Anggi menahan napas saat dua pria tadi melewati tong tempat ia bersembunyi. Napas lega baru ia hembuskan ketika langkah kaki mereka sudah tak terdengar. Ia berdiri dan berbalik untuk mencari jalan lain. Namun seseorang yang berdiri dibelakangnya membuatnya berteriak kaget.
"Aaaa–mmph."
"Ssstt." seseorang di belakang Anggi membekap mulut Anggi agar gadis itu tidak berteriak.
"Bu Friska?" heran Anggi setelah Bu Friska menurunkan tangannya. Raut terkejut jelas terlihat di wajah Anggi saat melihat Bu Friska.
"Ibu kok bisa ada di sini?" tanya Anggi.
"Tadi ibu lagi belanja di toko depan. Terus nggak sengaja liat kamu dikejar dua pria gitu. Mereka siapa?" tanya Bu Friska balik.
Anggi menggeleng pelan. "Saya juga nggak tau, Bu."
Bu Friska mengangguk paham."Ya sudah kalau begitu Ibu antar pulang saja ya?" tawarnya. "Takutnya nanti kamu ketemu mereka lagi."
"Apa nggak ngrepotin Bu?"
"Enggak." Bu Friska tersenyum. "Ayo. Mobil Ibu ada di sana." ajak Bu Friska. Anggi mengangguk.
***
"Silahkan masuk, Bu." ujar Anggi sambil membuka pintu rumahnya.
Bu Friska yang sedang mengamati sekitar rumah Anggi menoleh kemudian mengangguk. Mengikuti langkah Anggi masuk ke dalam rumah.
"Kamu di rumah sendirian?" tanya Bu Friska setelah Anggi mempersilahkannya duduk.
"Sama Ayah saya, Bu. Sebentar ya Bu saya panggilkan." Anggi masuk ke sebuah ruangan dan tak lama seorang pria paruh baya berjalan menghampiri Bu Friska.
"Selamat siang, Pak. Saya Friska, guru Anggi di sekolah." Bu Friska berdiri kemudian memperkenalkan diri.
"Saya Haris, ayahnya Anggi." balas pria itu sembari menjabat tangan Bu Friska. "Silahkan duduk, Bu." ujar ayah Anggi kemudian. Bu Friska mengangguk.
"Silahkan diminum, Bu." Anggi kembali ke ruang tamu membawa segelas air untuk Bu Friska.
"Terima kasih, ya." Anggi mengangguk sembari tersenyum. Kemudian duduk di sebelah ayahnya. Menceritakan kenapa ia bisa pulang bersama Bu Friska.
"Terima kasih Bu Friska sudah membantu Anggi." ujar Pak Haris.
"Sudah seharusnya, Pak." balas Bu Friska.
"Assalamu'alaikum Pak Haris," ucap seseorang yang berdiri di depan pintu. "Ada yang mau nambal ban, Pak." ujar orang itu memberi tahu.
"Wa'alaikumsalam, oke Mir, makasih." balas ayah Anggi.
"Biar Anggi aja, Yah." ujar Anggi saat ayahnya hendak berdiri. Gadis itu segera keluar rumah.
"Anggi bisa nambal ban, Pak?" tanya Bu Friska sedikit terkejut.
Pak Haris mengangguk. "Dari kecil dia sudah biasa membantu saya." ujarnya.
"Wah, hebat sekali ya Anggi." puji Bu Friska.
Pak Haris mengangguk sambil tersenyum. Mereka lanjut mengobrol hingga tak sengaja Bu Friska melihat foto yang tertempel di dinding. Di sana ada foto seorang pria yang Bu Friska yakini ayah Anggi sewaktu muda. Dipangkuan pria itu ada dua anak kecil yang tersenyum lebar menatap kamera.
"Itu Anggi sama kembarannya." celetuk Ayah Anggi seakan tahu apa yang dipikirkan Bu Friska.
"Ternyata Anggi punya saudara kembar." ujar Bu Friska.
![](https://img.wattpad.com/cover/281087650-288-k139427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETA
Подростковая литератураAreta Zevania Putri. Tak ada yang lebih membuatnya hancur selain harus berpisah dengan satu-satunya orang yang ia miliki di dunia ini. Perpisahan yang membuatnya tidak akan bisa bertemu dengan orang itu lagi. Dalam setiap pertemuan memang akan ada p...