11

1.4K 97 2
                                    

"Cukup!" teriak seorang gadis.

"Welcome Raya. Keluar juga lo."

"Masuk, Ray!" teriak Fenly. Ia tak mau kejadian malam itu terulang. Apalagi yang adiknya hadapi ketua geng nya langsung.

"Urusan Dymasius sama Cemal. Jadi jangan sesekali lo libatkan Fenly sama Fajri yang ga tau menau tentang kita,"

"Kenapa kalau gue libatin mereka? Oh iya gua lupa, Fenly kan abang lo, lo ga mau kan abang lo ini kenapa-napa? Dan satu lagi yang gua tau, Fajri calon suami lo. Kalau gue habisin mereka gimana ya?" Reno mengeluarkan senjata api dan diarahkan tepat di pelipis Fenly. Kini Fenly dan Fajri berada pada genggaman Dymasius.

"Pergi, Ray!"

"Diem lo, atau gua habisi lo sekarang!"

"Kenapa diem? Ini kan kelemahan lo? Pistol dan Fenly. Apalagi kalau pistol ini ngeluarin peluru dan buss kena Fenly."

"Ja-jangan lakuin itu," ucap Raya dengan suara bergetar. Kejadian hari itu tak boleh terulang.

"Takut? Hahaha seorang Rayana Archifa takut. Serahin benda pusaka punya padepokan lo dan gue lepasin dua manusia ini," Fenly dan Fajri kompak menggeleng pelan. Mereka mengisyaratkan agar Raya pergi dari sini dan mencari bantuan.

"Serahin atau...

Dorr

Raya menutup mulutnya, air matanya juga ikut meluruh melihat darah mengalir dibahu Fenly. Bukan, itu bukan darah Fenly, melainkan darah Reno. Mereka semua kompak menoleh kebelakang Dymasius. Ada Shandy, Ricky, dan Farhan di sana dengan senjata api yang masih mengeluarkan asap berada ditangan Ricky. Senjata api yang dipegang Reno terjatuh, peluang untuk Fenly dan Fajri lolos.

"Berani lo sama adik-adik gua, hah?!" tajam Ricky. Reno menggenggam lengannya bekas peluru, ia masih bisa tersenyum licik kearah Shandy, Farhan dan Ricky.

"Kenapa engga? Gua ga takut sama siapapun bahkan Tuhan. Guabminta kalian ga usah ikut campur!"

"Gua ga akan ikut campur kalau lo ga sentuh adik-adik gua,"

"Makanya suruh Raya nyerahin tuh pusaka. Dengan pusaka itu gua bakal jadi orang yang paling kuat dan lo semua bakal gua bantai,"

"Bantai? Megang pistol aja jatoh. Gegayaan mau bantai kita," ucap Shandy diikuti senyum licik nya.

"Cabut," anak-anak Dymasius meninggalkan area tersebut.

Ricky berlari kearah adik-adiknya, ingin memastikan kalau mereka baik-baik saja. Ricky menatap Raya iba, ia tau kalau Raya trauma dengan pistol dan Fenly. Ini salahnya, seandainya dulu ia patuh dengan orang tuanya untuk tidak bergabung dengan geng motor makan kejadian dan traumatik Raya tidak akan terjadi.

"Raya, area you okay?" tanya Fajri pelan, lagi.

"I'm fine."

"Kalian mau kemana?"

"Gua ngampus,"

"Pu-pulang bang," lirih Raya. Padahal awalnya mereka akan pergi ke kampus. Pagi yang sangat buruk.

"Iya, kita pulang,"

"Gini deh, Ricky ngawal Raya sama Fenly, Farhan ngawal Fajri sampe kampus," ucap Shandy.

"Lah lo?"

"Gua tunggu di tempat biasa, ga ada penolakan,"

Okelah mereka menurut. Berdebat pun tak ada gunanya. Raya masih setia menggenggam tangan Fenly. Kejadian tadi membuat nya benar-benar membuat nya ketakutan. Kejadian itu, kejadian itu tak boleh terulang kembali.

"Bang lo ga usah ngampus ya,"

"Iya, tenang yah. Abang akan baik-baik aja."

"Dymasius nekat bang, gua ga mau kejadian serupa terulang, gua ga mau kehilangan lo lagi," air mata Raya meluruh. Ia rapuh jika mengingat kejadian itu. Fenly mencium pucuk kepala adiknya. Ia mencoba menenangkan Raya dan menyakinkan kalau semua akan baik-baik saja, walaupun dirinya pun tak yakin akan hal ini.

"Sementara, kosongin markas. Jangan ada yang ngumpul dan jangan pake atribut geng," ucap Fenly kepada seseorang di sebrang sana.

"Bahaya buat kita. Share ke yang lain. Sekalian ijinin gue ya, Lang,"

"Traktir,"

"Iya, inget pesen gua,"

"Pemerasan," lirih Raya.

"Sama temen sendiri ga papa lah."

*:..。o○ ○o。..:*

Suasana kampus begitu ramai, terutama kantin. Tiga pemuda sedang menikmati makan siang mereka. Kali ini pikiran Fajri kalut. Ia takut suatu saat Dymasius menyerang Cemal dan melukai Raya.

"Oh ya Ji, kenapa lo tiba-tiba nyuruh kita latihan bela diri lebih ketat?" pertanyaan Fiki membuat lamunannya buyar.

"Gua yakin dalam waktu dekat ini, Rexsan dan Ganapati bakal perang sama Dymasius, dan mungkin Cemal turun tangan,"

"Kok lo seyakin itu?"

"Tadi pagi, gua ketemu Reno, dia ngajak kerja sama buat hancurin Ganapati. Dan ternyata dia juga ngajak kerja sama Ganapati buat hancurin Rexsan."

"Adu domba yang sempurna," ucap Fiki tanpa mengalihkan pandangannya pada mie ayam yang ia makan.

"Jadi gua mau kalian semua jaga-jaga ya. Dymasius pemilik senjata api rakitan," Fiki dan Zweitson menghentikan aktivitas mereka dan menatap Fajri, seakan bertanya tau dari mana?

"Aban, anak Cemal yang bilang gitu," dua manusia didepan Fajri hanya mengangguk dan kembali melanjutkan aktivitas mereka.

"Kalau bukan temen udah gua cincang kalian,"












Jadiin sate enak tuh Ji. Ntar kita makan bareng.

Sip, gue siapin apinya lo yang cincang mereka~Fajri

Eum ga jadi, mau beli sate ayam aja


Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang