33

1K 91 1
                                    

Hai hai hai
Apa kabar Kesayangan Madilll
Sehat? Harus dong
Buat yang lagi sakit, good well soon yaw
Pireding

.

.

.

Pagi kembali menyapa, Raya masih dalam mode ngambek. Semalam saja Fajri tidur disofa di depan kamar. Dikunciin dia. Ia juga dapet bullyan dari Fenly, menyebalkan memang. Tapi tadi pas dia bangun ada selimut yang nutupin tubuhnya.

"Ray, aku boleh masuk ga?" ucap Fajri sambil mengetuk pintu kamar Raya.

Pintu kamar terbuka menampakkan Raya yang masih pake piyama dengan mata sembab. Raya langsung memeluk tubuhnya.

"Maafin Raya ya," lirih Raya.

"Iya, lagian aku yang salah kok."

"Masuk kamar kalau mau uwu-uwuan, ga tau apa gue jomblo," ketus seorang pemuda yang tak lain adalah Fenly.

"Bang Fen bisa diem ga?" ucap Fajri menirukan gaya bicara Raya.

"Kak Fajri!"

Raya kembali menangis. Moodnya memang susah ditebak.

"Eh cup cup cup, Fen," Fajri meminta bantuan Fenly, siapa tau Fenly punya solusi.

"Mohon maaf saya sibuk,"

"Masuk ya, kita bicara didalam," Raya hanya mengangguk.

"Kenapa hmm? Perutnya sakit?"

"Banget, hisk," Fajri membawa Raya kedalam dekapannya.

"Ijin ya," dengan ragu-ragu Fajri mengelus perut Raya. Ya siapa tau bisa ngurangin rasa sakit.

"Hari ini ga usah ngampus ya,"

"Iya ntar aku ijinin ke dosen kamu," ucap Fajri.

"Kakak juga dirumah, nemenin aku," aduh bisa gawat nih. Hari ini ia ada janji dengan beberapa anak geng motor. Kalau kayak gini gimana keluar nya.

"Iya," Fajri mengambil ponselnya. Ia menghubungi Fiki untuk nitip ijin.

[Lah gue aja mau ijin, kan kita balap dari pagi Ji. Lagian ini turnamen terbesar loh, Ganapati juga ada,]

[Ya ijinin sekalian lah]

[Lo ikut kan Ji?]

[Do'ain,]

Fajri memutuskan sambungan secara sepihak. Ia bingung harus pilih Raya atau balapan, apalagi ini diadakan setahun sekali.

"Aku beliin jamu ya,"Raya menggeleng.

"Pait, ga suka."

"Liatin aku, ntar juga manis," kekeh Fajri.

"Gombal aja terus," Raya semakin mengeratkan pelukannya. Nyaman.

"Masih sakit?" Raya menggeleng pelan.

"Aku ke supermarket dulu ya, mau titip apa?" Raya menggeleng.

Fajri mengambil jaketnya, mandi? Tadi udah. Di garasi, dia bertemu Fenly yang sepertinya akan pergi kekampus.

"Ngapain liatin gue kayak gitu?"

"Lo ngampus?"

"Iyalah, gua kan anak rajin," sombong Fenly.

"Ga balapan?"

"Bimbingan paling 2 jam, abis itu ke area, lo sendiri?"

"Ga tau ikut atau ga, adik lo minta ditemenin."

"Semoga lo ga ikut ya, biar Ganapati menang," ucap Fenly diikuti senyuman tipis.

"Dih, pede banget dah."

Setelah berdebat dengan kakak ipar, sekarang ia harus sedikit berdebat dengan dosennya yang kebetulan satu komplek dengan rumah Raya. Ia bertemu dosennya tersebut di gerbang komplek dan diberhentikan secara paksa layaknya pengendara kena tilang.

"Pak, istri saya lagi sakit jadi ijinin saya ya," ucap Fajri memohon. Sebenarnya sudah dari kemarin dosennya ini menagih skripsi nya.

"Kamu anak Rexsan kan?" Fajri mengangguk pelan.

"Saya ga akan marahin kamu kalau kamu ga masuk kampus karena balapan bergengsi itu, bapak juga mau nonton," ucap dosennya antusias.

"Lah tadi bapak marah-marah buat apa?"

"Kirain kamu mau ijin ga ikut balapan, bapak itu fans beratnya Rexsan," Fajri membulatkan matanya. Apa? Penggemar Rexsan? Apa dia bermimpi?

"Ta-tapi pak, saya emang ga akan balapan, istri saya lagi sakit pak," jelas Fajri. Ya Allah drama apa lagi ini?

"Nilai kamu saya kurangi, karena sudah mengecewakan saya," dosennya itu langsung pergi ke arah area balapan. Fajri bingung sendiri, kenapa cerita nya begini sih.

"Mending nilai yang dikurangin, daripada didiemin Raya."

Fajri kembali melajukan motornya menuju supermarket. Ia akan membelikan istrinya itu berbagai cemilan dan buah-buahan, sama satu lagi kamu khusus wanita yang datang bulan. Fajri mengerutkan keningnya kala melihat banner yabg tertera didepan supermarket.

Diskon besar-besaran kalau anda penggemar Ganapati

Dibanner tersebut juga terpampang jelas wajah Fenly dan antek-antek nya. Perasaan tahun kemarin ga kayak gini banget.

"Aneh," gumam Fajri. Ia langsung masuk supermarket dan membeli beberapa cemilan yang Raya suka dan minuman herbal tersebut. Tak lupa, ia juga membeli beberapa barang yang ingin ia miliki.

"Mas, salah satu anak Rexsan ya?" ucap mba mba kasir.

"Iya, saya ketuanya," ucap Fajri dengan coolnya.

"Berarti nanti mas tanding sama Fenly ya? Ngalah ya mas, nanti saya kasih gratis selama seminggu."

"Dih ogah," Fajri langsung pergi dari supermarket tersebut setelah melakukan pembayaran. Supermarket yabg dominan mendukung Ganapati. Cih, kalau dibandingkan lebih hebat Rexsan daripada Ganapati.

"Oh ini yang takut sama istri?" ucap seorang pemuda dari kalangan Luck Gray. Ya keliatan aja dari cara berbicara nya. Kalau Ganapati, ga mungkin juga. Mereka udah sepakat buat ga ngurusin hidup orang, apalagi mereka dipersatukan sama Raya.

"Dari pada ketua lo, merkosa anak orang," Fajri memilih meninggalkan beberapa anak Luck Gray. Ia tak mau berlama-lama meninggalkan Raya.

"Pengecut lo!" Fajri tak menghiraukan ucapan mereka.












Istri lebih penting ya Ji👍

See youu

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang