15

1.4K 102 0
                                    

Pagi menyapa. Kini Fenly dan Raya baru saja tiba di kampus. Keduanya disambut oleh Fajri, Fiki, Zweitson dan Gilang. Mereka baru saja dapat kabar tentang peperangan itu dari Shandy.

"Gue ga tau rencana apa yang lagi lo jalanin. Gue harap ini yang terbaik," ucap Fajri pada Raya.

"Beruntung lo dapet ade gue,"

"Hah!? Maksud nya apa nih? Kalian beneran mau nikah? Ngundang kita ga nih?"

"Ga perlu tau. Assalamu'alaikum,"

*:..。o○ ○o。..:*

Fani meletakkan sebuah botol berukuran sedang didepan Raya. Botol tersebut terisi penuh dengan cairan putih kemerahan. Ramuan yang dibuat untuk membantu mereka mengalahkan Dymasius.

"Udah lengkap?"

"Udah, tapi btw bener ya lo nyerahin pusaka itu?" Raya mengangguk.

"Why?"

"Jawaban gue masih sama, bang Fen lebih berharga dari pusaka itu dan itu juga atas perintah abah," sikembar hanya bisa diam. Dari awal mereka kenal Raya, hanya Fenly yang menurut Raya paling berharga. Ntahlah mereka tak mau ikut campur terlalu dalam di keluarga Raya.

"Terus gimana ramuan ini sampe ke Dymasius?"

"Tunggu aja orang nya, lama juga nih anak," Raya melirik jam tangannya. Sudah 30 menit setelah kelas bubar belum juga anak yang Raya maksud belum datang.

"Ray..."

*:..。o○ ○o。..:*

Besok adalah puncak dari semua usaha Cemal membuat jalur perdamaian. Mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mempersatukan Cemal dan Dymasius. Namun semuanya sia-sia, hasil nol besar. Ini cara terakhir mereka.

Rexsan, Ganapati, dan Cemal sudah berkumpul di padepokan. Beberapa orang menatap Raya tak suka karena berita tentang penyerahan pusaka tersebut sudah menyebar keseluruhan padepokan.

"Nyesel percaya sama Raya,"

"Iya, masih punya muka juga nampakin diri didepan kita,"

"Demi satu nyawa dia ngorbanin banyak nyawa,"

Raya hanya bisa tersenyum miris. Ia biarkan santri Al Irsyad menghujatnya. Fenly menggenggam tangannya menguatkan. Ia tau ini berat untuk adiknya. Andai saja dulu ia bisa mencegah abinya, pasti Raya tak akan mengalami ini semua. Penyesalan selalu hinggap dihati nya saat tau Raya dibawa ke padepokan.

"Jangan dengerin ya,"

"Hmm,"

*:..。o○ ○o。..:*

Malam pun tiba. Raya ditemani Fenly dan Fajri menyusuri setiap sudut padepokan. Padepokan ini cukup luas, dua geng motor saja bisa menginap disini. Ya walaupun sebagian ada yang bikin tenda.

"Besok kita perang. Lo yakin mau ikut Ray?"

"Ga, gua sama santriwati di padepokan, telinga lo kemana aja sih?" ketus Raya.

"Besok kita bakal tau gimana rasanya berjuang, sama seperti pahlawan kita dulu," ucap Fenly sambil menatap langit yang penuh bintang.

"Gaya lo, pake ngomong pahlawan, Fen, balapan aja kalah,"

"Kita buktiin nanti,"

"Aduhh duhh Ray, sakit," karena posisi Raya ada di tengah mereka, dengan mudahnya Raya menarik telinga Fenly dan Fajri.

"Anjir belum jadi istri aja udah KDRT," ketus Fajri.

"Baru dijewer, lemah lo," timpal Fenly. Walaupun Fenly kakak kesayangan Raya, tetap aja kena omel, jewer, cubit kalau pulang pagi dan bawa luka. Dah kayak emak-emak.

Syutt   jleb

Lagi dan lagi. Sebuah panah tanpa tuan melesat dan menancap sempurna dibatang pohon. Terdapat surat disana. Pesan tersembunyi tertulis di sana.

Seb_ah   _urian   dim_kan   _abis  oleh Ray

Kalimat tersebut yang tertulis disana. Raya tersenyum lebar sedangkan Fenly dan Fajri nampak bingung dengan isi surat tersebut. Kenapa ada huruf yang hilang?

"Sebuah durian dimakan habis oleh Ray? Maksud nya apa sih?" ucap Fajri yang ngeh dengan kalimatnya.

"Lo suka durian, Ray?"

"Alergi dia," timpal Fenly.

"IQ kalian diasah lagi ya,"

*:..。o○ ○o。..:*

Pagi menyapa. Tepat pukul 7 pagi pasukan Al Irsyad yang dipimpin Shandy sudah berangkat ke hutan yang dijadikan tempat pertarungan. Sedangkan di padepokan dipimpin oleh Raya. Mereka akan sama-sama melindungi padepokan, siapa tau ada penyusup. Walaupun sudah dipastikan semua murid Padepokan Dymasius akan ikut andil, apa salahnya berjaga-jaga?

"Ngapain lo disini hah?! Lindungi abang lo sana,"

"Harus gua jawab ga nih?" timpal Raya.

"Udah Ti, lo ga usah sok tau. Cuma Cemal yang tau rencana ini," bela Shafa. Ya walaupun ia gak tau apa-apa, ia cuma mau ga ada keributan disini.

*:..。o○ ○o。..:*

Cukup lama mereka menjaga padepokan. Mereka belum dapat kabar dari orang yang ada dimedan perang. Kini waktu menunjukkan pukul 9. Seekor merpati datang dengan surat di kakinya.

"_olandian  mengadakan   _limpiade   atau   _omba  cerdas  cermat  sa_n_    t_ngkat   SMA.

_urian   b_unya    _idak    sed_p   namu_   bisa    buat  kenyan_  "

"Durian aja terus," kekeh Raya.

"Maksudnya apa Ray?"

"Polisi udah ditempat,"

"Raya Raya, lo bisa baca ga? Disini ga ada kata polisi. Malah huruf nya pada ngilang,"

"IQ harap diasah kembali, makanya jangan suka nyinyir biar bisa belajar kayak gini," Raya masuk kesalah satu pondok, ia tenang akhirnya pihak Al Irsyad menang.










Ada yang bisa baca pesan diatas?
Yang tau komen yuk.

Jangan lupa votmen buat yang baru mampir yach


Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang