1

4.1K 151 1
                                        

Pagi ini, tepat pukul 02:30, acara balap liar baru saja selesai. Pesertanya yaitu Fajri dan Doni, pertandingan kali ini dimenangkan oleh Fajri. Tak heran, beberapa kali, pemuda itu keluar sebagai juara disetiap malamnya. Namun, tidak jika berhadapan dengan Fenly, ketua Ganapati. Lebih dominan kekalahan yang ia dapat.

"Bos besok lo balapan sama Fenly, siap?" tanya salah satu anak buahnya.

"Fenly anak Ganapati? Siapa takut, bakal gua kalahin dia," ucapnya dengan seringai.

"Kita cuma ngingetin aja, kalo Fenly jagoan Ganapati. Lo beberapa kali kalah sama dia, yang berakhir pertempuran, seperti minggu lalu,"

"Gua juga jagoan Rexsan kali, tenang aja, gua pastiin bakal ngalahin tuh bocah,"

"Serah lo deh, Ji," balas Fiki, teman sekaligus wakil ketua generasi ketiga. Walaupun tingkahnya abstrut, tapi percayalah kalau dia terkenal ganas dilapangan.

"Cabut," perintah Fajri.

Tiga motor mulai meninggalkan area balapan. Tujuan mereka adalah rumah Fajri, rumah kedua bagi Fiki dan Zweitson. Tak jarang pula mereka mendapat teguran dari orang tua Fajri. Entah itu berupa nasehat, maupun berupa hukuman ringan. Mereka tiba di rumah Fajri tepat pukul 03.05, mereka disambut oleh Gia, ibunda kesayangan Fajri.

"Bagus ya baru pulang, kemana aja kalian?!"

"Balapan," jawab Fajri, Fiki dan Zweitson dengan ekspresi yang berbeda. Fajri menatap bundanya datar, sedangkan kedua temannya menampakkan cengiran khas mereka.

"Push up 20 kali,"

"Kebanyakan, bun," protes Fiki.

"Ya udah, 30 kali,"

"Tap-"

"Banyak bacot lo, Fik, jalanin aja," potong Fajri saat Fiki hendak menyela lagi.

Mereka pun menjalankan hukuman dadakan dari ibunda Fajri. Sepertinya mereka belum aman, saat memasuki ruang tamu, mereka bertemu Galih, ayah Fajri dengan tatapan datarnya. Fajri terlihat santai, walaupun hatinya merasa was-was. Ayolah, begini pun dia takut dengan sang ayah.

"Fiki sama Zwei ke kamar, Fajri tetap disini, ayah mau ngomong sesuatu,"

"Iya yah, "

Mereka mulai melangkah menuju lantai atas, hanya menjalankan perintah plus menyelamatkan diri dari hukuman Galih. Sedangkan Fajri duduk disingle sofa dengan kaki diangkat dan menatap kearah lain. Malas rasanya menatap pria paru baya itu.

"Kapan kamu berubah Ji? Kamu udah dewasa dan nanti jadi suami, bagaimana dengan istri dan anakmu nanti?"

"Ya ga gimana-mana dong, Yah, lagian Aji bakal pilih calon istri yang mau Aji ajak balapan, nongkrong, dan sejenisnya, biar ga terlalu ngerepotin," balas Fajri santai.

"Dimana otak kamu Fajri?!"

"Ga tau,"

"Ayah ga habis fikir sama kamu, sudah ayah putuskan untuk menjodohkan kamu dengan anak dari rekan bisnis ayah. Supaya kamu berubah,"

"Ck, dijodohin? Ga elit banget, Aji ga mau, dikira Ironman apa berubah?"

"Ayah ga nerima penolakan, masuk kekamar sekarang!"

Fajri meninggalkan orang tuanya dengan langkah cepat. Perjodohan? Sepertinya ga ada kata itu dikamusnya, jaman ini sudah canggih. Perjodohan semacam itu harusnya sudah lenyap. Apalagi, jika calonnya tidak seperti apa yang kurang harapkan. Pasti akan merepotkan.

*:..。o○ ○o。..:*

Pagi yang cerah, bagi orang lain. Namun, bagi seorang pemuda yang tak lain adalah Fenly, ini adalah pagi yang menyebalkan. Baru saja ia mematikan motor ninja berwarna merah miliknya, adiknya sudah berada dihadapannya dengan sejuta kata yang menjengkelkan.

"Raya... abang cape!" sentaknya.

"Salah sendiri, pulang pagi mulu, kemana lagi hah?!Balapan lagi, iya, bang?! Kalau abang kenapa-napa gimana?"

"Rayana Archifa, abang cape mau istirahat!"

"Ini tuh jam berapa?! Waktunya kuliah Fenly Christovel!"

Fenly memilih meninggalkan adiknya dari pada harus mendengar ocehan unfaedah itu, lama-lama rusak juga telinganya.Ingin sekali ia menampar maupun memukul adiknya itu, tapi Raya adalah adik kesayangannya, maksimal ngebentak.

Fenly merebahkan tubuhnya disofa ruang tengah. Sepertinya ia belum menyadari ada seorang lelaki yang duduk di single sofa disebelahnya.

"Cape bang?"

"Iya nih, ngantuk juga,"

"Ga kuliah?"

"Bolos dulu lah. Cape juga habis balapan,"

"Oh gitu, apa sih faedahnya?"

"Ish nanya mulu, ngan-tuk, eh Abi, apa kabar, Bi? Kapan pulang?" ucap Fenly sambil menyalami pria paru baya itu.

"Bagus ya, bukannya jagain adiknya dirumah. Malah keluyuran ga jelas, tadi apa, balapan? Balap liar maksud kamu?"

"Eum, a-anu, Bi," balas Fenly dengan sedikit terbata.

"Ana anu ana anu, pokoknya Abi ga mau denger kamu balapan lagi, pikirkan keselamatan kamu, Fen! Nanti malam ga ada acara keluar, pokoknya kamu harus ikut abi, paham anak ganteng?"

"Kemana Bi?"

"Alam baka," ucap Raya sambil meletakkan minuman untuk Abinya diatas meja.

"Hust, kalau ngomong," tegur seorang wanita paru baya dengan nampan berisi cemilan.

"Raya bener kan, Mi? Pulang gini, luka sana sini. Balapan ga jelas, ga mikir apa resikonya besar?"

"Ga usah ikut campur lo, tau apa lo soal dunia malam, soal balapan? Liat tikus aja lo nangis," Fenly meninggalkan ruang tengah menuju lantai atas. Adiknya itu memang membuat naik pitam.

"Lo pikir gue ga tau masalah kayak gitu? Ga semua perempuan kudet masalah dunia malam, bang," Fenly memutar tubuhnya, ia menyeringai. Sesuai dugaannya.

"Ga usah sok tau. Tugas lo cuma belajar dan noh urus dapur,"

"Raya, Fenly, cukup, masih pagi ini," lerai sang Umi.

"Ajarin anak kesayangan Umi ini tentang dunia wanita, buat ga usah ikut campur urusan kakaknya, apalagi sampai bergabung dengan dunia malam, terutama geng motor," Fenly berlalu begitu saja tanpa menatap orang tuanya.

"Umi maafin Bang Fen yah,"

"Ga papa sayang, abang kamu lagi cape aja, sekarang Raya mandi, terus kuliah, okey?"

"Siap umi!"
















Cie yang udah nyampe part 1

Baru part satu aja bangga😏

Readers lama mana suaranya!!

Readers baru jangan mau kalah dong!!

Ada beberapa revisi nih, jangan lupa votmen ya, votmen kalian paling aku tunggu loh.

See you gayss

Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang