Sudah dua minggu lebih sejak Areta meminta maaf kepada keluarganya. Kini mereka semakin dekat.
"Ini waktu kamu baru lahir," tunjuk Sandra ke arah foto seorang bayi perempuan. Sekarang Areta dan Sandra tengah berada di kamar Areta. Setelah makan malam tadi, Sandra mengajak Areta untuk melihat-lihat foto masa kecilnya yang tersimpan apik di dalam sebuah album foto.
"Yang ini gemes bangeeet," tunjuk Sandra saat melihat potret putrinya menatap kamera sambil meringis memperlihatkan giginya yang baru tumbuh satu. Areta tertawa kecil melihatnya.
"Ini abang Ma?," tanya Areta menunjuk sebuah foto seorang bayi laki-laki.
"Iya. Ini habis dicukur. Jadi nggak ada rambutnya," kekeh Sandra.
"Kalau sekarang dicukur kayak gini gimana ya?"tanya Areta sambil tertawa.
"Lucu deh pasti," timpal Sandra membuat Areta kembali tertawa.
"Lagi pada ngapain sih? Seru banget kayaknya," celetuk Dirga masuk ke dalam kamar Areta diikuti Raka dibelakangnya.
"Lagi liat-liat foto Pa," jawab Areta. Raka dan Dirga ikut bergabung duduk di atas ranjang. Raka duduk di sebelah mamanya sedangkan Dirga duduk di sebelah Areta. Mereka duduk dengan menyandar kepala ranjang dan selimut menutupi sebagian tubuh mereka.
"Abang gemesin kan waktu masih kecil?," tanya Raka dengan pedenya. Ia memeluk lengan Sandra sambil menunjuk foto-foto masa kecilnya.
"Gemesin apanya," cibir Sandra.
"Mama kok gitu?," protes Raka.
"Kamu tuh cengeng banget waktu kecil," ujar Sandra.
"Masa sih?,"
"Nih liat, banyak foto kamu yang lagi nangis," tunjuk Sandra.
"Papa inget. Ini waktu ulang tahun si Rendi. Kamu sama Areta rebuatan kue. Areta menang, kamunya nangis kejer," ujar Dirga tertawa. Ia menunjukkan sebuah foto dimana Areta kecil nampak asyik memakan kue ulang tahun. Sedangkan didepannya, Raka menangis. Areta dan Sandra tertawa terbahak melihatnya.
"Dari kecil jiwa bar-bar adek udah keluar ya ternyata," gumam Raka. Sejak membaiknya hubungan mereka, kini Raka memanggil Areta dengan sebutan 'adek'.
"Emang adek kamu bar-bar?,"
"Iya. Raka pernah liat adek berantem sama temennya. Padahal temennya itu jago bela diri, tapi adek yang menang," ujar Raka. Ia pernah melihat Areta dan Tari berkelahi beberapa hari lalu saat Areta sudah kembali masuk sekolah.
"Kamu jangan berantem-berantem gitu ah. Mama takut kamu kenapa-kenapa," ujar Sandra.
"Dia duluan yang ngajak ribut Ma,"
"Kamu nggak belain adek kamu waktu dia berantem sama temennya?," tanya Sandra galak.
"Di sekolah adek tuh kayak nggak kenal sama Raka. Baru mau maju nolongin, udah dipelototin," adu Raka.
Selama disekolahan, Areta memang menyuruh Raka dan Rendi untuk pura-pura tidak mengenalnya. Areta tak mau jika teman-temannya tau ia adalah adik Raka. Areta juga meyembunyikan statusnya bahwa ia adalah anak dari Dirga dan Sandra. Areta tidak ingin jika teman-temannya mau berteman dengannya hanya karena Areta anak orang kaya.
"Areta bisa jaga diri kok Ma. Mama nggak perlu khawatir," ujar Areta menenangkan Mamanya.
"Tetep aja Mama khawatir kalau denger kamu berantem-berantem gitu,"
"Areta jago bela diri tau,"
"Iya deh percaya," kekeh Sandra.
Mereka lanjut melihat-lihat foto masa kecil Areta dan Raka. Hingga tiba pada satu halaman, terlihat foto terakhir Areta yang bisa mereka abadikan. Itu foto saat mereka menghadiri pesta pernikahan sepupu Dirga di Bandung. Mereka sempat berfoto berempat dengan Raka dan Areta berada digendongan Dirga. Disampingnya Sandra tersenyum lebar ke arah kamera. Setelah itu, tidak ada lagi foto-foto masa kecil Areta. Yang ada hanya foto Raka.
"Ini terakhir kali kita foto bareng," ujar Sandra menatap sedih foto itu.
"Mama nggak nyangka setelah acara itu Mama nggak bisa foto bareng sama kamu lagi. Mama kehilangan kamu selama bertahun-tahun. Dan mama kira mama nggak bakal bisa-," ucapan Sandra terhenti. Ia tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
"Sekarang kan Areta udah di sini. Mama bisa ajak Areta foto sepuas mama," ujar Areta memeluk Sandra.
Sandra mengangguk. "Jangan pernah pergi lagi ya," ujarnya. Ia mencium kening Areta lama.
"Pelukan nggak ngajak-ngajak," celetuk Dirga merusak suasana haru yang Areta dan Sandra ciptakan.
"Sini peluk," ujar Areta merentangkan sebelah tangannya. Raka dan Dirga langsung ikut memeluk dua wanita kesayangan mereka ini. Mereka saling memeluk, memberi kehangatan ditengah dinginnya malam.
"Udah ah, ayo tidur," ujar Sandra melepas pelukan mereka."Udah jam sebelas lebih tuh,"
"Sana pada tidur," usir Sandra. "Mama mau tidur di sini sama Areta," lanjutnya sambil menata bantal untuk ia dan Areta tidur.
"Papa ikutan tidur di sini,"
"Raka juga,"
"Jadi tidur berempat gitu?," Raka dan Dirga mengangguk.
"Nggak nggak. Sempit dong,"
"Nggak papa. Itung-itung nostalgia," celetuk Dirga. Ia sudah mematikan lampu dan memposisikan dirinya untuk tidur. Disusul Raka dan Areta yang juga merebahkan tubuhnya. Sandra menghela napas sebelum ikut membaringkan tubuhnya.
"Dulu waktu Areta sama Raka masih kecil, kita sering banget tidur berempat gini," ujar Dirga tiba-tiba. Sandra mengangguk. Ia kembali mengingat momen-momen saat kedua anaknya masih kecil. Memang sedikit merepotkan memiliki dua anak dengan jarak yang dekat. Namun kini Sandra merindukan masa-masa itu.
Sandra tersenyum kala teringat tingkah menggemaskan Areta dan Raka saat masih kecil. Keributan-keributan kecil yang diciptakan kedua anaknya selalu meramaikan rumah. Sandra merasa waktu terasa begitu cepat berlalu. Kini kedua anaknya sudah remaja.
Sandra melirik Raka dan Areta yang sudah terlelap lalu mencium kening kedua anaknya sebelum ikut terjun ke alam mimpi. Dirga juga melakukan hal yang sama. Ia mencium kening istri dan kedua anaknya sebelum tidur.
"Have a nice dream," gumamnya menatap ketiga orang yang sangat ia sayangi.
Berbeda suasana dengan keluarga Areta yang dipenuhi kehangatan, seorang pemuda terlihat menatap sendu ke arah figura foto yang terletak di atas nakas. Orang itu adalah Erlan.
Erlan mengalihkan pandangannya, menatap langit-langit kamarnya yang gelap. "Kenapa Mama pergi ninggalin Erlan?," gumam Erlan.
"Erlan kesepian Ma," ujarnya lagi seraya menatap foto mamanya.
"Erlan selalu tidur sendirian,"
"Erlan pengen tidur ditemenin Mama lagi,"
"Erlan kangen sama Mama,"
Ditengah keheningan dan dinginnya malam, lelaki itu berusaha memejamkan matanya. Ia mengambil guling lalu memeluknya erat. Membayangkan dirinya sedang memeluk seseorang yang amat sangat ia rindukan. Matanya mulai terpejam. Tak sadar, setitik air mata jatuh dari sudut matanya.
***
18 September 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
ARETA
Teen FictionAreta Zevania Putri. Tak ada yang lebih membuatnya hancur selain harus berpisah dengan satu-satunya orang yang ia miliki di dunia ini. Perpisahan yang membuatnya tidak akan bisa bertemu dengan orang itu lagi. Dalam setiap pertemuan memang akan ada p...