Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
⚠️ violence, fighting, mention kidnapping and violence
Selamat membaca
•••
Debuman pintu terdengar mengejutkan, membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh. Seorang pria datang, lalu memerhatikan sekitarnya dengan napas yang masih belum beraturan. Matanya menangkap sang putra yang sudah tidak baik-baik saja.
Remaja itu lengah, terkejut dengan kedatangan sang ayah. Satu lawannya bangkit, kemudian mendorong yang termuda di sana sampai jatuh terlentang. Sementara satu lainnya menyerang pria yang baru saja datang.
Farel mengubah posisinya menjadi meminggir sekaligus melindungi dada dan kepala menggunakan tangannya. Tendangan bertubi-tubi didapatkan remaja yang hanya memejamkan mata, menikmati tendangan itu. Sakit di sekujur tubuh hampir merenggut kesadarannya. Matanya sudah memberat, napasnya sudah terengah. Pria yang menyerang yang masih belum diketahui siapa itu berjalan mundur, sedikit tidak tega melihat anak tak berdosa sudah tak berdaya karenanya.
Netra si ayah melirik sang putra yang menutup matanya perlahan dengan napas yang naik turun. Emosi, ayahnya itu membabi-buta melawan dua pria dewasa yang tadi mengeroyok putranya.
Dua pria itu tumbang, antara tidak kuat dan tidak berani untuk melawan balik. Serangan si ayah benar-benar mencengangkan. Ingin kembali menyerang dua pria itu, tetapi ringisan putra sulungnya terdengar, membuat ia lebih memilih menghampiri sang putra. Hal ini tentu saja dimanfaatkan kedua pria itu untuk kabur."Farel," panggilnya lembut, mengusap rambut sang putra.
Farel langsung menepis lemah tangan sang ayah yang masih mengusap rambutnya. Remaja itu berusaha bangkit, tetapi sulit dan hanya ringisan yang semakin terdengar menyakitkan.
"Far," panggilnya pelan kala melihat Farel kembali berusaha bangkit.
Ia diam, memerhatikan putranya yang berjalan terseok-seok sembari memegangi perut. Baru berjalan beberapa meter, anak itu terjatuh dengan lutut sebagai penunjang, tetapi kembali bangkit untuk berjalan menjauh.
Tidak, ia tidak bisa terus diam melihat putranya yang terus terjatuh dan kesakitan. Dihampirinya sang putra yang jatuh berlutut, lalu menyentuh pundak Farel. Sempat ditolak, tetapi pria ini tidak peduli dan lebih memilih memeluk putranya dari samping.
"Lepas, Pa," ucapnya pelan, berusaha menjauhkan tangan sang ayah. Bukannya dilepas, Hayden malah jalan berdeku ke hadapan sang putra, langsung memeluknya. Tangis Farel pecah. Ingin berterima kasih, tetapi lidahnya seperti kaku.
"Sakit, Pa. Sakit waktu tau fakta itu," lirih Farel. "Kenapa harus disembunyiin, Pa?" tanyanya.
Hayden hanya diam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan sulungnya. Pria itu hanya mengeratkan pelukan pada putranya, membuat remaja itu meringis karena perutnya masih ngilu.
"Pa, aku mau tidur dulu," ucap Farel ketika matanya semakin memberat.
"Far?" panggil Hayden, melepaskan dekapannya.
"Farel!" serunya, menepuk pipi putranya.
Digendongnya sang putra sulung ala bridal style. Ia tahu, ini bisa saja merupakan tindakan yang salah, tetapi ia tidak mau menunggu paramedis datang. Ia takut jika kedatangan paramedis memakan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Family, Aren't We?
Teen FictionIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [BACA DULU FAMILY OR ENEMY, BARU BACA YANG INI] Family or Enemy Season 2 *** Hanya secuil kisah dan masalah setelah rahasia besar terbongkar, serta harap yang selalu mereka ucap. Farel yang akan terus bersedia menjadi...