Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
⚠️ harsh words
Selamat membaca
•••
Saudaranya sudah tidak terlihat kala dirinya berjalan menuju kelas. Ia menghela napasnya. Sebegitu menghindar kah adiknya? Apa yang salah? Apa kalimatnya semalam benar-benar menyinggung adiknya secara tidak langsung?
Malas jika langsung ke kelas dan karena adiknya juga menghindar, remaja yang menginjak usia enam belas itu memilih berbelok ke kantin hanya untuk menenangkan pikiran dan membeli beberapa makanan ringan. Dirasa jika tetap di kantin akan membosankan, ia memilih menuju atap.
Baru saja dirinya sampai atap dan membuka pintunya, bau asap rokok langsung menyerang. Ditutupinya hidungnya dengan tangan yang terus dikipaskan. Matanya menangkap beberapa teman sekolahnya---lebih tepatnya kakak kelasnya---sedang merokok di pagi yang cerah ini.
Tidak bisa. Fadel tidak bisa menahannya. Ia terbatuk beberapa kali sambil berbalik untuk kembali turun. Beberapa orang di sana menoleh, terlihat terkejut, karena ada orang lain. Remaja tampan itu berhenti sejenak, memukul-mukul dadanya karena tidak kuat dengan asap rokok.
Bahunya ditepuk, membuat ia mau tidak mau berbalik. Itu Nicki dan teman-temannya yang memang terkenal karena jauh lebih nakal dibanding dirinya dan kedua saudaranya. Mungkin jika memakai peringkat, Nicki dan teman-temannya berada di peringkat satu, dan dirinya bersama kedua saudaranya ada di peringkat dua. Lihat! Sedisiplin itu sekolahnya. Nicki masih saja menghisap rokoknya di hadapan Fadel. Bagaimana Fadel? Jelas saja napasnya sudah tidak beraturan.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Nicki.
"Ini 'kan fasilitas sekolah. Siapa pun bebas ke sini," jawab Fadel. Tidak salah sih, tetapi tahu diri saja ia sedang berhadapan dengan siapa. "Dan tenang aja, gue gak bakalan laporin kalian," lanjutnya langsung berbalik.
Nicki menahan Fadel yang kembali berbalik menghadapnya. "Gak percaya," sanggah Nicki mengeluarkan asap rokok tepat di hadapan Fadel, membuatnya kembali terbatuk.
"Ih, anjing, matiin dulu rokoknya," umpat Fadel.
Menyadari umpatan lawan bicaranya, Nicki langsung mendorong Fadel hingga punggungnya mengenai tembok.
"Lo ngomong apa barusan?" tanya remaja yang baru saja membuang rokoknya sembarang. Fadel meringis, ngilu ketika pinggangnya mengenai ujung meja.
Didorongnya Nicki, lalu ia berjalan cepat untuk keluar dari atap. Salah sekali memang mengumpati siswa seperti Nicki. Ia yakin, pasti masalah ini akan berlanjut.
"Sialan," gumamnya, mengacak rambut sambil terus berjalan, menimbulkan rasa penasaran dari siswa lain yang ia lewati.
Remaja berahang tegas itu datang ke kelas dengan seragam yang ... sudah bau asap rokok. Menimbulkan pertanyaan dari teman sebangkunya, Freya. Saudaranya terlihat sedang menggambar---mungkin.
"Lo ... ngerokok?" tanya Freya pelan.
"Mana mungkin. Hirup asapnya aja gue gak kuat," jawab Fadel.
"Terus kok lo ...," ucapnya menggantung, "oh Nicki, ya?" bisiknya. Refleks, Fadel menoleh.
•••
Sekarang, pelajaran olahraga akan dimulai. Semuanya sudah berganti pakaian. Fadel sedari tadi tidak bisa tenang, karena ia tahu materi pembelajaran kali ini adalah basket---sempat bertanya ketika bertemu sang guru---, yang notabenenya disukai saudara kembarnya sekaligus yang harus dihindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Family, Aren't We?
JugendliteraturIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [BACA DULU FAMILY OR ENEMY, BARU BACA YANG INI] Family or Enemy Season 2 *** Hanya secuil kisah dan masalah setelah rahasia besar terbongkar, serta harap yang selalu mereka ucap. Farel yang akan terus bersedia menjadi...