42

1K 102 6
                                    

"Kok bisa di lo, Ji?"

"Lah mana gue tau,"

"Lo abis ketemu Robby, mantan anak Rexsan?" tanya Nabil.

"Iya, tadi dikantin."

"Dia pelakunya, dia udah gabung sama Saga. Tenang, alat ini udah ga berfungsi sejak lo gabung sama kita," jelas Nabil.

"Lo tau dari mana alat itu udah ga berfungsi?"

"Gua yang buat alat itu off,"

Ponsel Nabil tiba-tiba saja bergetar. Ponselnya sudah dirancang sedemikian rupa agar bisa mendeteksi benda asing yang ada disekitarnya.

"Penyadap," lirih Nabil.

Dengan lihai, tangannya mulai mencari tau dari mana alat tersebut dan sejauh apa jaraknya.

"Robby Prasetya? Bukannya mantan Rexsan?" batinnya. Ia tak menggubris omongan Fina, ia hanya fokus pada alat penyadap yang semakin mendekat. Akhirnya alat tersebut bisa disabotase.

"Gila, Cemal isinya anak ajaib semua," ucap Fiki kagum.

"Kecuali...." ucap Zweitson sambil memandang Azmi. Hanya Zweitson yang tau seperti apa Azmi kalau dirumah.

"Kenapa liatin gua gitu?"

"Ga papa."

Matahari semakin meninggi, sama hal kesabaran Fajri yang setiap harinya harus ditambah stoknya. Seperti siang ini, lagi-lagi Raya meminta hal yang membuat Fajri harus pusing-pusing mencarinya. Raya meminta ramen yang langsung dari negara asalnya.

"Raya, beli instan aja ya, nanti kakak kreasiin deh," bujuk Fajri.

"Bener ya kakak yang masak, bukan bunda atau umi," ucap Raya memastikan.

"Iya, kalau perlu kamu pantau deh," Raya nampak berfikir, jarang-jarangkan dia liat seorang Maulana Fajri berada di dapur.

"Oke," motor Fajri kembali membelah jalanan untuk menuju supermarket.

Sesampainya di supermarket, bukan hanya mie yang Raya beli, namun hampir semua jenis jajanan diambil oleh Raya. Fajri yang melihat hanya bisa ngelus dada dan mengecek berapa uang kes yang ada di dompetnya.

"Mau buka warung Ray?" sindir Fajri.

"Ga boleh ya?"

"Bo-boleh kok, yuk pulang," tolong beritahu Fajri, dimana ia harus membeli stok kesabaran.

Beberapa saat kemudian, mereka telah tiba di kediaman Raya. Mereka langsung menuju dapur untuk memasak ramen. Sebenarnya, memasak bukanlah keahlian Fajri namun demi istri, ga papa lah sekali-kali main kedapur dan make celemek. Pertama-tama, Fajri merebus mie nya, kemudian ia memotong sosis, bakso, dan sayuran hijau.

Kemudian ia memanaskan teflon dan memasukkan bumbu ramen dan bahan lainnya, setelah itu masukan air sekitar 2 gelas kecil. Ketika airnya sudah mendidih, ia menuangkannya ke mangkuk berisi mie yang sudah dimasak tadi.

"Tada...."

"Makasih, Kak Fajri," Raya mulai mencicipi masakan Fajri. Raya tersenyum, ternyata Fajri jago juga.

"Enak kak," Raya terus menyantap makanannya.

"Tapi, kurang pedes."

"Kan lagi hamil Ray, ga baik buat kesehatan calon anak kita," jelas Fajri.

"Anak Raya kali, kan Raya yang ngandung," Fajri menghela napas kasar. Kalau ga ada dia, mana bisa Raya hamil.

"Iya," jawab Fajri seadanya.

"Lah Kak Fajri ga mau ngakuin ini anak kakak?" tanya Raya dengan wajah datar.

"Ga gitu, kan tadi kamu yang bilang kalau itu anak kamu," jawab Fajri.

"Tapi kan ini anak kakak juga," tegas Raya.

"Iya itu anak kakak juga," mengalah lebih baik bukan? Daripada Raya tambah ngambek, repot.

"Kak, enaknya manggil apa? Umi abi, ayah bunda, mama papa?"

"Paman bibi," ceplos Fajri. Ingat dia masih kesal.

"Tuh kan ga ngakuin," Raya beranjak dari duduknya. Fajri mengusap wajahnya kasar.

"Gini amat punya bini. Heran gue, kenapa ayah sama abi sabar banget ngadepin istrinya yang ngidam sampe anak-anaknya segede ini, lah gue udah ga kuat aja. Padahal usia anak gue baru 6 minggu," gumam Fajri.

"Makanya jangan durhaka," ucap seorang pemuda yang tak lain Ricky, kakak ipar nya.

"Ada masalah apa?" Fajri menceritakan semua yang baru saja ia alami, reaksi Ricky membuat kadar kekesalan Fajri bertambah, pasalnya kakak iparnya ini malah tertawa puas.

"Masih mending kali, waktu Fira hamil, dia bener-bener ga mau dideketin gua, nomor gue aja diblok. Itu terjadi selama hampir 2 bulan, kuat lo?" Fajri menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Parah sih kalau Raya begitu, bisa-bisa mati karena rindu.

"Ga akan kuat lo, ga ketemu sehari aja udah mau mati, apalagi 2 bulan bisa bundir," kekeh Ricky.

"Astaghfirullah," akhirnya Fajri nyebut juga.

"KAK FAJRI JANGAN NGOBROL SAMA BANG IKY, NANTI ISINYA GOMBALAN SEMUA!" teriak Raya dari lantai atas.

"Bang ajarin gua ya," ucap Fajri dengan wajah sumringah.

"JANGAN BANG, RAYA GA SUKA KAK FAJRI YANG DOYAN GOMBAL," Raya kembali berteriak.

"Darimana sih dia tau? Perasaan udah kecil banget nih suara," kesal Fajri. Ricky menunjukkan layar ponselnya, ternyata ia sedang melakukan sambungan telfon dengan Raya.

"Aneh," lirih Fajri.











Mohon maaf, nulis part ini senyum-senyum sendiri😭
Apalagi pas Raya bertingkah, padahal masih diotak tapi udah ngakak duluan😭
Untung malem, jadi ga ada yang liat😭
Jangan lupa vote ya😊

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang