Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
Selamat membaca
•••
Mata indah itu perlahan terbuka ditemani dengan suara hujan yang entah kenapa menenangkannya. Matanya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelah berhasil menyesuaikan, remaja tampan itu menoleh ke arah kirinya. Didapatinya sang mama yang sedang menggenggam tangannya, dan sang papa yang menatapnya.
Helaan napas lega terdengar dari keduanya. Seberapa lama dirinya tertidur sampai-sampai membuat kedua orang tuanya bernapas lega seperti itu? Remaja berhidung mancung tersenyum tipis, antara dirinya bahagia karena orang tuanya menunggui dan menandakan jika dirinya baik-baik saja.
Pria tampan yang berperan sebagai ayahnya itu segera menekan tombol merah yang berada di atas ranjang. Tak lama, dokter dan beberapa perawat datang untuk memeriksa, membuat dua orang dewasa itu keluar.
Randy menepuk bahu pasiennya, lalu tersenyum dan berucap, "Makasih udah bertahan."
"Maksud lo?" tanya Dave heran dengan ucapan dokternya itu.
"Lo bisa tanya ke ayah sama ibu lo apa aja yang terjadi selama lo tidur," ucap Randy, "cepet sembuh," lanjutnya berbalik untuk berjalan keluar dan memberitahu keadaan pasiennya.
"Ran," panggilnya, membuat pemilik nama berhenti dan menoleh, "apa yang terjadi?" tanya Dave.
Randy tersenyum, memilih menjawab, "Lo kuat, Dave, lo hebat. Jangan lupa minum obatnya dan jauhin makanan yang bisa bikin lo drop."
Remaja tampan berambut hitam itu menatap dokternya yang semakin menjauh. Setelahnya, ia melamun memikirkan; apa maksud ucapan Randy? Separah apa sakitnya kemarin?
Tetapi, tak bisa dipungkiri, sakitnya yang kemarin memang sangat sakit sampai ia takut tidak bisa kembali membuka matanya. Tidak meminum obatnya, memakan makanan yang dilarang dan kecapaian. Benar-benar pemicu sakitnya.
Tebakan Fadel tidak ada yang meleset, semua yang diucapkannya saat itu memang fakta. Hanya saja, Dave tidak mau jujur ketika ditanya oleh kakak kembarnya itu.
"Dave?" panggil sang mama, membuat lamunannya buyar.
"Ya, Ma?"
Bukannya menjawab, Kirana malah berjalan menghampiri putra bungsunya untuk memeluknya. Merasa bersalah, karena tidak bisa menjaga permata kecilnya dengan baik. Dave yang bingung hanya diam diperlakukan seperti itu.
"Maafin Mama," gumam Kirana melepas pelukannya.
"Kok minta maaf?" tanya Dave.
"Tolong, nanti lagi jangan lupa minum obatnya dan jauhin makanan yang emang dilarang, Dave," sahut ayahnya yang mengusap rambutnya.
Ketukan di pintu kamarnya membuat ketiganya menoleh. Didapatinya Jayden dan Daisy yang baru saja sampai. Melihat keponakannya yang sudah siuman, pasangan suami-istri itu menghela napas lega.
"Sebenernya, Dave kenapa?" tanya Dave setelah semuanya kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Kenapa apanya?" tanya Hayden sedikit ambigu dengan kalimat yang dilontarkan putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Family, Aren't We?
Teen FictionIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [BACA DULU FAMILY OR ENEMY, BARU BACA YANG INI] Family or Enemy Season 2 *** Hanya secuil kisah dan masalah setelah rahasia besar terbongkar, serta harap yang selalu mereka ucap. Farel yang akan terus bersedia menjadi...