IT'S 1800+ WORDS! ENJOY!!!
Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
⚠️ harsh words
Selamat membaca
●●●
Pagi ini, pukul 6.15, tiga bersaudara itu sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Terlalu malas jika harus dihukum lagi. Belum lagi jika terlalu siang pasti macet. Terlihat si tengah yang masih belum selesai mengenakan dasinya, sementara tangannya memasukkan gulungan kertas ke dalam tasnya.
"Fad, cepet!" seru saudara kembarnya dari halaman depan, sudah memakai sepatu.
"Bentar, dasinya susah," jawab Fadel masih berkutat dengan dasi. Dirinya lupa bagaimana cara memakai dasi.
"Sini," ucap sang mama yang dari tadi memerhatikan, membuat dirinya berjalan menghampiri.
Pada akhirnya, sang mama lah yang memakaikan dasi. "Udah. Sana cepetan!" suruhnya.
Fadel langsung berlari menghampiri kedua saudaranya dan ayahnya yang berdiri di dekat mobil. Sementara Kirana berjalan mengikutinya.
"Berangkat, Ma!" teriak Fadel.
"Gak usah teriak," peringat Kirana, "belajar yang bener!"
"Siap!" jawab ketiga putranya serempak, lalu memasuki mobilnya.
Farel memilih duduk di kursi penumpang, sedangkan kedua adiknya di belakang. Sepertinya, Fadel belum siap, terlihat dirinya sedang memakai sepatunya.
"Lo kalo mandi jangan pengen di kamar mulu. Di kamar mandi bawah aja deh, Di," ucap Farel tanpa menoleh.
"Lo yang mandinya lama, jadi gue harus nungguin," sanggah Fadel.
"Dih, 'kan udah gue bilang; lo mandinya di kamar mandi bawah," bela Farel.
"Lo aja," ucap Fadel masih memakai sepatu.
"Siapa cepat dia dapat," jawab Farel.
"Bacot," ucap Fadel.
"Kalian berdua bacot," celetuk Dave.
Hayden yang mendengar itu refleks melihat dua putra kembarnya lewat spion dalam. "Fadel, Dave, bahasanya," tegur Hayden. Dave hanya nyengir sebagai jawaban.
Fadel langsung menutup mulutnya menggunakan tangan. Lupa jika ada sang ayah di sana. "Eh iya. Maaf, Pa." Hayden hanya terkekeh mendengarnya. Tidak akan menyalahkan, selama masih bisa dikendalikan.
•••
Sesampainya di sekolah, mereka langsung turun setelah berpamitan. Baru saja berjalan beberapa meter setelah memasuki area sekolah, terdengar bisik-bisik yang tidak menyenangkan, meskipun itu fakta.
"Yang mana?"
"Itu yang suka sama si Dave." Ingat 'kan jika Dave itu dikenal banyak siswa, karena ketahuan membolos?
"Ohh dia yang bawa rokok ke sekolah?"
"Iya."
"Terus kena hukum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Family, Aren't We?
Teen FictionIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [BACA DULU FAMILY OR ENEMY, BARU BACA YANG INI] Family or Enemy Season 2 *** Hanya secuil kisah dan masalah setelah rahasia besar terbongkar, serta harap yang selalu mereka ucap. Farel yang akan terus bersedia menjadi...