7

1.5K 97 0
                                    

Kini malam pun tiba. Raya dan Fira baru saja keluar dari supermarket. Mereka belanja kebutuhan perempuan. Make up, cemilan dan sejenisnya. Taulah gimana perempuan. Niatnya hanya mau beli beberapa, eh malah kebeli semua.

Namun saat diperjalanan, mereka dicegat oleh beberapa motor. Raya membulatkan matanya saat mereka membuka helm. Ia mencoba bersikap seolah-olah tak mengenal mereka.

"Dymasius," batin Raya.

"Hai Raya, akhirnya ketemu juga,"

"Siapa Ray?"

"Ga kenal kak,"

"Aduh gue ga bawa HP lagi,"

"Kak ngumpet disana, telfon Bang Iky,"

"Sama kamu, Ray, ayo,"

"Kakak aja," Fira hanya mengangguk.

"Ga usah ngejar dia, urusan kalian sama gue," ucap Raya saat salah satu dari mereka mau ngejar Fira.

"Berani juga lo. Serang!"

Perkelahian tak dapat dihindari. Raya melawan 5 anak lelaki. Anak-anak Dymasius bukanlah anak sembarangan, ilmu beladiri mereka sangat tinggi. Mereka juga menganut ilmu hitam yang kemungkinan sangat sulit untuk dikalahkan.

Sementara itu, Fira sibuk menghubungi suaminya sesuai permintaan adik iparnya.

"Halo a, aa cepetan kesini. Fira sharelock,"

Fira memutuskan panggilan sepihak dan mengirim lokasinya saat ini.

Sementara itu, dikediaman Alfenzo. Ricky nampak tergesa-gesa mencari keberadaan adik keduanya.

"FEN! FENLY!"

"Kenapa bang?" Fenly muncul dari balik sofa dengan ponsel yang ia genggam dan headphone yang bertengger di lehernya.

"Raya sama Fira ke mana? "

"Katanya ke supermarket,"

"Cuma berdua?" Fenly mengangguk.

"Ikut gue,"

Fenly yang tak tau apa-apa hanya ngekor, daripada banyak nanya ntar malah kena omel.

Ricky tancap gas full. Pesan terakhir yang Fira tinggalkan adalah Raya sedang berkelahi dengan 5 pria.

Sementara itu, Raya mulai kewalahan menghadapi anak-anak Dymasius. Beberapa pukulan sudah ia dapatkan dan ia layangkan, namun sangat sulit menumbangkan mereka.

Bugh

Seseorang menendang salah satu anak Dymasius yang akan melayangkan balok kayu kearah Raya.

"Welcome Hafizh,"

"Wih anak-anak Cemal nih, sasaran empuk,"

"Ray, lo ga papa?" tanya Fina.

"Gue ga papa."

"Kalian minggir, biar kita yang hadapin mereka."

Para wanita mendekat kearah Fira. Kini perkelahian antara Cemal dan Dymasius berlanjut. Inilah tugas Dymasius, menghancurkan Padepokan Al Irsyad. Kunci Padepokan tersebut adalah Hafizh dan Raya. Kalau mereka berdua bisa diringkus, maka sang kyai akan melakukan apapun demi keselamatan mereka, termasuk menyerahkan Padepokan, kitab yang dibawa Hafizh dan pusaka yang ada ditangan Raya.

Dan tugas Cemal adalah membuat jalur damai. Agar tak ada pertumpahan darah diantara kedua belah pihak. Namun, usaha mereka akan sia-sia jika Dymasius sendiri tak mau berdamai.

"Berhenti!" ucap seorang pemuda.

"Dymasius! Cabut, dia bukan tandingan kita," perintah salah satu dari mereka. Mereka sudah mendapat peringatan dari Reno, ketua mereka untuk tak berhadapan langsung dengan Shandy, Farhan dan Ricky. Tadi Shandy mendapat info dari Aban kalau Raya tengah diintai Dymasius.

"Kalian ga papa?"

"Ga papa bang,"

"Dimana Raya?"

"Tolong!" teriak Fani. Rupanya Raya pingsan disana.

"Raya!"

"Lo bawa mobil gua Rick, biar gua bawa motor lo," ucap Farhan.

Ricky hanya mengangguk pelan. Ia langsung membawa Raya kerumah sakit menggunakan mobil Farhan. Anak-anak yang lain mengikuti dari belakang.

Sesampainya dirumah sakit, Raya langsung dibawa ke UGD untuk mendapatkan perawatan. Hati Ricky terasa pilu melihat beberapa memar ditubuh adiknya ini. Kejadian ini membuatnya kembali teringat dengan kejadian beberapa waktu silam.

"Semua ini gara-gara lo Shan. Seandainya lo ga libatin Raya, dia ga akan kayak gini."

"Sabar, Rick, lo ga bisa sepenuhnya salahin Shandy. Disini bukan cuma Raya yang terancam, semua anak Padepokan Al Irsyad juga terancam,"

"Argh," Ricky mengacak rambutnya prustasi.

"Apa perlu kita mengibarkan bendera peperangan?" ucap Hafizh tiba-tiba.

"Ga mikir siapa yang lagi lo hadapin?" ketus Ricky.

"Gue tau kelemahan Dymasius," ucap Aban dengan pandangan fokus pada iPad.

"Cari bunga mawar rashid, rebus, campur madu terus kasih ke mereka. Kekuatan mereka akan melemah. Saat itu kita bisa serang mereka." lanjutnya.

"Kayaknya mereka salah sasaran deh," ucap Fenly diikuti senyuman miring nya. Semua mata kini menatap Fenly.

"Kelemahan Cemal bukan Raya maupun Hafizh, tapi lo. Tanpa lo, Cemal ga akan tau semua ini, termasuk kelemahan geng gua kan?" anak-anak yang lain membulatkan mata nya, kecuali Aban. Ia tau kalau Ganapati juga mempunyai mata-mata.

"Ya gitu. Jadi gua sama Raya ga perlu kan jelasin sesuatu kan?" tanya Aban pada Fenly.

"Akan gua usahain,"

"Kalian ngomongin apaan sih? Kok gua ga tau apa-apa?"

"Diem lo Mi!"

"Cuma nanya, aelah,"

"Ga boleh kepo tau,"

"Lah Aban juga kepoan,"

"Beda jalur bambang," sahut Shandy.










Jelasin apa Ban?

Sstt ga usah ikut campur thor, ntar malah diapa-apain Dymasius ~ Fenly

Author nanya Aban!

Udah diem ~ Fenly

😒

Btw btw, votmen nya mana nih?

Buru votmen baru boleh lanjut.

Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang