10 - Kecelakaan

2.5K 150 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Areta memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Ruang tengah terlihat kosong jadi Areta memilih pergi ke dapur.

Dari ambang pintu dapur, Areta bisa melihat Sandra sedang memasak bersama Bi Sumi. Bibir wanita itu terus melengkung ke atas membuat Bi Sumi sedikit heran.

"Nyonya seneng banget kayaknya," celetuk Bi Sumi.

Sandra menoleh dengan senyum simpul. "Iya Bi. Hari ini saya seneng banget. Areta udah mau manggil saya Mama," curhat Sandra.

Areta yang mendengar ucapan Sandra langsung merasa bersalah. Kenapa tidak dari jauh-jauh hari dia memanggil Sandra dengan sebutan Mama. Hal sederhana yang ternyata membuat wanita itu sangat bahagia.

"Mama," panggil Areta pelan. Sandra langsung menoleh. Senyumnya semakin melebar saat mendengar Areta kembali memanggilnya Mama. "Kenapa, sayang?," tanyanya.

Areta menggeleng. Ia berjalan mendekati Sandra dan melihat wanita itu tengah memasak rendang, makanan favoritnya.

"Mama masak apa?," tanya Areta basa-basi.

"Masak rendang. Makanan kesukaan kamu kan?," tanya Sandra membuat Areta tertegun. Ternyata Sandra tau makanan kesukaannya.

"Kok malah diem?,"tanya Sandra membuyarkan lamunan Areta. Areta menggeleng kecil. "Ada yang bisa Areta bantu nggak, Ma?," tanyanya.

"Nggak usah, sayang. Ini udah mau selesai kok. Kamu tunggu di meja makan aja ya,"

Areta mengangguk saja. Ia berjalan ke arah meja makan. Di sana sudah ada Dirga yang sedang sibuk dengan tablet ditangannya.

"Hai, sayang," sapa Dirga saat menyadari ada Areta di sana. Ia segera mematikan tabletnya. Areta tersenyum kikuk menatap Papanya. Selama ini, ia tak pernah tau bagaimana sosok ayahnya karena sedari kecil ia hanya hidup bersama Ratih. Jadi, Areta tak pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki sosok laki-laki yang disebut ayah.

"Sini duduk," ajak Dirga. Areta mengangguk kemudian duduk di kursi dekat Dirga.

"Gimana sekolahnya?," tanya Dirga mengusap kepala Areta penuh sayang.

"Lancar mm-Pa," jawab Areta sedikit ragu mengucapkan kata 'pa'. Dirga tersenyum melihatnya. "Papa denger kamu kena skors. Bener?,"

Areta melotot kecil mendengar pertanyaan Dirga. Kenapa papanya bisa tau?

"I-itu..," Areta menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kenapa tiba-tiba ia gugup saat ingin menjawab pertanyaan Dirga. Ia takut Papanya akan marah saat tau Areta kena skors padahal belum genap satu bulan ia sekolah di sana.

"Papa percaya kamu nggak bakal nglakuin hal yang merugikan diri kamu sendiri. Pasti ada alasan yang buat kamu sampe berantem sama Tari," ujar Dirga lagi membuat Areta kembali terkejut. Kenapa papanya bisa tau detail masalahnya?

"Terus luka kamu gimana? Udah diobatin?," tanya Dirga lagi.

"Udah Pa," jawab Areta mengangguk pelan. Hanya sedikit luka lebam sebenarnya. Dan kini pun sudah membaik.

"Makanannya udah siap," ujar Sandra membawa piring berisi rendang kemudian meletakkannya di atas meja makan. Dibantu Bi Sumi yang juga meletakkan beberapa makanan lain diatas meja.

"Sini mama ambilin," ujar Sandra mengambil piring Areta dan mulai menyendokkan nasi serta lauknya. Sandra sangat senang saat Areta tak menolak makanan yang ia ambilkan. Padahal biasanya Areta akan menolak dan memilih mengambil sendiri.

"Makasih, Ma," ujar Areta. Sandra mengangguk dengan senyum yang tak luntur sedari tadi. Ia lanjut mengambilkan makanan untuk suaminya, baru mengisi piring miliknya sendiri. Mereka pun makan dengan tenang.

ARETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang