Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
Selamat membaca
●●●
Remaja bermata teduh itu masih duduk dengan seragam olahraga di mejanya. Berkali-kali menghela napas. Ia bingung, haruskah ia mengikuti pelajaran olahraga? Tetapi, ia takut materi pembelajaran kali ini adalah fisik. Ia masih diam, sedangkan saudaranya sudah berganti pakaian---mereka berganti pakaian di kelas, setelah menyuruh para siswi keluar, bergantian, tadi para siswa yang di luar---dan mendudukkan diri di bangku sampingnya.
"Gue olahraga gak, ya, Fad?" tanyanya menoleh sebentar ke arah sang kembaran, lalu kembali menatap seragam olahraganya.
"Terserah lo. Kalo mau ganti baju, ya, ganti aja dulu. Nanti kita liat materinya apa. Kalo sekiranya olahraga yang efeknya bisa bikin lo kambuh ...," ucap Fadel dipelankan pada kalimat akhirnya, "... mending jangan. Gue gak mau liat lo kayak gitu," lanjutnya.
Dave diam. Fadel sepeduli itu padanya. Andai saja dari lama Fadel mengetahui ini, mungkin ia tidak akan merasakan kesepian. Ya, kepedulian Fadel pada Dave langsung berubah drastis setelah mengetahui sakitnya itu.
"Gak olahraga lo, Dave?" tanya Raka berjalan di sampingnya menuju ke bangkunya di depan Dave.
Tidak menjawab pertanyaan Raka, Dave lebih memilih untuk menoleh ke arah kakak kembarnya. "Gue ganti baju dulu," ucapnya berjalan menuju ke belakang kelas.
Tepat saat Dave akan membuka kemeja putihnya, Raka hampir membuka pintu kelas. "Raka, jangan dulu dibuka!" seru Fadel, membuat Raka menoleh, "si Dave masih ganti," lanjutnya. Mata Raka menangkap keberadaan Dave yang sedang memakai seragam olahraganya.
"Oh oke," ucapnya kembali menutup rapat pintu kelasnya.
"Cepetan! Pak Juna udah nyuruh ke lapangan!" teriak salah satu siswi dari luar.
"Ayo," ucap Dave membuat para siswa keluar kelas.
•••
Semua siswa kelasnya dibariskan, lalu melakukan pemanasan. Mm ... sepertinya tebakan Dave benar. Hari ini mereka akan melakukan fisik. Ia kira selesai pemanasan akan pembagian kelompok untuk olahraganya---ia mengira materinya adalah basket, karena ada bola basket di dekat Pak Juna. Oh, ternyata basket untuk materi kelas sepuluh yang menempati lapangan sebelah kanan. Dasar, Dave, padahal basket adalah salah satu olahraga yang harus dihindarinya.
Fadel berjalan menghampiri Dave, lalu menepuk bahunya membuat yang ditepuk menoleh. "Jangan olahraga, ya," ucap Fadel.
Dave mengembuskan napasnya. "Iya," jawabnya, lalu memilih untuk berjalan menghampiri gurunya yang bersiap untuk mengabsen.
"Pak," panggil Dave, membuat gurunya menoleh, "saya izin gak ikut olahraga, ya," lanjut Dave.
"Kenapa?" tanya Pak Juna. Dave malah diam, bingung menjawab apa.
"Kurang enak badan katanya, Pak, tubuhnya juga agak panas," ucap Fadel menghampiri Dave.
"Fadel bodoh, kenapa gak bilang baru sembuh aja sih?" batinnya menggerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Family, Aren't We?
Teen FictionIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [BACA DULU FAMILY OR ENEMY, BARU BACA YANG INI] Family or Enemy Season 2 *** Hanya secuil kisah dan masalah setelah rahasia besar terbongkar, serta harap yang selalu mereka ucap. Farel yang akan terus bersedia menjadi...