06-Bakso

2.2K 126 2
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi. Areta dan Sarah langsung bergegas pergi ke kantin.

"Aku pengen bakso deh Sar," ujar Areta.

"Oke siap. Aku pesenin dulu. Kamu nyari bangku kosong," kata Sarah. Areta mengacungkan kedua jempolnya kemudian mulai mencari bangku kosong.

"Hai, Do," sapa Areta saat melihat Aldo duduk sendirian. "Boleh gabung nggak?," tanya Areta lagi. Kali ini Aldo mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Lo anak baru ya?," tanya Aldo setelah Areta duduk dihadapannya. 

"Iya. Baru dua hari sih di sini," 

Aldo mengangguk. kemarin ia tak sempat bertanya karena harus segera pergi. "Kelas sebelas juga?," tanyanya lagi sambil melirik bet kelas yang terpasang di lengan kiri seragam Areta. 

Areta mengangguk. "Sebelas IPA 3," jelasnya. "Kalau lo?," tanya Areta karena diseragam Aldo tidak ada bet kelas yang terpasang dilengan kirinya.

"11 IPA 1," balas Aldo. 

"Itu atribut lo nggak lengkap gitu emang nggak kena hukum?," 

Aldo terkekeh. "Udah dihukum tadi," jawabnya. 

"Tapi kemarin gue liat kayaknya seragam lo udah ada atribut lengkapnya deh," 

"Tadi pagi lupa gue masukin ke mesin cuci," jawab Aldo setelah sempat terdiam.

Areta tertawa mendengarnya. Tak lama, lama Sarah datang membawa dua mangkuk bakso dan dua gelas es jeruk.

"Makasih, Sar," ujar Areta. sarah mengangguk.

"Ooohh, udah punya temen ya sekarang," celetuk seseorang dari arah belakang Areta.

Aldo yang mendengar suara itu berniat pergi dari sana tapi orang itu lebih dulu merangkul pundaknya membuat Aldo duduk kembali.

"Makanannya belum dimakan loh. Kok udah mau pergi?," tanya Erlan sambil menaikkan alisnya.

"Keasyikan ngobrol sama temen baru kayaknya," celetuk Niko.

"Oh atau jangan-jangan makananya hambar ya? Kurang pedes? kurang manis? atau kurang asin?," lanjutnya sambil menatap Erlan dengan seringaian.

"Gitu ya. Gue tambahin deh ya. Biar lebih enak," ujar Erlan mengambil mangkuk berisi sambal yang masih penuh.

Areta membulatkan mata ketika melihat Erlan dengan santainya menuangkan semua sambal ke dalam mangkuk bakso milik Aldo.

"Ayo dong dimakan. Pasti enak," ujar Erlan enteng. Ia menyodorkan mangkuk berisi bakso itu ke hadapan Aldo.

Aldo meneguk salivanya susah payah. Ia memandang makanan di depannya yang penuh dengan sambal. Akan sepedas apa rasanya. Sambal di kantin ini terkenal pedasnya. Bagi Sarah yang menyukai makanan pedas saja, dua sendok sudah cukup.

"Ayo  dimakan," perintah Erlan lagi.

"Atau mau gue suapin?,"

"Kalian tuh apa-apaan sih?!," marah Areta. sedangkan Sarah sudah menunduk takut sejak kedatangan mereka.

"Santai santai. Temen lo galak juga ya," ujar Erlan sambil merangkul Aldo yang dari tadi hanya menunduk.

"Mending kalian pergi! Ganggu orang makan tau nggak!," kesal Areta.

"Siapa yang ganggu sih. Orang kita cuma mau gabung. Iya nggak?," tanya Erlan kepada ketiga temannya.

"Yoi," sahut Niko. Raka dan Rendi hanya diam.

"Ayo dong dimakan. Keburu dingin ntar," celetuk Niko.

Aldo masih diam. ia tak mungkin makan bakso yang sudah tercampur sambal segitu banyaknya.

ARETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang