Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
Selamat membaca
●●●
Setelah mendekam di rumah sakit selama satu minggu, akhirnya remaja yang terkadang visualnya mencapai "tidak nyata" itu dibolehkan pulang. Senyumnya merekah sempurna kala mendengar penuturan itu. Berhari-hari, semuanya sudah kembali normal. Tentunya ia juga sudah kembali ke sekolah.
Terlihat dua pria yang duduk saling berhadapan di ruang kerja salah satunya. Wajahnya terlihat serius. Suasananya pun cukup menegangkan. Tidak ada yang membuka pembicaraan. Keduanya masih berbeda pendapat setelah obrolan tadi malam.
"Hay, jangan dulu ke sana, please," ucap Jayden memohon sekaligus membuka obrolan, "Dave belum lama baru keluar dari rumah sakit. Lo gak lupa itu, 'kan?" lanjutnya.
"Jay, gue kelamaan di sini. Lo juga udah lama di sini. Papa di sana ngurus semuanya sendirian," sanggah Hayden.
"Gue besok balik!" serunya tegas, "gue mohon, jangan dulu tinggalin Dave. Inget 'kan apa kata dokter Randy?" tanyanya.
Hayden menghela napasnya. Tidak salah memang ucapan saudaranya itu. Ingin segera kembali, tetapi ia takut putranya kenapa-napa.
"Fine. Tolong kasih tau papa juga," putusnya. Tidak ada gunanya terus berdebat dengan adiknya.
Sementara dua wanita pun sama-sama sedang membicarakan hal ini. Terlihat Daisy yang sudah kesal, karena Kirana yang terus ingin ke China.
"Na, dengerin aku kali ini aja," ucap Daisy menatap Kirana, "Dave baru keluar lho dari rumah sakit, dia juga pasti gak mau kamu tinggalin dulu. Na, gak lupa 'kan apa kata dokter?" lanjutnya, membuat Kirana langsung menoleh ke arahnya.
•••
Permintaan Jayden dan Daisy hanya berlaku beberapa hari, karena hari ini, Hayden dan Kirana malah akan berangkat ke China.
Kirana membuka pintu kamar putra sulung dan tengahnya. Ah, ternyata ketiga putranya sedang ada di sana tengah bermain game online. Menyadari kehadiran sang mama, ketiganya menoleh sekilas ke arahnya.
"Apa, Ma?" tanya si sulung, kembali asyik pada game-nya.
"Nanti malem kita mau ke China," jawab Kirana dari ambang pintu, membuat si bungsu refleks menghentikan kegiatannya. Dikembalikannya dari aplikasi permainan itu, lalu berjalan menuju kamarnya tanpa berucap sepatah kata pun. Sementara Farel dan Fadel terlihat menghela napasnya.
Melihat putra bungsunya pergi begitu saja dan terdengar suara debuman pintu, Kirana langsung berbalik, menuju kamar putranya.
"Kesel dia," celetuk Fadel, kembali fokus pada game-nya.
"Ngambek gak sih? Jarang-jarang dia kayak gitu, mana masih ada mama," jelas Farel, melupakan game-nya.
"Iya, kayaknya," sahut Fadel, "gue ke sana deh," lanjutnya bangkit menyimpan gawainya untuk menghampiri adik kembarnya.
•••
Di sini Dave sekarang. Di dekat pintu kamarnya sedang berhadapan dengan sang mama. Wajahnya benar-benar terlihat kesal. Begitu pintu kamarnya akan kembali ia tutup, Kirana malah menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Family, Aren't We?
Teen FictionIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [BACA DULU FAMILY OR ENEMY, BARU BACA YANG INI] Family or Enemy Season 2 *** Hanya secuil kisah dan masalah setelah rahasia besar terbongkar, serta harap yang selalu mereka ucap. Farel yang akan terus bersedia menjadi...