26 - Bertemu

1.8K 106 13
                                    


Sesuai janji kemarin, aku bakal up chapter 26 hari ini

Vote and commentnya jangan lupa ya🤗

Selamat membaca💚

***



Sudah hampir dua minggu sejak Areta sakit.

Minggu pagi ini rumah terasa heboh. Areta, Raka, Dirga dan Sandra sibuk mengerjakan pekerjaan rumah dikarenakan Bi Sumi tengah sakit. Sementara Bi Atun sedang pulang kampung sejak dua hari yang lalu.

Di rumah ini memang hanya ada dua asisten rumah tangga. Sandra tidak terlalu nyaman jika di rumah banyak orang asing. Jadi, mereka hanya mempekerjakan dua asisten rumah tangga yang memang sudah bekerja di sana sejak mereka menikah. Ditambah dengan dua sopir, dua satpam dan satu tukang kebun yang semuanya tinggal di paviliun belakang rumah.

Dirga juga membeli rumah yang menurutnya sederhana agar tidak butuh waktu lama untuk membersihkannya. Rumah bertingkat dua dengan dominan cat warna putih itu sudah menjadi tempat tinggal mereka selama sepuluh tahun lebih.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dulu mereka pernah tinggal di rumah yang lebih besar dengan banyak pekerja didalamnya. Namun setelah insiden kecelakaan yang menimpa Areta kecil, mereka memutuskan pindah ke rumah yang lebih sederhana dengan sedikit pekerja. Karena waktu itu Sandra juga masih sedikit trauma dengan adanya banyak orang.

"Raka beliin Mama gula!" teriak Sandra dari arah dapur. Padahal Raka baru saja mendudukkan dirinya di sofa untuk beristirahat. Sedari tadi dirinya sibuk membersihkan rumah.

"Pa beliin gula." ujar Raka menatap Papanya yang duduk di seberang sofa.

"Kan kamu yang disuruh." ujar Dirga tak terima.

"Raka capek banget habis bersih-bersih. Mana luas banget lagi." keluh Raka.

"Papa juga capek habis nyuci."

“Nyucinya kan pake mesin cuci.”

“Ya tetep aja capek.”

“Ya sama. Raka juga capek."

"Raka!!" teriak Sandra lagi.

"Udah sana beliin. Daripada Mama teriak-teriak terus."

"Papa aja sana."

"Pa!!" teriak Sandra. Kali ini memanggil Dirga.

"Tuh Pa dipanggil Mama." ujar Raka menahan senyum.

"Kan kamu duluan yang dipanggil. Sana beliin."

"Papa juga dipanggil ya."

"Kamu  berani nyuruh-nyuruh Papa?"

"Bukan nyuruh Pa. Cuma minta tolong."

ARETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang