36

1.1K 99 3
                                    

Hai hai hai
Apa kabar Kesayangan Madilll?
Sehat? Harus dong.
Buat yang lagi sakit, good well soon
Met saur semuanya
Pireding

.

.

.

Hari semakin petang, Raya dan Fajri baru saja tiba dirumah. Mereka datang dengan tawa yang mengiringi, ntahlah apa yang mereka bicarakan hingga mengundang gelak tawa.

"Ekhm, yang udah nikah," ucap seorang pemuda yang sedari tadi menunggu kedatangan mereka.

"Lah, Kak Fiki, Kak Zwei kapan meninggal?" kekeh Raya. Ia baru saja mendapat pelajaran baru dari Fajri tentang menanggapi kedua temannya ini.

"Otak adik gua jangan lo racuni, Ji," teriak sesorang dari lantai atas.

"Do'ain besok Zweitson berpulang," jawab Fiki santai.

"Son, keluar dari Rexsan masuk Ganapati. Geng lo ga waras," terdengar suara misterius dari arah lantai atas.

"Sayangnya Fiki masih punya utang sama gua, jadi gua ga akan keluar dulu," balas Zweitson tak kalah kerasnya.

"Ya elah paling lima ribu, diributin mulu," ketus Fiki.

"Pala lo lima ribu, mau gua buatin list? Dari sini sampai Monas aja lebih," oke bakal ada debat panas.

"Mau masuk atau gua usir?" ucap Fajri datar.

"Masuk lah, ya kali nunggu lama ga ada hasil," tau kan suara siapa ini? Yang bener Madilll kasih Kovel, eh ga jadi dia jodoh aing:v.

Back to cerita.

"Cus lah masuk," ucap Raya santai.

"Makan ya bu bos."

"Makanannya cumi mau?" tanya Raya dengan wajah datar.

"Apa aja deh bu bos, cumi kek, ikan salmon juga ga papa," kekeh Fiki. Sedangkan Fajri nampak menahan tawanya.

"Oke tunggu di ruang tamu aja, Kak Fajri temenin mereka," Fajri hanya mengangguk dengan sedikit kekehan. Zweitson menyadari sesuatu yang tidak beres, seperti ada sesuatu dikata cumi.

Beberapa saat kemudian Raya datang dengan bingkisan di tangannya. Bingkisan tersebut lumayan besar, berwarna pink. Zweitson menepuk keningnya, ia paham sesuatu dibalik kata cumi itu. Ya karena Azmi juga punya.

"Lah katanya cumi Ray," rupanya Fiki belum menyadari kalau ia sedang dikerjai.

"Cumi!!" yang dipanggil pun menampakkan diri.

"Ya Allah gua salah tanggap," sontak ucapan Fiki membuat Fajri dan Zweitson tertawa lepas. Cumi yang Raya maksud adalah kucing kesayangannya dan Fenly.

"Canda, kak, itu udah disiapin. Kalian berdua pasti mau nginepkan?"

"Tau aja bu bos."

"Silahkan. Tidurnya dikamar Bang Iky, ga ada kamar lagi soalnya."

"Ashiap."

*:..。o○ ○o。..:*

Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa usia pernikahan Raya dan Fajri sudah 4 bulan. Tepat hari ini, mereka akan pergi honeymoon, mereka sengaja mengambil hari cuti kampus agar ga kepikiran.

Mereka sudah terbang sejak jam 10 pagi. Mereka pergi Bali berdua, hanya berdua. Tanpa ada mata-mata atau bodyguard yang Fenly perintah. Fenly sudah menerima Fajri sebagai adik iparnya dan semakin kesini, Ganapati dan Rexsan semakin memperlihatkan solidaritas mereka, tanpa ada lagi peperangan atau cekcok antar geng. Jika ada masalah, mereka memilih bermusyawarah dari pada tawuran seperti sebelumnya.

"Alhamdulillah nyampe," ucap Raya sambil merebahkan tubuhnya dikasur.

"Lagi ga halangan kan?"

"E-engga, kenapa nanya gitu?"

"Mandi terus sholat. Mikir nya aneh-aneh nih," goda Fajri.

"E-engga," elak Raya. Ia merutuki dirinya sendiri, kenapa pikiran kemana-mana sih.

"Ga papa kali kalau otak kamu travelling, biar ntar malem ga kaget," ucap Fajri dengan wajah tanpa dosa dan pergi kekamar mandi. Sedangkan Raya beberapa kali mengedipkan matanya, ia mencoba untuk mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Fajri.

"Kak Fajri!" teriak Raya setelah mengerti apa yang Fajri maksud.

"Apa, mau mandi? Sini!" Raya membulatkan matanya. Suaminya itu tak pernah menyaring kata-katanya sebelum terucap.

Rembulan kembali menyapa. Fajri dan Raya tengah menikmati semilir angin ditepi pantai, kebetulan hotel yang mereka tempati lumayan dekat dengan pantai.

"Ray, kamu cantik banget malam ini," ucap Fajri di sela-sela langkahnya.

"Makasih," jawab Raya malu-malu.

"Kalau malam ini kamu benar-benar jadi istri kakak, siap ga?" tanya Fajri hati-hati.

"Kak, sejak aku menerima perjodohan ini, aku sudah ikhlas jika kakak minta itu. Karena, setiap langkahku tergantung ridho mu," ucap Raya sambil memandang rembulan yang sedari tadi menerangi mereka.

"Ya udah yuk," Fajri menggandeng Raya untuk pulang ke hotel untuk...istirahat lah, ngapain lagi.

Suara alarm membuat seseorang terbangun dari tidurnya. Tertera pukul 07:40. Itu tandanya mereka ketinggalan shalat subuh.

"Ya Allah, kebablasan gara-gara semalam," gumam Fajri. Dengan hati-hati ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Raya, masih asik didunia mimpinya. Namun, ia harus terusik dengan cahaya yang perlahan masuk. Ia sedikit tersenyum, kewajibannya sebagai istri sudah terpenuhi. Ia sudah benar-benar menjadi Nyonya Fajri.

"Eh udah bangun Ray, mandi gih," Raya hanya mengangguk pelan.

"Tau kan do'a nya?"

"Tau lah, kan Raya pernah mondok," jawab Raya seraya berlalu.



















Cie udah honeymoon 😅
Tinggal nunggu ponakan nih😆iya ga ko?

Iya iya apa? Gue ga pernah dimunculin, udah gitu cerita gue haitus lagi ~ Fenly

🏃🏃

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang