16 - Papa Marah

2.3K 129 0
                                    

"Aaaaa!,"

BRAKK!

Motor yang Areta dan Raka tumpangi menabrak gerobak sampah yang ada di pinggir jalan. Areta meringis kecil saat merasakan dahinya berdenyut. Nyatanya mereka tidak mengenakan helm seperti yang Dirga perintahkan.

"Kamu gapapa? Mana yang sakit?," panik Raka. Ia bahkan mengabaikan luka ditubuhnya.

Areta menggeleng. "Areta nggak papa kok," ujarnya sambil menepuk-nepuk debu yang menempel dibajunya.

"Jidat kamu sampe biru gini," ujar Raka mengelus pelan kening Areta yang memar.

"Gapapa Bang. Nggak sakit kok," bohong Areta.

"Tangan abang juga lecet-lecet," ujar Areta mengambil tangan Raka untuk melihat lukanya.

"Maaf," lirih gadis itu.

"Kenapa minta maaf?,"

"Harusnya Areta nurut sama Abang tadi,"

"Udah gapapa. Yang penting sekarang kita nyari alesan kalau papa nanya,"

***

Raka memasuki kamar Areta sambil membawa kotak obat dan beberapa es batu yang sudah dibungkus dengan kain. Untung saja tadi ketika mereka pulang Sandra dan Dirga tidak terlihat di rumah. Jadi mereka tidak perlu takut akan diinterogasi perihal luka yang mereka dapat. Yah, setidaknya untuk saat ini. Tidak tau nanti bagaimana.

"Biar Abang kompres dulu jidat kamu," kata Raka sambil meletakkan kotak obat di atas meja belajar Areta. Gadis itu mengangguk. Ia duduk di tepi kasur sedangkan Raka berdiri didepannya.

"Luka Abang udah diobatin?," tanya Areta saat Raka menempelkan kain berisi es batu di keningnya yang memar.

"Udah," jawab Raka. Hanya luka gores kecil sebenarnya. Namun perih juga saat terkena air.

"Sakit nggak?," tanya Raka masih mengompres kening Areta.

"Dikit,"

"Ini terakhir kali Abang ajarin kamu naik motor," Raka menatap Areta serius.

"Kok gitu?," protes Areta. Ia sedikit mendongak untuk melihat wajah abangnya.

"Bahaya dek. Ini baru pertama kali latihan aja udah langsung jatuh. Untung nggak sampe luka parah,"

"Namanya juga baru belajar, Bang. Wajar dong kalau jatuh. Lagian tadi kita jatuh gara-gara Areta kaget aja ada kucing tiba-tiba lewat,"

"Nih Areta kasih tau ya. Katanya kalau kita udah pernah jatuh habis itu pasti langsung bisa bawa motornya"

"Teori dari mana itu?," heran Raka.

"Nggak tau. Tapi pernah denger aja," jawab Areta.

"Abang belum pernah jatuh tapi bisa aja tuh bawa motor,"

"Ya kan tiap orang beda-beda,"

"Pokoknya Abang nggak mau lagi ajarin kamu. Kapok,"

"Yaudah. Nanti Areta minta ajarin Bang Rendi aja," jawab Areta santai.

"Nggak boleh,"

"Kok Abang jadi larang-larang?,"

"Nggak usah ngeyel kalau dibilangin," ujar Raka menyentil kening Areta yang memar membuat gadis itu mengaduh. "Sakit tau!,"

"Maaf maaf, refleks tadi," kekeh Raka. Ia mengelus kening Areta sambil sesekali meniupnya untuk meredakan rasa sakitnya.

"Abang lagi siapin mental kalau nanti ketahuan sama Papa," celetuk Raka tiba-tiba.

ARETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang