22

1.3K 94 2
                                    

Pagi kembali menyapa, sinar mentari sudah mulai menghangatkan bumi dengan sinarnya yang begitu hangat. Dengan susah payah Raya membangunkan Fajri. Setelah shalat subuh tadi, Fajri tidur lagi dengan alasan kelelahan, sedangkan Raya membantu Uminya memasak. Nah ini jam udah nunjuk keangka 6 dan sebentar lagi harus berangkat kuliah, Raya ada kelas pagi.

"Fajri bangun cepetan!"

"Ga sopan," Fajri menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Sebenarnya, ia sudah terbangun 5 menit yang lalu, tapi malas untuk sekedar duduk.

"Suamiku, imamku, gantengku, kekasihku, apa lagi ya? Ah itu pokoknya, bangun yuk, Raya ada kelas pagi,"

"Gua kelas siang,"

"Minimal anterin kek,"

"Percuma lo jadi suaminya Raya kalau lo bodoamat sama Raya. Perkara nganter aja lo males, udah Ray, sama abang aja," ucap pemuda yang bersandar dipintu. Pemuda tersebut tak lain adalah Fenly. Pengantin baru ini tinggal dirumah Raya untuk sementara waktu. Tadi, tak sengaja Fenly mendengar ocehan adiknya, yang membuat nya penasaran dan nguping.

"Iya iya gua bangun. Jam berapa masuk?"

"Delapan,"

"Ya udah gue mandi dulu," ucap Fajri sambil berjalan kearah kamar mandi.

"Kita tunggu dimeja makan, lama gua tebas pala lo,"

"Abang!"

Raya dan Fenly kembali ke meja makan. Namun, sebelumnya, Raya menyiapkan baju yang akan digunakan Fajri diatas kasur. Disana sudah ada orang tua mereka yang sudah siap untuk pergi bekerja.

"Loh Fajri mana?"

"Lagi mandi,"

"Abang kelas pagi atau siang?"

"Pagi, Bi,"

"Kalau Raya sama Fajri?"

"Raya pagi kalau Fajri si-" Alma menatap tajam kearah putrinya, bisa-bisa nya manggil suami cuma nama.

"Eh, maksudnya Kak Fajri siang," ralat Raya. Tatapan uminya begitu menyeramkan.

"Biasain manggil yang sopan, iya ga, Mi?" ucap seorang pemuda yang baru saja bergabung. Ia mendapat anggukan dari ibu mertua.

"Pindah gih," perintahnya.

"Dih nyuruh, siapa lo?" ketus Fenly.

"Gua suaminya Raya, gua berhak dong duduk di samping Raya," protes Fajri. Terdengar helaan napas dari Raya, siap-siap saja, sebentar lagi akan ada cekcok antara kakak dan suaminya.

"Duduk samping Umi aja sono, ini tempat gua dari dulu,"

"Ga bisa gitu kali," Alma dan Fariz hanya memperhatikan saja, tak berniat melerai. Percuma, dari dulu mereka tak pernah akur.

"Ga mood sarapan. Raya berangkat assalamu'alaikum," Raya beranjak dari tempat duduknya. Pusing kepalanya kalau harus menghadapi kakak dan suaminya berantem.

"Ngambek kan bini gue, lo sih. Raya..." ucap Fajri, setelahnya ia beranjak mengejar Raya.

"Bisa turunin ego kamu, Fen? Raya bukan lagi anak-anak, dia sudah menjadi seorang istri,"

"Fenly cuma takut Raya kenapa-napa kalau deket Fajri, iya Fenly tau kalau Fajri bisa diandelin, tapi ya tau sendiri lah, Bi, musuh Fajri dimana-mana,"

"Percayakan semuanya sama Fajri. Boleh, kamu boleh khawatir sama Raya, tapi harus tau batasannya. Awasi mereka dari jauh. Lagian, kalian kan bisa bekerjasama untuk menjaga Raya," Fenly hanya mengangguk pelan. Bukannya tak percaya, tapi masalalu lah yang membuat nya sulit untuk mempercayakan Raya kepada orang lain.

Sementara itu, Fajri tengah membujuk Raya supaya ia yang mengantarkan Raya kekampus. Sudah banyak rayuan, namun Raya tak mengindahkan nya.

"Udah sono berantem aja sama Bang Fen," ketus Raya.

"Ga lagi-lagi berantem sama Fenly deh. Berangkat sama aku ya," Fajri tersenyum manis, hal ini meruntuhkan pertahanan Raya. Akhirnya ia mengangguk.

"Bentar, aku ambil tas dulu," Fajri berlari ke dalam, beberapa saat kemudian dia kembali dengan Fenly disamping nya. Mereka nampak membicarakan sesuatu.

"Awas ya kalau adik gua lecet,"

"Beres, yuk, Ray," Raya hanya tersenyum sekilas. Mood nya masih buruk.

Berhubung satu kampus, jadi Fenly mengikuti dari belakang. Bisa lah buat alasan kalau nanti banyak mahasiswa yang nanya. Kayak ga tau aja, Fajri fans nya berjibun. Hampir satu kampus jadi fansnya. Eum, yang cewe maksudnya. Ya kali cowo, yang ada pada sirik.

"Bentar kok lo bawa tas?"

"Yang sopan bisa ga sih? Jangan pake lo-gua pake aku-kamu," koreksi Fajri.

"Udah terbiasa,"

"Didikan Fenly ya gini,"

"Salahin gua terus Ji, ga heran sih, lo sirik sama ketampanan gua kan? Makanya lo jelek-jelekin gua terus,"

"Sirik sama lo? Ga guna,"

"Berantem aja terus, kalau perlu Raya sewain ring tinju mau?"

"Gua ke kelas dulu, bye adikku yang jelek,"

"Bini gue cakep woy. Udah sono ke kelas ngapa liatin gua? Ganteng ya? Udah tau," dengan percaya dirinya, Fajri mengatakan itu.

"Dih!"

Raya langsung meninggalkan Fajri diarea parkir. Untung sepi, coba kalau rame. Bisa-bisa satu kampus membicarakan dirinya yang berangkat bersama pangeran mereka. Sementara itu, Aban sedang sibuk dengan IPad nya. Ia baru saja mendapat informasi tentang beberapa geng motor yang ada dikota ini. Ia diminta Raya untuk menyelidiki tentang Hanum dan Anis, karena Raya mendapati hal yang janggal.

"Assalamu'alaikum epribadeh, Azmi yang tampan datang. Kangen ga kangen ga, kangen lah masa ga," Aban memandang malas kearah temannya ini.

"Waalaikumsalam,"

"Mi, kurangin nonton toktok, tingkatin iman,"

"Iya Ibu Fania, ngapain, Ban?"

"Ada sesuatu yang harus gua selidikin,"

"Apa? Bukannya tugas kita udah kelar?"

"Assalamu'alaikum, Rayana comeback,"

"Waalaikumsalam,"

"Gimana, Ban?"

"Anis adalah anak dari Kaila dan Gryan ketua geng Luck Gray."

"Lah Gryan bukannya belum nikah?"

"Emang belum, cuma tau lah gimana bahayanya pergaulan bebas," balas Aban.

"Alhamdulillah Azmi yang tampan ini terhindar dari hal seperti itu, eh btw, Ray lo udah..." Azmi menaik turunkan kedua alisnya alhasil ia mendapat jitakan instan dari Nabil.

"Iya lo terhindar tapi otak lo kaga!"

"Nanya doang!"

"Udah apa ya?"

"Anjir gua lupa kalau Raya polos,"

"Mulut anda sopan sekali," ketus Fina. Ntah kenapa si kembar sering banget ngingetin Azmi.

"Unboxing Ray," bukannya berhenti malah berlanjut. Siapapun tolong seret Azmi dan buang jauh-jauh.

"Dih kepo!" ucap Raya. Sebenarnya dia ga polos-polos banget, dia tau kok kalau Azmi berbicara kearah sana cuma ya pura-pura aja ga salah kan?












Kurangin keponya Mi

Ngepoin kamu boleh ga? ~ Azmi

Azmi, mau granat yang kecil atau yang jumbo? ~ Fenly

Pawangnya dateng, punten lewat wae ~ Azmi

Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang