Areta berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu Dirga yang pagi tadi mengatakan akan menjemputnya.
Raka dan Rendi ada latihan basket karena turnamen basket yang mereka ikuti sudah semakin dekat.
Tak menunggu lama, mobil Dirga sudah sampai.
"Udah lama nunggunya?" tanya Dirga langsung setelah Areta masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi sampingnya.
"Enggak lama kok pa." jawab Areta sambil memasang seatbelt.
Dirga mengangguk singkat kemudian mulai melajukan mobilnya setelah memastikan anaknya duduk nyaman.
"Gimana tadi ulangannya?" tanya Dirga.
"Ada satu soal yang Areta lupa rumusnya. Jadi ngasal aja tadi."
"It's okay." respon Dirga sambil mengusap pelan kepala Areta.
"Itu bukannya anaknya Bi Lasmi?" tanya Dirga menunjuk seseorang yang berjalan di trotoar.
"Iya Pa."
"Diajak bareng aja."
Tin!
Sarah menoleh begitu mendengar suara klakson.
"Sarah." panggil Areta setelah Dirga menepikan mobilnya.
"Ayo pulang bareng." ajaknya.
Sarah menggeleng pelan."Aku pulang sendiri aja." tolaknya.
"Bareng aja." ujar Dirga dari balik kemudinya membuat Sarah tak berani menolak. Akhirnya gadis itu mengangguk.
Dirga kembali melajukan mobilnya setelah Sarah duduk di kursi belakang.
"Papa salat Jum'at dulu gapapa?" tanya Dirga setelah beberapa menit berkendara. "Kalau pulang dulu bakal telat kayaknya." lanjutnya sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Gapapa Pa." jawab Areta. Sementara Sarah hanya diam menyimak.
Dirga segera mencari masjid terdekat dan mulai memarkirkan mobilnya setelah menemukannya.
"Tunggu disini dulu ya." ujar Dirga sebelum keluar mobil.
Sepeninggal Dirga, Areta dan Sarah hanya saling diam. Areta yang bingung hendak berbicara apa karena Sarah sepertinya masih marah dengannya. Sementara Sarah sedang menyusun kata untuk meminta maaf.
Setelah merenung semalaman, Sarah akui ia yang terlalu egois. Ia yang tidak bisa menerima keadaannya sendiri. Ia yang salah karena merasa tidak terima sahabatnya hidup lebih baik.
Jadi, hari ini ia memutuskan untuk meminta maaf kepada Areta.
"Maaf Sar." namun Areta malah lebih dulu meminta maaf membuat Sarah sempat tertegun.
"Maaf karena aku nggak pernah bilang ke kamu soal orang tua aku."
"Maaf kalau aku bikin kamu kesel."
"Maaf kalau–"
Areta berhenti berbicara ketika Sarah tiba-tiba bergerak maju kemudian memeluknya.
"Aku yang harusnya minta maaf." ujar Sarah ditengah pelukan mereka.
"Maaf karena tiba-tiba jauhin kamu. Maaf juga karena kemarin udah dorong kamu." kata Sarah setelah melepas pelukannya.
Sarah menarik napas sebelum kembali berbicara. "Aku denger obrolan kamu sama Aldo waktu itu." ujar Sarah membuat Areta mengerutkan dahi karena tidak paham dengan ucapan Sarah.
"Waktu kamu curiga kalau aku kerjasama bareng Tari buat jebak kamu di gudang." lanjut Sarah mengingatkan Areta tentang kejadian beberapa minggu yang lalu. Saat Tari menghajarnya habis-habisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETA
Novela JuvenilAreta Zevania Putri. Tak ada yang lebih membuatnya hancur selain harus berpisah dengan satu-satunya orang yang ia miliki di dunia ini. Perpisahan yang membuatnya tidak akan bisa bertemu dengan orang itu lagi. Dalam setiap pertemuan memang akan ada p...