Mengabaikan segala lelah yang dirasa, Dirga mematri langkah menuju salah satu ruangan di lantai empat rumah sakit.
Pandangan matanya lurus ke depan dengan rahang mengeras.
Ketiga orang yang berada di dalam ruangan seketika berdiri menyambut kedatangan pria itu.
"Ma–,"
"Sudah tau siapa yang menculik putri saya?" potong Dirga bahkan sebelum orang yang duduk di atas brangkar menyelesaikan ucapannya.
Satu orang yang berdiri paling dekat dengan Dirga menyodorkan tablet dan memutar sebuah video yang sudah ia dapatkan.
Video itu memperlihatkan detik-detik saat Areta dibawa paksa oleh beberapa orang yang tidak Dirga kenali.
Orang suruhan Dirga yang ditugaskan untuk menjaga Areta terlihat berlari ke arah mobil namun langsung tumbang saat stun gun diarahkan ke tubuhnya.
"Maaf Pak Dirga karena saya terlambat menyelamatkan Areta." Satu-satunya wanita di dalam ruangan mengeluarkan suara. Kepalanya menunduk dalam.
"Ini kesempatan terakhir kamu. Temukan anak saya secepatnya jika kamu masih ingin bekerja dengan saya."
Wanita yang terbalut stelan serba hitam itu mengangguk mengerti.
"Awalnya kami berhasil mengikuti mobil itu." pria yang duduk di ranjang dengan beberapa luka ditubuhnya kembali bersuara. "Tapi mobil lain menghadang dan membuat kami kecelakaan." terangnya.
"Setelah itu kami kehilangan jejak," sambung pria lain.
Dirga melempar tablet ditangannya ke arah sofa di sudut ruangan. Pikirannya mulai kacau. Otaknya menerka-nerka siapa yang berani mengganggu keluarganya.
Yang pasti ia tidak akan melepaskan orang itu begitu mereka bertemu.
***
"TOLONG!!"
"ADA ORANG DI LUAR?!"
BRAK BRAK BRAK
Areta mengerang frustasi ketika lagi-lagi tak ada sahutan dari luar. Beberapa menit yang lalu, gadis itu terbangun di tempat ini. Ponsel dan barang-barangnya hilang kecuali pakaian yang masih melekat sempurna di tubuhnya.
Areta menyandarkan tubuhnya pada pintu kayu dan kembali menatap ruangan tempatnya dikurung.
Sebuah kamar yang sangat luas dengan beraneka furniture mahal menghiasi ruangan bercat merah muda itu. Areta jadi bertanya-tanya siapa orang yang menculiknya ke sini. Tapi untuk apa orang kaya menculiknya?
Oh, atau jangan-jangan pekerjaan orang ini adalah penculik? Dia menculik orang lain lalu menjual organ mereka? Apakah itu yang membuatnya kaya hingga mampu membuat kamar semewah ini?
Areta menggelengkan kepalanya kuat. Berusaha menghilangkan pikirannya yang mulai ngelantur kemana-mana.
Gadis itu mulai berjalan mengitari kamar untuk mencari jalan keluar agar bisa kabur. Ia berhenti di depan jendela yang tertutup tirai berwarna putih.
Areta berdecak ketika melihat semua jendela dipasang teralis. Bahkan pintu balkon di rantai lalu digembok. Sepertinya pintu yang tertutup rapat itulah satu-satunya jalan yang bisa ia lewati.
Areta kembali mendekat ke arah pintu. Tangannya yang sudah memerah kembali menggedor pintu itu sekuat tenaga.
"SIAPAPUN YANG ADA DI LUAR BUKAIN PINTUNYA!!"
"BUKA!!"
"BUKA PINTUNYA!!"
Gadis itu mengatur napasnya yang mulai tidak beraturan. Rasanya ia ingin menangis karena usahanya tidak membuahkan hasil.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARETA
Подростковая литератураAreta Zevania Putri. Tak ada yang lebih membuatnya hancur selain harus berpisah dengan satu-satunya orang yang ia miliki di dunia ini. Perpisahan yang membuatnya tidak akan bisa bertemu dengan orang itu lagi. Dalam setiap pertemuan memang akan ada p...