Part ini lumayan panjang.
Semoga nggak bosen ya bacanya:)
Selamat membaca🐝
***
Raka kembali mencorat-coret kertas HVS dihadapannya. Soal yang tengah ia kerjakan tak kunjung berhasil terselesaikan.
Lelaki itu menyandarkan tubuhnya di kaki sofa. Beristirahat sejenak. Pikirannya beralih mengingat percakapannya dengan Areta beberapa waktu lalu.
"Ngapain belajar terus sih?" tanya Raka malam itu.
Areta yang tengah berkutat dengan setumpuk buku dan kertas menoleh. Memandang Raka yang asyik rebahan sambil memainkan ponsel di atas kasur miliknya.
"Abang tau? Areta pernah hampir putus sekolah." ujarnya membuat Raka tertegun.
"Liat Ibu kerja keras sampe malem bahkan sampe nyari pinjaman uang buat bayar sekolah Areta bikin Areta nggak tega. Kadang Areta pikir berhenti sekolah adalah cara terbaik supaya Areta bisa bantuin Ibu cari uang, tapi ibu nggak setuju."
"Ibu bilang kalau Areta harus sekolah yang tinggi. Ibu pengen liat anaknya jadi sarjana. Jadi orang yang berpendidikan, biar nggak gampang dibodohi sama orang."
"Karena itu, rasanya jahat banget kalau Areta males-malesan belajar."
Malam itu Raka dibuat bungkam. Selama ini, Raka tak pernah tau bagaimana Dirga mencari uang untuk memenuhi semua kebutuhannya. Yang Raka tau, semua yang ia butuhkan atau inginkan selalu terpenuhi.
Raka tak pernah berpikir apakah ayahnya mengalami kesulitan saat bekerja? Apakah ayahnya lelah setelah seharian berada di kantor dan pulang hingga larut malam.
Semua tak pernah Raka pedulikan hingga percakapannya dengan Areta membuatnya tersadar. Orang tuanya selalu memberikan apa yang Raka mau, namun Raka tak pernah membalasnya. Ia hanya bisa membuat onar dan menyusahkan kedua orangtuanya.
Maka dari itu, beberapa hari ini Raka berusaha merubah kebiasannya. Ia mulai belajar, memenuhi tanggungjawabnya sebagai seorang pelajar. Raka juga sudah tidak pernah keluyuran hingga larut malam seperti dahulu.
Perubahan Raka tentu membuat Dirga dan Sandra senang. Bahkan saat melihat Raka mau belajar beberapa hari lalu, Dirga langsung membelikan komputer baru untuk Raka. Sandra selalu membuatkan makanan kesukaan Raka untuk menemani anaknya belajar. Dan baru Raka sadari, jika hal kecil seperti ini ternyata mampu membuat orangtuanya senang.
Pemikiran Raka terhenti saat melihat Dirga melangkah masuk ke dalam rumah. Dengan kemeja yang sedikit kusut dan raut lelah diwajahnya, Dirga berusaha tersenyum melihat anaknya lagi-lagi tengah belajar.
"Lagi belajar apa?" tanyanya.
Raka tak merespon. Dirinya masih sibuk memperhatikan wajah lelah ayahnya.
"Kenapa liatin Papa kayak gitu sih?"
Raka berdehem. "Nggak, nggak papa."
"Adek kamu mana?" tanya Dirga sembari melepas dasi yang menggantung dilehernya.
"Papa baru pulang?" yang dibicarakan muncul. Areta menuruni anak tangga dengan beberapa buku ditangannya.
"Papa mau minum apa? Biar Areta buatin." ujar gadis itu meletakkan bukunya di atas meja.
"Tolong ambilin air putih aja ya."
"Oke, Pa." Areta segera pergi ke dapur untuk mengambilkan minuman. Sedangkan Raka kembali menatap papanya. "Capek banget, Pa?" tanyanya begitu melihat Dirga memijat lehernya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARETA
Fiksi RemajaAreta Zevania Putri. Tak ada yang lebih membuatnya hancur selain harus berpisah dengan satu-satunya orang yang ia miliki di dunia ini. Perpisahan yang membuatnya tidak akan bisa bertemu dengan orang itu lagi. Dalam setiap pertemuan memang akan ada p...