37

1.1K 93 8
                                    

Suasana pantai terlihat begitu ramai. Namun sayangnya Raya tak bisa pergi kesana, ia hanya bisa memandangi dari jauh. Karena, ia dilarang keluar kamar oleh Fajri, suaminya. Katanya disuruh istirahat dulu, jalan-jalan nya besok aja.

Setelah kejadian semalam, canggung rasanya untuk ngobrol banyak dengan Fajri. Sedari tadi mereka hanya saling melirik. Ingin mengatakan bosen saja, sangat sulit bagi Raya. Apalagi cerewet seperti biasanya.

"Ka-kamu laper ga, Ray?" tanya Fajri setelah sekian lama terdiam.

"Ga, cuma bosen aja."

"Jalan mau? Ke pantai," finis Fajri. Ya daripada dikamar malah diem-dieman ga jelas.

Raya tersenyum saat menatap anak-anak yang berlarian kesana kemari dengan canda dan tawa. Dilain tempat pula, Raya melihat seorang ayah bermain dengan anak balitanya. Lucu juga kalau Fajri ada diposisi itu. Menjadi orang tua kelihatannya sangat menyenangkan.

"Pengen ya?" tanya seorang pemuda yang tak lain adalah Fajri. Ia baru saja kembali dari kedai es kelapa.

"Iya, kayaknya bakal rame kalau ada suara anak-anak," Raya tengah membayangkan bagaimana keadaan rumahnya jika ada anak kecil dirumah nya.

"Kan ada El dan Anis, katanya habis wisuda Fenly sama Kaila bakal nikah kan?"

"Iya sih, tapi kurang rame."

"Bikin dulu, baru jadi," jawab Fajri dengan wajah yang dibuat datar. Sebenarnya ia ingin tertawa, melihat ekspresi Raya yang amat menggemaskan.

"Otaknya," celetuk Raya.

"Lah, bener kan? Gini deh, kalau kamu pengen makan mie, tapi ga bikin dulu ya ga ada tuh mie," ucap Fajri tak mau kalah.

"Iya," jawab Raya seadanya.

*:..。o○ ○o。..:*

Setelah dua hari ada di kota orang, kini Fajri dan Raya sudah kembali ke Kota Jakarta. Sebenarnya liburan mereka masih satu bulan lagi, namun mereka ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. Apalagi sekarang mereka akan mendapatkan kakak ipar baru.

Tentang Anis, ia sudah mau memanggil Kaila dengan sebutan Mama, sedangkan Hanum dan Gryan sudah sah. Gryan sudah menyukai Hanum sejak lama dan ia menggunakan kesempatan hutang piutang yang mengikat Hanum dan keluarga nya. Namun rencananya harus gagal, gara-gara Fenly melunasi semua hutang itu. Namun, akhirnya ia bisa mendapatkan Hanum lewat Anis.

"Kak Raya," teriak seorang gadis.

"Anis, kesini sama siapa?"

"Sama Kak ganteng," ucapnya antusias.

"Masuk dulu, Ray," Fajri mendahului masuk rumah dengan barang yang lumayan banyak.

"Yuk masuk," Anis mengangguk dan duduk dipangkuan Raya.

"Kak, Anis bingung deh sebenarnya Mama Anis siapa? Mama Kaila atau Mama Hanum? Terus yang sama Mama Hanum itu Papa nya Anis? Tapi kata Mama Kaila yang jadi Papa Anis itu Kak ganteng, yang bener yang mana?" berbagai pertanyaan terlontar begitu saja dari mulut Anis. Raya jadi bingung mau jawab apa, ia juga kasian dengan Anis, anak sekecil ini harus mengalami hal semacam ini.

"Mamanya Anis itu Mama Kaila, kalau Hanum itu tantenya Anis," jelas seorang pemuda yang membawakan segelas jus strawberry kesukaan Anis.

"Terus Papa Anis siapa?" Fenly menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mau jawab apa? Kalau ia jawab Gryan, apa Kaila akan marah padanya?

"Kak ganteng Papa kamu," jawab Raya.

"Yey, akhirnya doa Anis terkabul. Dulu waktu baru kenal sama kak ganteng, Anis berharap kak ganteng jadi Papa nya Anis," ucap Anis.

"Kenapa gitu?"

"Soalnya kak ganteng itu baik, ga kayak om om yang sama Mama Hanum, dia galak," adu Anis. Fenly mengangkat salah satu alisnya, kenapa Anis berbicara demikian? Bukannya Gryan menikahi Hanum hanya untuk Anis? Sudahlah, mereka sudah bahagia.

"Ray, laper," ucap Fajri yang baru saja gabung dengan mereka.

"Bang Fen sama Anis laper ga?"

"Kita udah makan tadi."

"Oh ya udah, Raya kedapur dulu."

Raya mulai bergelut dengan alat-alat masaknya. Ia akan memasak nasi goreng untuk Fajri. Ya cuma itu yang bisa ia masak saat ini. Badannya terasa begitu lelah. Dan entah kenapa, ia merasa Fajri mulai manja dengan nya. Mungkin cuma perasaan nya aja.

"Udah belum, yang?" tanya Fajri yang sedari tadi menunggu di meja makan.

"Bentar lagi jadi," Raya menyadari kalau Fajri memanggilnya dengan sebutan yang namun ia harus mulai terbiasa dengan sebutan dari suaminya itu.

"Ekhm yang udah sayang," ledek Anis yang berada di gendongan Fenly.

"Calon ayah yang ga ada akhlak," celetuk Fajri.

"Ga boleh gitu kak, kalau udah sayang ya bilang, ga usah... ga usah apa ya kak ganteng?" Fenly membisikkan sesuatu ke telinga Anis.

"Ga usah gengsi," lanjut Anis.

"Ajaran lo menyesatkan ya, Fen, gue ga akan biarin anak gue deket-deket lo, bisa kurang ajar dia," Fenly hanya mengangkat kedua bahunya acuh.










Koko, Anis masih kecil loh, jangan diajarin yang ga ga

Ga papa, buat jaga-jaga ~ Fenly

Jaga-jaga konon

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang