8

1.8K 114 0
                                        

Kini waktu menunjukkan pukul 03:45. Ganapati dan Rexsan berkumpul di sebuah area balapan. Mereka akan mengadakan balapan liar dengan uang sebagai hadiah. Ya bisa dibilang taruhan. Dari dua kubu menyerahkan 500 ribu, itu artinya siapapun pemenangnya, akan mendapatkan 1 juta sebagai hadiah.

"Mana Fenly?" ucap Fajri dengan nada datar.

"Palingan takut sama lo Ji," ucap Zweitson meremehkan.

"Fenly ga akan pernah takut sama bocah ingusan kayak bos lo," ucap Gilang. Bisa dibilang partner nya Fenly, kemana-mana bareng terus tuh anak, kecuali asmara sama keluarga ya.

"Jangan-jangan terjadi sesuatu sama Raya,"

Fajri mengambil ponselnya dan menghubungi Fenly. Namun tak ada jawaban dari Fenly, padahal nomornya aktif. Ia semakin cemas ketika panggilan ke 4 tak ada jawaban juga.

"Kenapa Ji?"

"Ga papa, mana Fenly? Kalau gua  lawan lo ga akan puas."

"Gua disini,"

"Gua kira ga akan dateng,"

"Gua kesini bukan mau balapan. Kumpul di markas Ganapati sekarang, ada yang mau gua omongin sama kalian semua."

Fenly kembali meninggalkan area balapan. Anak-anak Ganapati dan Rexsan menatap Fenly bingung, namun akhirnya mereka mengikuti langkah Fenly.

*:..。o○ ○o。..:*

Pagi pun menyapa. Kali ini Raya sedang termenung dibalkon kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 lebih 30 menit, seharusnya ia berangkat ke kampus, namun ia dilarang keluar rumah oleh kakak-kakaknya.

"Assalamu'alaikum," ucap seseorang dari arah pintu. Pintu kamar Raya saat ini terbuka setengah. Jadi memudahkan orang tersebut untuk masuk.

"Waalaikumsalam," lirihnya. Raya enggan menatap siapa yang datang. Ia bosan.

"Jangan diluar, lo lagi sakit," Raya menoleh ke sumber suara, sepertinya ia mengenal suara itu.

"Fajri? Ngapain lo disini? Siapa yang ngijinin lo masuk?"

"Iya gua Fajri, gua mau jenguk lo, Fenly yang ngijinin. Lengkap kan?" ucap Fajri diikuti senyuman manisnya.

"Oh, gitu ya, duduk-duduk dulu, ntahlah kenapa saat ini terasa begitu gugup ketika berhadapan dengan Fajri.

"Nih gua bawain brownies. Dimakan ya, gimana luka lo?"

"Ba-baik, membaik kok,"

"Lo kenapa sih? Kok kayak gugup?"

"E-enggak kenapa-napa. Gu-gua bikinin minum dulu ya,"

"Ga perlu, gua cuma mau nyampein sesuatu," Raya mengangkat salah satu alisnya. Seakan mengisyaratkan, apa?

"Pernikahan kita dimajuin jadi minggu depan dan gua minta sama lo buat keluar dari Cemal,"

Raya mengerutkan keningnya "maksud lo apa hah!?"

"Santai, ga usah ngegas. Gua udah tau misi lo dan Cemal. Gua sama Fenly udah sepakat buat bantu Cemal. Karena sebentar lagi gua jadi suami lo, jadi nurut ya," ucap Fajri sambil menekan kata suami.

Raya merotasi matanya. Belum jadi suami aja udah gini, gimana kalau udah jadi suami coba? Tapi kalau boleh jujur, Raya mulai jatuh cinta dengan Fajri. Menurutnya Fajri cuma salah pergaulan, sebenarnya dia tuh perhatian, pengertian, dan satu poin pentingnya, ganteng. Dan masih ada satu yang mengganjal hatinya, Fajri benar-benar mirip dengan seseorang, tapi siapa. Celotehan Fajri hari ini mengingatkan nya pada seseorang, tapi ia tak tau itu siapa. Ia tak pernah mengenal pemuda tersebut. Namun, wajahnya tak jauh berbeda dengan Fajri. Apa mungkin, orang tersebut Fajri?

"Gimana?"

"Gua ga mau keluar dari Cemal. Gua tau batasannya kok, lo tenang aja,"

"Okey terserah. Aaaa," ucap Fajri sambil menyodorkan sepotong brownies kearah Raya. Dengan ragu-ragu Raya membuka mulutnya. Tanpa ragu pula Fajri memakan sisa potongan brownies ditangannya.

"Laper?" Fajri mengangguk pelan. Raya mengambil potongan brownies dan menyodorkan nya kearah Fajri. Fajri tersenyum dan membuka mulutnya. Belum sampai brownies tersebut dimulut Fajri, seseorang menarik tangan Raya, alhasil brownies tersebut masuk ke mulut pemuda tersebut.

"Ah lo mah," lirih Fajri.

"Suap-suapan lagi, punya tangan kan? Belum sah, jangan berduaan dikamar, ntar ketiganya setan."

"Lo,"cicit Fajri.

"Enak aja, cowo seganteng gua dikatain setan."

"Dih, gantengan juga gua, iya ga Ray?"

"Iya, eh" Raya menutup mulutnya.

"E...Raya mau ke kamar mandi dulu"

"Calon lo tuh,"

"Adik lo kali," mereka nampak menggeleng pelan dan bertos ala laki-laki. Kemudian kompak memasukan sepotong kue kedalam mulut mereka.












Ekhm Raya😌

Malu 😖🙈~Raya

Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang