bujukin Papa?,” tanya Sandra dengan suara pelan karena takut membuat Areta terbangun.

“Papa cuma mau ngasih pelajaran sama dia. Papa nggak suka dibohongin,” ujar Dirga kemudian menarik kepala Areta agar bersandar di dadanya.

“Sebenernya Papa udah nggak marah sejak tadi pulang dari rumah sakit. Tapi liat Areta bujukin Papa gitu jadi gemes pengen ngerjain,” ujar Dirga tertawa pelan.

“Kasian tau. Sampe nangis gitu,” ucap Sandra mengusap air mata diujung mata Areta.

“Maaf ya,” ujar Dirga mencium kepala Areta berulang kali. Kemudian mengangkat tubuh putri kesayangannya itu dan membaringkannya di kasur.

“Areta biar di sini,” ujar Dirga setelah menyelimuti Areta.

“Papa tidur di mana?,” tanya Sandra.

“Gampang nanti. Mama juga tidur ya. Papa masih ada kerjaan,” ujar Dirga mencium kening istrinya.

Sandra mengangguk kemudian membaringkan tubuhnya di samping Areta. Sedangkan Dirga kembali berkutat dengan laptop dan berkas-berkas yang entah apa isinya.

***

Baru sekitar tiga jam Areta terlelap. Kini ia terbangun karena merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit. Areta  bergerak-gerak mencari posisi yang nyaman untuk kembali tidur. Namun tak bisa. Tubuhnya terasa sakit sekali seperti habis di keroyok orang.

Sandra yang merasakan pergerakan di sebelahnya, membuka mata. Ia bisa melihat Areta bergerak tak nyaman disebelahnya. Matanya tertutup namun sesekali meringis menahan sakit.

ARETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang